2. Kalah lomba

287 25 0
                                    

Venus harus sesekali mencubit lengannya agar tetap sadar saat ini. Bagaimana tidak, demi Fortuna yang bergelar roda keberuntungannya, Ia tiba-tiba dikejutkan dengan Air yang sudah ada di rumahnya. Lebih tepatnya laki-laki itu tengah ada tugas akhir yang harus dilakukan dengan kakaknya.

Dan jadilah, seorang Air Eldar kini tengah berdiri didepannya. Ia tidak pernah menyangka jika bisa bersitatap langsung dari dekat dengan pria yang ia kagumi ini. Namun, jika mengingat-ingat kembali kejadian beberapa saat lalu dimana dirinya yang dengan gamblang menyebut Air abang-abang penjual kanvas membuatnya benar-benar malu sampai ubun-ubun. Sialan! Setelah ini bagaimana menghadapi laki-laki itu? Mau ditaruh dimana mukanya?

Apa laki-laki itu akan risih dan ilfeel padanya? Atau lebih parahnya, Air akan marah padanya? Aaah bodoh amat! Venus bingung!

"Tunggu disini biar gue ambil kanvas Lo di mobil"

Venus hanya mengangguk patuh dan sesaat kemudian, Air kembali dihadapannya. Laki-laki itu membawa satu buah kanvas persis seperti miliknya yang dirusak oleh Cakra kemarin.

"Ini" tangan Air menyerahkan kanvas itu pada Venus yang dengan sekali gerakan, Venus dengan cepat menerimanya. Gadis itu tersenyum malu-malu.

"Ma-mas air suka lukis juga?" Tanyanya basa-basi. Oh ayolah, Venus tidak ingin kejadian langkah ini berakhir cepat. Mumpung ini dirumahnya juga, ia akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Hehehe ... Modus dikit nggak dosa kan?

Laki-laki itu menggeleng pelan.

"Terus kok punya kanvas ginian? Kalau nggak suka lukis berarti kanvas nggak masuk dalam kategori buat disimpen kan?"

"Bener, Memang Gue nggak suka lukis but, gue suka karya-karya pelukis yang unik dan untuk kanvas, itu kebetulan aja ada di rumah bekas sepupu gue"

"Apa yang mas suka?"

"Maksudnya?"

"Emm maksudnya aliran apa?"

"Gue suka aliran Realisme. Tapi semua suka sih. Mungkin dominan aja"

Air tidak dingin yang Venus ekspetasikan selama ini. Laki-laki itu akan menyahut dan mencoba mengerti alur lawan bicaranya. Aaah apa Venus boleh berharap berlebihan sekarang? Tentunya melupakan sosok wanita yang saat ini sudah ada di hati Air.

"Mau lihat ke galery?"

"Yours?"

"He.em"

"Boleh. Gue mau lihat sejago apa Venus Dwi Putri Ardamas"

Venus sempat menghentikan langkah kakinya. Gadis itu menegang. Lalu reflek kepalanya menoleh pada Air yang juga ikut menghentikan langkah kakinya. Venus menemukan mata coklat sebening telaga itu menatapnya Lamat-lamat. Bahkan, jantungnya kini terasa dengan cepat memompa darah pada paru-parunya. Aaah sial! Venus tidak bisa berkutik dan merasa berdebar secara bersamaan.

"What?" Suara Air kembali menyentaknya. Laki-laki itu sudah menaikkan kedua alisnya dan menatapnya heran.

"E-enggak heheh yaudah ayok aku tunjukkan galeri aku"

Venus dan Air kembali melanjutkan langkahnya dan sesaat kemudian, Venus mendorong pelan pintu ganda yang berada di sebelah kamarnya. Ia membawa Air masuk kedalamnya.

Dan hal pertama kali yang didapati oleh mata Air adalah beberapa kanvas lukisan yang terpajang secara acak serta beberapa peralatan melukis yang berserakan.

"Beautiful"

Venus Manarik kedua bibirnya lebar-lebar saat mendengar pujian tanpa sengaja yang air lontarkan,"Ini Papi yang buatin"

VENUS IS WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang