Feel Loved

630 57 16
                                    

Anargya
( Tak Ternilai )

♪♪♪

    
Sesuatu yang didapatkan dengan usaha akan ditempatkan pada prioritas atau yang paling utama. Disebut sebuah pencapaian dan mungkin akhir dari perjuangan. Rasa puas dan bahagia, kedua-duanya adalah respon instan pada setiap insan berperasa. 
    
Akan tetapi manusia cenderung terlalu cepat merasa puas. Angkuh.  Jika segalanya telah direnggut, maka apa yang diusahakan pada akhirnya terabaikan, lalu ia akan mencari hal baru dan begitu seterusnya.
    
Tidak semua, tetapi ada banyak.
    
Kecuali orang-orang yang berdiri diatas janjinya, komitmenya, prinsipnya. Yang mengerti nilai sebuah pengorbanan. Biasanya orang-orang seperti itu adalah seseorang yang tersakiti di masa lampau.

Mac adalah satu dari sebagian orang itu.
    
Mendapatkan hati Ken, meski tidak seutuhnya adalah sesuatu yang sejak dulu Mac inginkan, tetapi ia harus menunggu sekian lama dan punya cukup keberanian untuk terus meyakinkan sehingga akhirnya lelaki itu jatuh padanya. Meski sulit dipercaya, meski ia meminta untuk membantunya keluar dari jeratan trauma masa lalu. Mac tidak masalah. Hatinya telah jatuh sejatuh-jatuhnya pada Ken. Itu sama hal dengan ia harus menerima Ken dari dua sisi; sisi baik dan buruk.
    
Sepanjang malam Mac tetap terjaga dengan tubuh Ken yang mendekapnya diatas sofa. Berpikir, jika esok hari Ken akan kembali mengetusinya lalu bersikap seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Mac takut hal serupa terulang lagi. Namun, lelaki itu terlihat sangat nyaman dengan posisinya, rengkuhanya tak seerat sebelumnya, juga napasnya berhembus beraturan sehingga Mac tak kuasa untuk melakukan pergerakan kecil sekali pun. Takut Ken akan terbangun.
    
Mac menyikap rambut yang menutupi wajah Ken, menatapnya lekat-lekat. Ken memiliki tinggi ideal seukuran anak laki-laki, tetapi kini ia meringkuk seperti bayik. Matanya kecil dan sipit karena darah chinnes dari ayahnya, tetapi cantik. Hidungnya mungil dan jika Mac perhatikan ada mole di ujung pucuknya. Pipinya bulat berisi, Mac jadi tidak tahan ingin mengelusnya namun ia urungkan karena erangan Ken yang tiba-tiba.
    
Ngh— jam berapa?” Ken bertanya dengan suara parau. Matanya masih tertutup, tetapi Mac bisa merasakan lenganya memeluknya erat.
     
Mac meraih ponsel diatas sofa lain. Ada sederet pesan dari Clara yang terabaikan, sisanya dari beberapa koleganya. “Setengah empat,” gumam Mac lirih. Menaruh ponselnya lagi, lalu mengelus kepala Ken. “Tidur lagi, Ken. Paginya masih lama.” 

Setelah itu tidak ada sahutan lagi dari yang muda. Sepertinya ia hanya mengigau dan Mac terkekeh pelan. Membayangkan posisi keduanya yang mirip seperti seorang paman sedang mengemong keponakannya.
    
Setelah beberapa saat, rasa kantuk mulai terasa. Kemudian mata Mac tertutup perlahan-lahan. Ia memutuskan tidur.
    
Untuk pertama kalinya, setelah malam-malam yang dipenuhi kerisauan— Mac bisa terlelap tanpa memikirkan apa pun.

♪♪♪

Seluruh persendian Ken terasa pegal saat berguling ke sisi lain. Sebentar. Ken menepuk-nepuk alas disisi tubuhnya yang terasa bukan seperti sofa. Empuk dan luas. Padahal seingatnya semalaman ia tidur sambil memeluk Mac diatas sofa ruang tamu dan bukan kasur. Apa Mac memindahkannya? Astaga. Hanya karena membayangkan tubuhnya diangkat ala pengantin oleh pria itu, sekujur tubuhnya meremang. Ken jadi geli sendiri.
    
Ken tidak tahu pasti berapa lama ia tidur, yang jelas saat ini telah menginjak siang hari dimana seluruh ruangan terasa hangat oleh pantulan cahaya surya yang mengintip dari sela-sela ventilasi. Mac juga mungkin sudah beraktifitas dan sibuk dengan pekerjaannya karena Ken hanya menemukan dirinya seorang diri di kediaman pria itu.
    
Ken menurunkan kakinya dan bergegas ke kamar mandi. Tubuhnya terasa lengket bersimbah keringat. Ia tipikal yang sangat menjaga kebersihan. Ken pandai merawat diri itu sebabnya kulitnya terlihat putih dan bersih. Tidak betah berlama-lama membiarkan dirinya kotor. Akan tetapi matanya menangkap sesuatu yang menggugah diatas meja makan lebih dulu. Sepiring nasi goreng mentega dan segelas susu. Mac pasti menyiapkan semua ini untuknya sebelum pergi.
    
Ada secarik notes ketika Ken mengangkat piring untuk membauinya. Kenapa pria itu senang sekali menulis pesan di notes? Kenapa tidak mengiriminya via chat saja? ‘Dasar orang tua kuno’. Ken membatin sambil terkikik. Lalu, ia membaca satu paragraf penuh pada notes itu.

Anargya [ Macken ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang