[Edit]

0 0 0
                                    

Suntingan ini berdasarkan kritik dan saran pada bab sebelumnya

Judul : Pianist

Penulis : Anggota CTW'A

Isi:

Rion Cassano, dia mahir memainkan piano antik di rumah kakek Fabio yang suram itu. Tocatta and Fugae in D Minor menjadi salah satu lagu yang paling sering mengalun, menjadi pengisi ruang keluarga yang biasanya sunyi senyap.

Ditemani secangkir teh hangat, lengkap dengan pemanisnya, serta Blackie, kucing hitam kesayangannya.

Sedari kecil, Rion Cassano memang bercita-cita menjadi seorang pianis. Namun apalah daya, Daddy tercinta menginginkan dirinya menjadi seorang petinju internasional.

Tak hanya itu, banyak mimpi yang harus ia kubur terlebih dahulu, karena penyakit yang menyerangnya dari kecil.

Bukan hanya penyakitnya itu saja yang membuat Rion mengubur mimpinya, tetapi Rion harus menerima kenyataan bahwa sang Daddy berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri. Sebab, perselingkuhan sang Daddy, keluarga Rion sekarang mulai hancur.

"Rion." Suara bariton yang memanggilnya, menggema di ruangan yang sunyi itu.

Jari-jari yang semula akan ia mainkan di atas tuts, diurungkan.

Pria itu menoleh. Menatap pria paruh baya yang memiliki wajah yang sialnya hampir persis seperti dirinya. "Apa?"

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya sang Daddy.

"Tidak ada," jawab Rion ketus.

Ia pun kembali beranjak dari tempat tersebut dan meninggalkan daddy-nya.

Blackie berlari mengikuti, lalu melompat dengan kedua kaki mungilnya. Kuku tajam yang secara spontan dikeluarkan kemudian menusuk kaki Rion.

Laki-laki beriris gelap itu berhenti berjalan dan menoleh. Senyum manis yang lama tidak pernah terlukis terbit setelahnya.

Namun tiba-tiba, Rion mendengar sebuah suara yang berasal dari gudang rumah kakek Fabio. Dengan perasaan takut dan penasaran, Rion berjalan dan masuk ke dalam gudang. Dan ternyata ....

Rion melihat seorang gadis yang meringis kesakitan. Terlihat darah keluar dari kaki kanannya.

KREET!

Rion mendorong pintu gudang dan menghampiri gadis tersebut. Ia pun berjongkok, dan memegang kaki yang terkena luka. Sang gadis tersentak begitu merasakan ada tangan yang dengan tiba-tiba menyentuhnya.

"Apa yang telah kakek lakukan kepada gadis ini?" tanya Rion, menatap kakek Fabio dengan datar.

"Tidak perlu ikut campur. Kamu cepat keluar dari gudang ini!" usir kakek.

"Aku gak akan keluar sebelum gadis ini juga keluar!"

"Jangan ngebantah Rion! Gadis ini bukan orang baik."

"Apa maksud kakek?"

"Dia adalah selingkuhan daddy kamu. Dia bukan gadis, tapi jalang daddy kamu!"

Setelah mendengar perkataan sang kakek, Rion sangat terkejut. Dia tidak tahu harus bagaimana terhadap gadis di depannya.

Apakah dia harus menamparnya?

Atau membawanya pergi dari sana?

Rion menatapnya perihatin namun dia hanya terdiam dengan gejala asma yang mulai kambuh kembali. Tanpa banyak berpikir, Rion segera berlari keluar untuk mencari obat pereda asma miliknya

Setelah mendapatkannya dengan susah payah, napasnya kembali normal. Ingatan setahun lalu tentang sekretaris sang Daddy berputar berulang-ulang seperti kaset rusak.

Perhatiannya yang sangat luar biasa, persis seperti perhatian yang diberikan oleh ibunya dulu. Ia memegangi dadanya yang mulai nyeri. Dan setetes air mata pun meluncur.

Air mata Rion pun setetes demi setetes berjatuhan. Mengingat segala kenangan yang dijalaninya bersama ibunya juga wanita itu.

***

Bagaimana tanggapan kamu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CTWA Krisar KaryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang