BAB 3

1 3 0
                                    

Assalamualaikum menteman kali ini aku kembali lagi dengan cerita yg baru lagi.
Ga perlu basa basi langsung aja
Selamat membaca jgn lupa buat like,vote dan komen.

Typo bertebaran 💃

Malam Hari di kediaman Rumah Halwa,tampak begitu tenang. Mereka berada di ruang keluarga berkumpul bersama. keluarga lain mungkin jika sedang berada d ruang Keluarga berarti sedang mengobrol atau menonton televisi,tidak dengan Keluarga Halwa,mereka duduk beralaskan karpet dan masing-masing didepan mereka ada Al Qur'an. Yaps mereka sedang Murojaah. Dengan Ayah mereka yang sebagai pemantau jika ada yang salah dari salah satu anaknya.

Kegiatan ini memang sering mereka lakukan walaupun Ayah Halwa bukan seorang Ustadz tapi ilmu yang dia miliki juga terbilang cukup bagus. Dan dia memanfaatkan ilmunya dengan mengajar anak-anaknya bukankah Pendidikan pertama dan paling utama bagi anak-anak ialah dari Keluarga?.

Dan itu yang diterapkan oleh Ayah Halwa walaupun usia Anak-anaknya sudah besar.Tidak lama dari itu Bunda Halwa muncul dari arah Dapur membawa cemilan beserta minumannya.

"Kalau sudah Murojaahnya, ini Bunda bawaiin cemilan". Kata Bunda Halwa sendari menyimpan nampang yang berisi Cemilan tersebut di Meja depan Televisi.

"Shadaqallahul adzim". Ayah Halwa menutup Murojaah hari ini dan menyimpan Al Qur'an di atas bufet. Diikuti juga dengan ketiga Anaknya.

"Kali ini cemilannya apa Bun?". Tanya Nanda yang langsung mengambil tempat di samping Ayahnya.

"Seperti hari-hari sebelumnya kok, cemilannya kacang sembunyi". Kata Bundanya yang membuka penutup toplesnya.

"Kirain Nanda Udah habis masih ada toh".Nanda mencomot beberapa Kacang sembunyi didalam toples dan menaruhnya ditangannya sebagai wadah agar tidak terjatuh kelantai.

"Emang kamu mau cemilan apa dek". Tanya Akbar ke Nanda.

"Hmm, Es Pisang mungkin,kemarin kak Halwa bawa enak banget loh Bund,kata teman kak Halwa juga bahanya simple kok". Cerita Nanda antusias

"Emang gimana rasanya dek Abang juga biasa dengar tapi belum pernah coba". Timpal Akbar sambil mengunyah Kacang sembunyi di mulutnya.

"Enak banget,aku beli di dekat Rumah Nisa awalnya cuman penasaran aja tahu-tahu rasanya enak".Halwa bercerita begitu semangat. Menurutnya Es pisang yang dijual didekat Rumah Nisa benar enak Rasanya.

"Kamu tahu bahan-bahannya?,biar nanti Bunda bikinin". Kata Bundanya seraya tersenyum kearah Halwa sepertinya ketiga anaknya suka dengan makanan tersebut.

Halwa hanya cengengesan." Halwa lupa Bun".
"Kalau gitu kalau ketemu Nak Nisa minta Resepnya,biar nanti Bunda bikinin kamu biar puas makanya." Halwa dan Nanda yang mendengar itu menjadi semangat.

"Nanti Alwa tanyaiin bun". Kata Halwa mengangguk anggukan kepalanya.

"Nisa emang gimana orangnya?". Tanya Akbar penasaran, pasalnya ia belum pernah melihat teman dekat dari adiknya itu,padahal katanya ia biasa datang kemari dan orang tuanya juga kenal baik dengannya.

"Hm,manis cantik juga apa lagi lesung pipinya itu,dia juga pintar dan sangat ceria trus....". Halwa berhenti bicara dan menghadap ke arah kakaknya yang memang berada disampingnya.

"Kok Abang nanyain tentang Nisa". Halwa menyipitkan matanya kearah sang kakak.
Sedang Akbar hanya berdehem canggung." Penasaran doang".

"Hati-hati loh Abang nanti rasa penasarannya menjadi jadi". Imbuh Nanda yang mulai menggoda sang Abang.

"Hush nggak baik ngomong begitu". Imbuh Ayah Halwa yang sedari diam memperhatikan Anak dan Istrinya yang membahas tentang Cemilan.

"Iya maaf Ayah".Ucap Nanda dengan pelan sepertinya ia kembali keluar batas.

Begitulah kegiatan malam hari di keluarga Halwa apapun menjadi topik pembahasan asal tidak menyangkut hal-hal yang berbaur Negatif atau merugikan orang lain atau bahkan menjerumus kearah Ghibah.

Setelah selesai berbincang dengan Orangtuanya Halwa bergegas ke Kamarnya untuk belajar mengulang kembali penjelasan yang disampaikan oleh Dosennya.
Saat ia sedang membaca beberapa materi.

Paginya seperti biasa Halwa berangkat kekampus dan kali ini ia masih diantar Oleh Abangnya. Padahal sebelumnya ia sudah bilang akan berangkat dengan Nadira,tetapi Abangnya yang keras kepala tetap ingin mengantar dirinya kekampus.

"Kalau gitu masuk dulu Bang." Pamit Halwa sembari mencium punggung tangan sang Abang.
"Hm,kalo gitu Abang duluan ya". Ucap Akbar sambil mengelus Kepala Halwa yang tertutup Hijab.

Dari jauh Nisa melihat Halwa yang diantar oleh seorang laki-laki,menjadi  penasaran karena selama ini dia belum melihat Halwa diantar oleh laki-laki.

Dengan sedikit berlari Nisa datang menghampiri Halwa.
"Assalamualaikum Halwa ku". Sapa Nisa dengan ceria dengan memeluk Halwa dari samping.

"Waalaikumsalam,tumbenan kamu datang cepat." Kata Halwa tersenyum kearah Nisa yang berada disampingnya.

Nisa yang mendengar itu menjadi cemberut dan memonyongkan mulutnya." Aku telat di protesin giliran datangnya cepat malah ditanyaiin".

"Nggak seru ah,Btw ini pria tampan disamping kamu siapa?". Tanya Nisa berbisik ke telinga Halwa lalu sesekali melihat kearah Akbar dengan kagum.

"Abang aku". Ucap Halwa terkekeh pelan. Pasalnya dia tahu Nisa pasti penasaran,karena dia tipe wanita yang tidak tahan dengan pria tampan.

"Assalamualaikum kak,saya Nisa sahabat terbaiknya Halwa". Nisa menangkupkan kedua tangannya di dada. Halwa tersenyum ke arah sahabatnya. Biarpun Nisa ceplas ceplos dan barbar dia tetap masih menjaga adab dan sopan santun.

"Waalaikumsalam saya kakaknya Halwa,kalau begitu abang pergi dulu ya dek, belajar yang benar. Assalamualaikum ". Halwa menyalami tangan Akbar dengan Taslim.

"Waalaikumsalam,bang hati-hati semoga cafenya hari ini rame". Akbar mengamini doa adekknya dan kembali masuk kedalam mobilnya untuk segera berangkat menuju tempat cafenya.

" Abang kamu ganteng ya" . Celutuk Nisa setelah abang Halwa sudah tidak kelihatan lagi di parkiran.
Halwa menaikkan satu alisnya. Tanda bingung." Kamu naksir abang aku?" Tuduh Halwa.

"Yaelah Wa,aku cuman bilang ganteng doang udah di tuduh naksir". Halwa terkekeh " siapa tahu iyakan,kamukan tipe perempuan yang kalau lihat cowok bening-bening di hak patenin".

Nisa menabok bahu Halwa agak keras. Nisa kalau soal pukul memukul emang rada bikin sakit padahal badannya kayak batang korek api. Udah pendek tepos lagi,tapi pukulannya udah kayak Muhammad Ali." Kalau ngomong suka benar nih bocah satu".

Halwa hanya melengos sambil mengelus bahunya yang di pukul Nisa. Pedih bund,heran Halwa Nisa kurus kering begitu tenaganya bikin sakit badan,makan apa sih gemuk kaga kuat iya.

Halwa dan Nisa berjalan menuju ruang kelas mereka sambil bercerita hal apa saja. Ingat cerita dan ghibah itu beda ya. Nisa kalau dengan Halwa ga pernah ghibah selain takut dosa Nisa juga takut dengan amukan Halwa. Beda cerita kalau dengan temannya yang lain. Beuhh,Nisa bisa ngomongin orang sampai berakar dan bercabang kayak pohon beringin.

Makanya kata Halwa Nisa punya teman dari banyak kalangan dan Nisa bisa menyesuaikan diri. Bukan bermuka dua sifatnya tetap sama ceria, ceplas-ceplos dan barbar tapi dia bisa menempatkan dirinya sebaik mungkin. Ini yang membuat Halwa menyukai dan betah berteman dengan Nisa.

                            

Akhirnya selesai juga. Ini ceritanya sebagian emang asli dari kehidupan teman dan kehidupan sehari" ku. Jadinya mikir keras buat di susun jadi cerita. Makanya agak lama buat up

Terima kasih sudah mampir dan sampai bertemu di part selanjutnya."')

Love in silence[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang