Soobin's pov :
Aku mengecek arlojiku dan mengerutkan kening ketika mengetahui bahwa jarum panjangnya telah menunjuk ke arah angka empat.
Ck, mengapa Yeonjun lama sekali?
Baru saja aku hendak mengeluarkan ponselku untuk mengirimkan pesan pada pemuda tersebut ketika sebuah sepeda motor Ducati merah berhenti tepat di depanku. Sang pengendara motor melepaskan helmnya. Seperti yang sudah bisa kalian tebak, orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Choi Yeonjun.
"Maaf terlambat. Aku terjebak macet." Ujarnya.
"Tidak masalah. Aku tidak tahu bahwa kau memiliki sepeda motor."
"Oh, ini? Aku meminjam sepeda motor milik Ayahku."
Aku mengangguk paham.
Aku mengamatinya dari ujung kepala hingga kaki. Ia kini terlihat mengenakan kaos putih dengan luaran jaket kulit hitam dan celana panjang dengan bahan dan warna serupa. Tak lupa dengan rambut hitam legamnya yang disisir rapi.
"Bagaimana penampilanku hari ini?" Tanyanya sambil menampilkan senyum tengil ciri khas miliknya.
"Hm... tidak buruk."
Sejujurnya, aku begitu menyukai penampilannya hari ini. Tapi, tentu saja aku tidak akan mengakui hal itu.
"Hanya itu saja yang ingin kau ucapkan?"
Aku mengerutkan kening. "Memangnya aku harus mengatakan apa lagi?"
"Apa aku terlihat tampan? Keren?"
Aku memutar bola mataku malas. "Lumayan."
Ia tersenyum puas. Kini gilirannya yang mengamatiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hari ini aku mengenakan kaos abu-abu dipadukan dengan jaket varsity merah yang tidak dikancingkan serta celana panjang berwarna hitam. Sebagai informasi, Appa Joon-lah yang memilihkan pakaian ini untukku.
Sejak beberapa hari terakhir, Pa' Joon memberiku berbagai tips dalam berkencan. Mulai dari cara merayu yang implisit, memberikan perhatian secara diam-diam, hingga cara mengambil foto selca dengan benar.
Aku benar-benar berterima kasih atas semua tips yang ia berikan. Sungguh. Hanya saja, kurasa hingga detik ini ia masih mengira bahwa aku hendak berkencan dengan seorang gadis yang mana itu sangatlah bertentangan dengan realita. Pada kenyataannya, aku bahkan tidak bisa menyebut ini sebagai sebuah kencan karena memang intensi kami hanyalah jalan-jalan bersama di akhir pekan sebagai teman.
"Kau terlihat imut hari ini, seperti biasanya."
Atau mungkin Yeonjun memiliki pikiran lain.
Aku menahan senyum. Kuyakin wajahku pasti mulai memerah sekarang. Kuharap ia tidak menyadarinya. "Aku lebih suka dipuji tampan."
Ia terkekeh. "Naiklah. Ayo kita segera berangkat."
Aku mengangguk. Aku pun segera naik ke jok belakang motor.
"Pakai ini." Ujar Yeonjun seraya menyodorkan sebuah helm hitam.
Aku menerima helm tersebut dan segera memakainya. Perjalanan kami pun akhirnya dimulai.
.
.
.
Aku menatap ke arah sebuah toko roti yang berada tepat di hadapan kami. Toko itu tidak besar, namun memancarkan aura yang hangat dan bersahabat. Sepertinya toko itu masih dalam keadaan tutup jika melihat dari tulisan yang tertera pada pintu masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Spoon | BTS + TXT [End]
FanfictionSEQUEL OF "PARTNER" Ketika anak-anak pasangan 'Double Kim' telah beranjak remaja dan mulai menyembunyikan berbagai rahasia dari kedua orang tua mereka.