Devson masih menekuni pekerjaannya sebagai penculik. Ia setiap hari mencari mangsa bersama bawahannya atas perintah boss besar. Sedangkan Yosan selalu menunggu Devson pulang saat pria itu bekerja.
Siang ini Devson pulang dengan membawa banyak berkas-berkas dan beberapa tentengan. Ia menyapa Yosan yang telah sah menjadi anaknya di mata hukum. Ia membawakan kabar baik untuk Yosan.
"Yosan, mulai Senin kamu bisa sekolah" kata Devson sambil menjawil hidung Yosan gemas.
"Beneran Pa?!" Pekik Yosan antusias
Devson mengangguk dan langsung di sambut pelukan bahagia dari Yosan. Devson mengusap kepala Yosan yang berada di pelukannya dengan hati bahagia. Kenapa sebahagia ini melihat Yosan bahagia?
Sudah satu bulan Yosan mengisi dan melengkapi hari-harinya. Kehadiran Yosan membutuhkan hati Devson tak merasa sepi lagi. Harinya jauh lebih berwarna.
"Oh iya, tadi Papa habis gajian... Terus Papa beli tas, seragam, sama alat tulis buat kamu" kini Devson sibuk membuka tentengan yang dia bawa dan mengeluarkannya satu persatu ke meja.
"Ini kayaknya pas" Devson mensejajarkan seragam merah putih itu di tubuh Yosan. Anak itu juga tak berhenti tersenyum karena merasa bahagia dia akan sekolah seperti anak lain.
"Ini buku dan pensil buat menulis, ini penghapus untuk menghapus, dan ini tempat pensil untuk meletakkan pensil dan penghapus mu. Di dalamnya juga ada rautan " kata Devson menjelaskan kepada putranya. Yosan mengangguk mengerti apa yang dikatakan ayah angkatnya.
"Makasih banyak Papa... Tapi papa dapat darimana semua ini?" Tanya Yosan
"Kamu tidak perlu tau. Yang penting kamu bisa sekolah oke" kata Devson sibuk mengemas barang-barang yang akan Yosan bawa ke sekolah pada hari Senin.
Setelah itu Devson mengajak Yosan untuk makan siang. Pria itu membawa putranya keluar untuk mencari makanan. Ia mengajaknya ke rumah makan lesehan yang harganya terjangkau. Setelah pesanan datang, mereka mulai makan.
"Pa" panggil Yosan dengan mulut penuh
"Kenapa?" Tanya Devson
"Papa beli semua itu dari gaji Papa?" Tanya Yosan sambil meneruskan makannya. Devson mengangguk karena memang itu benar adanya.
"Hasil menculik?" Tanya Yosan pelan takut ada yang mendengar mereka karena tempat makan itu lumayan ramai. Devson tersedak dan segera meminum es teh yang dia pesan.
"Diam! Jangan banyak tanya! Kamu tinggal terima saja pemberian Papa... Ngerti kamu!" Sulut Devson marah
Yosan menunduk dan melanjutkan makannya. Ia berharap suatu saat Devson akan berhenti melakukan pekerjaan ilegal itu.
"Pa" panggil Yosan dengan lirih setelah makannya selesai.
"Apa?! Mau bahas kerjaan Papa lagi?!" Sungut Devson sinis kepada Yosan. Anak itu membuatnya tertampar dengan pekerjaannya yang memang ilegal.
"Mmm, mau kasih saran aja sih Pa..." Kata Yosan ragu
"Bicaralah!" Devson memberikan persetujuan untuk mendengarkan saran putra angkatnya itu.
"Papa berhentilah menjadi penculik. Papa cari pekerjaan lain, walaupun susah dan kurang tapi kita masih bisa syukuri... Yang penting Papa kerja halal... Kalau Papa kerja haram perut Yosan sakit" kata Yosan dengan lugu
Devson ingin memarahi Yosan. Namun melihat wajah lugunya membuat dia tidak tega. Lagipula kalau dipikir-pikir perkataan anak itu ada benarnya juga.
"Bukan urusan kamu Papa kerja apa Yosan. Yang penting kita bisa makan. Kamu tidak usah menggurui Papa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Selamanya Buruk
Подростковая литератураMenceritakan seorang anak laki-laki bernama Yosan yang hidup sebatang kara. Ia seorang penjual tisu dan air mineral di jalanan. Kesehariannya menjual tisu dan air mineral di padatnya jalanan kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebuah tragedi y...