Dua

2 0 0
                                    

Di siang yang terik, Devson sudah membawa Yosan ke rumah sederhananya. Ia menyuruh Yosan duduk di kursi ruang depan. Devson juga duduk di sampingnya. Sebelumnya ia tak pernah berbicara dengan anak kecil. Tapi ia akan mencobanya.

"Kamu selama ini tinggal dengan siapa?" Tanya Devson memulai pembicaraan

"Sendirian om. Sewaktu kecil kata orang aku di asuh oleh nenek baik hati... Tapi setelah usiaku tiga tahun, nenek baik itu meninggalkan aku di luasnya dunia ini" kata Yosan sedih

"Hm, apa yang kau lakukan setelah nenekmu meninggal?" Tanya Devson mengambil kesimpulan bahwa nenek anak kecil di depannya itu meninggal dunia.

"Rumah tempat tinggal di daerah itu digusur untuk didirikan pabrik. Terpaksa aku pergi dan menghadapi kerasnya dunia sendirian. Tak ada seorangpun yang menemani. Terkadang aku iri melihat anak-anak di luar sana mendapatkan kasih sayang orangtuanya serta orang-orang dekatnya. Tapi tahu orangtuaku yang mana pun aku tak tahu" Yosan memandang kosong ke arah pintu.

"Hey, jangan sedih. Semua pasti akan berubah lebih baik kedepannya. Walau om tak yakin..." Devson memelankan ucapan pada kalimat terkahir.

Devson jadi kasihan kepada Yosan. Anak itu adalah anak pertama yang ia culik dan membuatnya merasa tak tega seperti ini. Sebelumnya ia sama sekali tak peduli dengan anak manapun. Yang penting pekerjaannya beres.

"Oh iya, ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya Devson yang lupa menanyakan nama anak kecil di depannya.

"Aryosan saja om. Biasa dipanggil Yosan" jawab Yosan

"Om, kenapa mau menyelamatkan aku? Bukankah om itu penculik?" Tanya Yosan menanyakan hal yang ingin dia tanyakan sejak Devson mengajaknya pergi dari tempat terpencil dimana anak-anak yang di culik di letakan disana.

"Entahlah" Devson menghela nafasnya. Ia sendiri pun tak tau kenapa ia nekat menyelamatkan Yosan.

"Baiklah, kamu mulai sekarang tinggal sama om saja ya... Disini... Di rumah kecil ini" kata Devson seadanya.

"Kamu mau kan?" Tanya Devson kepada Yosan yang sedari tadi diam saja. Anak itu tampak berpikir dengan ekspresi wajahnya yang terlihat menggemaskan.

"Hm, boleh deh om. Yosan jadi gak sendirian karena sama om. Makasih" dengan ringan anak itu menyetujui tawaran Devson. Pria itu tak percaya bahwa anak itu langsung mempercayai dirinya yang notabennya adalah orang jahat. Seorang penculik anak anak.

Bunyi perut lapar terdengar di telinga Devson. Entah kenapa ia menatap geli ke arah Yosan yang memegang perutnya dan menatap Devson malu.

"Kamu lapar? Ayo ke dapur" Devson mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Yosan. Devson menuntun anak kecil itu menuju dapur.

"Kamu duduk disini ya... Nanti om buatkan makanan" Yosan duduk seperti perintah Devson. Sedangkan pria itu mulai membuat makanan untuk Yosan.

Yosan merasakan hangat di hatinya. Melihat pria di depannya begitu memperhatikannya membuat hatinya merasa bahagia. Sesederhana itu Yosan merasa bahagia. Andai saja dia memiliki keluarga, pasti hidupnya akan jauh lebih bahagia.

"Om" panggil Yosan

"Iya?" Sahut Devson sambil fokus pada makanan yang tengah ia buat.

"Nama om siapa?" Tanya Yosan

"Oh iya... Nama om adalah Devson" jawab Devson seadanya

"Wah, nama om keren banget. Om Dev" Yosan langsung membuat panggilan untuk Devson.

Dev tersenyum mendengar keantusiasan Yosan. Setelah selesai dengan kegiatannya, Devson menyajikan makanan yang ia buat untuk Yosan.

"Silahkan dimakan, maaf ya cuma telur dadar... Om cuma punya itu" kata Devson sambil mengusap-usap kepala Yosan.

Tak Selamanya BurukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang