Arum masih menikmati bacaannya saat matahari meninggi. Dia tahu ini sudah lewat jam makan siang. Tapi tubuhnya masih enggan beranjak dari kursi taman. Rumput hijau dengan pepohonan rindang di sekitarnya menjadi pelarian terbaik dari penatnya jadwal kuliah. Sejuk dan nyaman, pikirnya.
Tapi Arum tidak benar-benar lari dari rutinitasnya, matanya masih melirik ke arah Gedung kampus yang berada tepat di hadapannya, menanti seseorang. Dari arah gedung, pria yang di tunggu tampak tersenyum manis. 2 tahun sudah, Arum menikmati senyum itu hampir di setiap harinya, membuat kelabu di hatinya cerah seketika.
"Hei, Arum..." pria itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Arum, ia sudah beberapa kali menyapanya tapi tidak ada jawaban.
Arum membalasnya dengan sebuah senyuman, lalu menutup buku yang sedari tadi ia baca. Arum menggandeng lengan pria itu, "Kamu laper ngga?" tanya Arum sambil berjalan meninggalkan taman.
"Aaahh... jangan di tanya. Aku laper, banget!"
Yudha Wicaksono. Mahasiswa biasa yang jatuh cinta dengan gadis biasa di kampus. Tapi bagi Arum, bisa pacaran dengan Yudha adalah sebuah keajaiban. Arum yang sehari-hari hanya sibuk kuliah lalu pulang, bisa pacaran dengan Yudha seorang ketua organisasi wall clambing. Bagi Arum, Yudha adalah dunianya saat ini.
Duduk santai di bangku panjang warteg. Rupa warna warni lauk di balik rak kaca menjadi pemadangan mereka berdua.
"Mas, pesen nasi, usus, sama telor balado ya. Yang 1 lagi nasi, udang, sama capcay. Dua-duanya pakai sambel." Kata Yudha sambal menyomot 1 potong tempe goreng. "Mas, sama es nutrisari jeruk manis 2 ya." Sambungnya lagi.
Yudha menatap Arum yang tersenyum di sebelahnya.
"Kenapa senyum-senyum?" telunjuknya menyentuh pelan pipi Arum.
Arum terlihat kesal, "Ih, tangannya kotor." Omelnya.
"Ya, abis kamu ngapain senyum-senyum? Nanti mas wartengnya naksir gimana?" goda Yudha.
"Ya nggak mungkinlah, orang kamu aja di sebelah aku nempel gini. Mas-nya juga takut kali liat monster kayak kamu." Ledek Arum sambal menunjuk otot-otot Yudha yang menggelap.
Tawa mereka membaur dengan suara orang-orang di sana yang juga menikmati makanan dan riuh obrolan. Yudha mengacak rambut Arum, "makasih udah mau nemenin aku makan." Bisiknya.
Percayalah, ini bukan kali pertama mereka makan bersama di sana. 2 tahun pacaran, hampir setiap hari mereka makan di warteg yang sama di sebelah kampus. Tapi entah kenapa, hari ini Yudha merasa sangat bahagia, Yudha mendekatkan bibirnya ke telinga Arum.
"Kamu tau nggak? Kamu itu di takdirin Cuma buat aku, begitupun aku. Selamanya sama aku ya..." bisik Yudha.
Arum masih terdiam. "Kalau selamanya makan warteg sama kamu mah, aku ogah. Tapi kalau sesekali makan KFC aku mau." Arum kembali melanjutkan makannya, "Udah jangan gombal mulu, makan!"
2 tahun hubungan mereka berjalan, sepertinya sudah tidak ada lagi manis-manisnya gombalan sore atau suapan-suapan lucu ala ABG. Hubungan yang saat ini mereka jalani adalah hubungan saling dukung keputusan satu sama lain saling bantu saat salah satu mendapat kesulitan.
*****
Apa yang bisa menggambarkan Jakarta di sore hari? Macet seperti benang kusut. Aku yakin semua manusia yang terjebak di jalan mengutuk kemacetan ini. Yakinlah, sering kali semut lewat depan kaca akan mendapat makian yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG MERAH
Teen FictionBagaimana bisa aku mengabaikan perasaannya, perasaan yang tulus dan apa adanya. Cintanya yang ia buat begitu indah tidak terbayar sesuai dengan yang ia dapatkan. Bahkan aku sama sekali tidak tahu dimana gadis ini sekarang. Aku masih berharap bisa be...