TUJUH BELAS

5K 527 18
                                    

Votenya cintaaa💣
Siap ketemu Amora?
Konfliknya bentar lagi muncul kawand. Ayo siapin mental buat ketemu ekhemm.







Amora mondar mandir didalam tendanya. Wajahnya terlihat cemas, jari jari tangan digigitnya guna mengurangi rasa cemasnya.

Apa yang didengarnya tadi membuat dirinya terkejut setengah mati.

Masa iya Jenderal militer itu yang menolongnya?

Tapi kenapa sekarang Amora merasa takut, heh?

"Kalau dipikir pikir ngapain juga dipikirin?" Gumamnya pelan.

"Tapi ngapain juga gue pikirin?"

"Lagian kan gue gak tau muka orang itu gimane."

Amora terdiam sebentar. Otaknya mencerna segala sesuatu semenjak dia datang ke dunia ini.

"Gak ada yang special anjirt! Sial semua."

"Ya Tuhan, tolong jadikan hamba sebagai istri dari seorang Jaehyun!" Teriakan kecil hiperbola Amora mengundang tanda tanya dari prajurit yang mendengarnya diluar.

Tirai tenda terbuka dan menampilkan raut wajah bingung dari prajurit tersebut.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu kenyamanan Nona disini?" Prajurit itu bertanya dengan kepala tertunduk sopan.

"Hah? Enggak kok Om, baik baik aja si saya disini. Udah sana pergi, syuh syuh syuhh."

Prajurit itu pergi."Nona itu seperti orang gila." Batinnya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya.

"Enak ya kalo jadi orang berkuasa. Apa apa nyuruh, tinggal kasih perintah semua beres."


***

Amora menatap nanar makanan didepannya. Mengingat sore tadi ketika ia datang kedapur perang dan melihat makanan basi yang dicampur kecoa membuatnya mual ketika ingin makan.

Pikirannya berkelana tentang bagaimana para tahanan perang diberi makanan tidak layak seperti itu. Dirinya merasa kasihan, namun ia juga tak bisa berbuat apa apa.

Oh ayolah, Amora hanya seorang pedagang roti.

"Kenapa tidak kau makan? Apa makanannya tidak enak? Jika tidak enak akan kuambilkan yang baru untukmu."

Suara Arunda memasuki indera pendengarnya. Ia lantas menoleh pada sang empu, dilihatnya Arunda yang baru selesai membersihkan diri setelah kembali dari panggilan atasannya.

"Hei." Panggil Arunda seraya mengibaskan tangannya didepan wajah Amora.

Amora menggeleng. "Aku tak bernafsu untuk makan."

"Kenapa?"

"Aku teringat ketika para koki mencampurkan kecoa kedalam makanan basi yang diberikan untuk tahanan perang."

"Perutku bergejolak ingin muntah kalau aku makan. Melihat makanan saja perutku sudah mual." Jelasnya pelan.

Arunda menganggukkan kepalanya paham.

AMORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang