LIMA

7.7K 620 5
                                    






Amora menatap sekeliling dengan waspada. Pandangannya masih was was dengan keadaan sekitar. Walaupun ia sudah berjalan agak jauh dari mansion yang ia tinggalkan akan tetapi dirinya masih terlalu takut jika ada mata mata ayahnya yang mengintainya. Eh, memang ayahnya peduli dengannya?

Targetnya hari ini adalah ia sampai ke pemukiman warga sebelum matahari tenggelam. Lalu menjual beberapa perhiasannya dan menyewa tempat tinggal untuk sementara waktu. Mencari pekerjaan atau membanhun bisnis sendiri lalu ia menjadi kaya raya.

"Yang gue butuhin saat ini ya cuma cuan. Lo ada cuan lo aman."

"Jadi orang kaya, idup enak. Gausah lah kita cari suami, nanti nanti dulu. Repot amat. Pokoknya kudu duit dulu, kalau ada duit laki pada deketin." Ujarnya senang menantikan dirinya mendapat uang banyak.

Pendengarannya sedikit mendengar suara bising diujung sana. Ia berpikir bahwa pemukiman warga sudah dekat. Dengan semangat empat lima ia pun mempercepat langkahnya.

Sambil tersenyum devil, mengingat rencana yang sudah ia bangun berhari hari membuat hatinya membuncah senang. Uh, sungguh Amora tidak sabar jadi orang kaya. Mengingat bahwa ia akan punya banyak uang mambuatnya tak sabar segera sampai pada tujuannya.

Grerr

Greerrr

Grreerrrrr

"Eh, apa itu?" Langkahnya perlahan lahan menjadi sedikit lambat. Amora menatap sekeliling dengan waspada.

"Itu apaan anjir, bunyinya kayak doggi doggi tapi versi lebih serem." Ucapnya bingung.

Tak sengaja netranya menangkap ada serigala putih diujung semak semak. Pandangan hewan lucu itu mengarah padanya. Jarak Amora dengan hewan buas itu sekitar sepuluh meter.

"Jangkrik." Umpatnya dalam hati.

Seraya berdoa pada tuhan untuk keselamatan ia pun menghitung di dalam hatinya, rencananya ia bakal lari.

"Satu, dua, tiga, lari!"

Dengan kekuatan penuh ia pun lari terbirit birit. Samar samar namun semakin lama semakin jelas suara hewan lucu itu.

Tangannya ia gunakan untuk mencengkeram barang yang ia bawa termasuk perhiasannya. Bisa gawat jika perhiasannya hilang.

Tudung yang ia gunakan pun terhempas kebelakang. Surainya yang berwarna abu abu keperakan sedikit bersinar dibawah cahaya matahari yang sudah mulai tenggelam.

Wajah cantiknya terlihat tertekan.
Napas gadis itu mulai tak terkendali. Jika ia melanjutkan larinya yang ada dia mati kehabisan napas.
Jujur sekarang Amora merasa kesal, hewan lucu itu ternyata tidak berhenti mengejarnya.

"SERIGALA ANJING!"

"UDAH WOI NGEJERNYA!"

"YA TUHAN BARU JUGA HIDUP MASA IYA MAU DICABUT LAGI NYAWA GUE"

Karena saking lelahnya ia berlari tak sengaja kakinya tersandung batu. Wajahnya yang ayu ikut terhantam batu yang berukuran cukup besar. Amora merasakan dahinya sakit sekali. pandangannya sedikit demi sedikit mulai menggelap.

Namun yang pasti, sebelum ia menutup mata, netranya melihat seseorang memunggunginya dengan sebilah pedang berlumuran darah ditangannya. Ujung matanya melihat kepala hewan lucu yang mengejarnya tadi terpisah dari badannya.

Apakah hidupnya hanya sampai sini saja? Apakah tuhan tidak menginjinkannya bahagia di dunia barunya? Kenapa seakan akan hidupku hanya dipenuhi luka?

Didunianya yang dulu
kebahagiaannya pun direngut akibat ulah orang tuanya sendiri. Dan sekarang ia hidup dikelilingi oleh kebencian dari orang orang yang seharusnya ia anggap rumah.

"Bye dunia tipu tipu." Ucap Amora samar, dan selanjutnya gelap.
















AMORA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang