tiga

1.7K 155 3
                                    

Pagi pagi Pond di bangunan petugas hotel, pintu kamar Phuwin masih tertutup, "orang di kamar ini udah keluar belum ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi pagi Pond di bangunan petugas hotel, pintu kamar Phuwin masih tertutup, "orang di kamar ini udah keluar belum ?"

Petugas itu hanya menggelengkan kepalanya, ia bilang kamar ini kosong dari kemarin, lalu siapa yang menangis tadi malam?

Pond bergidik ngeri, ia ketakutan sendiri berlari ke kamarnya. Apa dia bermimpi saat resepsionis itu mengatakan kamar 1003? Tidak tidak ia tidak ingin mengubah cerita ini menjadi cerita horor konyol yang membuat dirinya ketakutan setengah mati.

Tapi anehnya saat ia membuka pintu kamarnya ia melihat Phuwin disana, memunggunginya, terlihat membereskan isi tasnya.

Ia mengusap matanya berulang kali, apakah ia belum juga sadar dari mimpinya, Phuwin disana sangat tenang tidak terlihat akan kabur kemanapun. Terlebih saat ia menoleh dan menatapnya, bolehkah Pond memeluknya sekarang?

"Phu?,"

"Aku hantu,"

Refleks Pond melepaskan pelukannya, menatapnya dengan ketakutan. Mulutnya terbuka seperti ikan diluar kolam, kata katanya menghilang dari kepalanya.

Phuwin memukul kepalanya, bibirnya di tekuk tidak ingin bercanda lebih lanjut. Mantan kekasihnya itu terlihat sangat bodoh jika negini. Ia akan menyelesaikan ini sekarang.

"Ini bukan hantu kan?"

"Aku mau pergi kalo kamu ga jadi ngomong," Pond meraih tangannya, ia menyerah pada perasaan depresi akhir akhir ini. Ia menghela nafas meminta Phuwin duduk disisinya di atas kasur miliknya.

"Soal kita, kamu yakin sama keputusan mu?" Pond menatap Phuwin, ia tidak lagi bergejolak. Setelah berjalan seharian ia berpikir banyak. Ia memang tidak siap untuk kehilangan tapi jika itu menyakiti Phuwin ia juga tidak menginginkannya.

Phuwin mengangguk dengan mantap, "aku yakin,"

Pond gagal, ternyata meskipun dilakukan dengan tenang ini tetep terasa menyakitkan. "Aku belum cukup buat kamu? Aku bisa berubah sayang, kalo kamu minta waktu aku bisa undur pernikahan ini, dan kamu ga perlu pergi dari hidupku, kita bisa bicara,"

Phuwin hanya diam, emosinya tak terbaca, "aku kekanakan kan?"

Tiba tiba saja Phuwin mengatakan itu, dan Pond sama sekali tidak mengerti, "masalahnya bukan di kamu, aku denger semua yang kamu bilang tadi malem, " Pond makin bingung, ia tidak bisa mencerna semuanya terlebih ia baru saja bangun bagaimana ia bisa sadar secepat itu.

"Dimana kamu tadi malem?"

"Kamar 2003," jawabnya dengan kesal, iya ternyata Pond salah dengar dari resepsionisnya, kamar 2003 tepat di depan kamar 1003.

"Jadi..."

"Aku ga bisa ikut kamu, aku ga akan pulang sama kamu, kita udah selesai ka, ga ada yang perlu di bahas lagi,"

Pond tersenyum kecut,"kamu suka begini? " Matanya menatap mata kucing milik Phuwin.

"Tanya hati kamu, semisal adanya aku disini malah nyakitin kamu aku pulang, tapi aku mau denger alasan sebener benernya. Aku gamau denger kamu belum siap. Tujuh taun itu bukan mainan, aku selalu serius selama itu, begitu juga kamu, dan tiba tiba kamu bilang kamu belum siap ini ga lucu phu," Pond meraih jari jari ramping kekasihnya itu, ia tidak ingin ada yang luput meskipun hanya sedikit, ia hanya ingin membicarakan sejujur jujurnya.

Phuwin berusaha untuk melepaskan tangannya, genggam ini membuat hatinya goyah, tapi Pond terlihat kuat dengan tekadnya. "Aku bilang masalahnya bukan di kamu, tapi aku! Aku maunya kamu hidup bahagia kaya orang lain, sesuai sama harapan kamu dan keluarga kamu, kamu ga bisa lakuin semua itu sama aku, "

Pond frustasi mendengarnya, tolong ia tidak mengerti lagi kemana arah pembicaraan ini. "Aku bahagianya sama kamu phu, cuma sama kamu!"

Ia melihat bagaimana Phuwinnya mulai menangis, matanya memerah. Pond tidak memprediksi ini sebelumnya, "sebelum semuanya bener bener terlambat, aku mau semuanya berhenti sampe sini aja ka, jangan cari aku lagi, aku minta maaf buat semuanya,"

"Kamu ga pernah kasih aku penjelasan, kamu akhiri ini sesuai kemauan kamu sendiri, egois tau nggak?"

Tangisnya lebih deras lagi, Pond tidak bisa untuk tidak merobohkan pertahanannya, di peluknya tubuh Phuwin. Masih sama, pinggangnya ramping sangat bagus untuk di peluk, terlebih dalam pelukannya. Di usapnya rambut hitam itu, kepala kecil yang begitu penuh hal hal manis yang tidak sepenuhnya Pond pahami, kepala yang juga penuh dengan jalannya sendiri yang kadang Pond merasa itu sangat menyebalkan karena terlalu keras untuk di kalahkan. Tapi ia bisa menerimanya baik buruknya Pond merasa sanggup untuk itu.

"Jangan nangis gini, kamu minta kita berakhir tapi kamu nangis, aku harus gimana?"

"Eung, kamu pergi aja kalo gitu," saat Phuwin mendorong pundaknya untuk menjauh, Pond kembali menariknya dalam pelukan yang erat. Semua perpisahan memang menyediakan meskipun dengan cara baik baik sekalipun.

"Aku punya permintaan terakhir, " Phuwin hanya diam, jadi Pond memutuskan bahwa ia setuju.

"Aku punya waktu tiga hari sebelum pulang ke Bangkok buat pernikahan itu, bisakah tiga hari ini kita jalanin semuanya kaya biasa? Setelah itu aku pulang. semisal kamu berubah pikiran aku tunggu kamu di altar, tapi kalo kamu enggak berubah, aku berusaha terima itu, " 

Percayalah itu hanya kalimat asal ucap dari mulut Pond Naravit saja, tapi bagus juga, jika itu adalah jalan untuk mengambil kesempatan dimana ia akan meraih Phuwin kembali. Tapi jika itu tidak berhasil Pond sudah memutuskan untuk berhenti, berhenti untuk mencoba bersama siapapun, ia tidak pernah menginginkan seseorang selain Phuwinnya.





















Pagi sudah berlalu begitu saja perut mereka kelaparan, jadi Pond berinisiatif membawa Phuwin ke restoran seafood, kekasihnya itu sangat suka udang, tapi kali ini ia malah memesan kepiting besar.

Pond hanya memperhatikan ketika ia membuka cangkang keras kepiting itu, "kenapa pesan kepiting?"

Phuwin hanya tersenyum simpul," aku ga mau kamu kupasin udangku, " katanya sambil mengangkat bahunya acuh, Pond tertegun.

Tapi semua orang juga tahu kepiting adalah makanan favoritnya, terlebih saat Phuwin menggeser piringnya ke depan Pond, "makan," katanya seacuh mungkin.

"Kamu alergi kepiting kenapa pesen kepiting?" Pond menoleh menatap lelaki kecilnya yang berusaha menyembunyikan wajahnya, menoleh kemanapun.

"Makan aja, jangan ribut,"

Pond mulai memakan kepitingnya dengan senyum rekah sementara Phuwin hanya menikmati sup curry nya dengan tenang.

Pond tidak tahu kenapa Phuwin selalu begitu, diam diam memberikan apapun yang Pond sukai, bahkan Phuwin pernah bilang ia tidak suka kulit ayam krispi, dan akan selalu meletakkan semuanya di piring Pond, ia juga suka sekali membeli cola, tapi berkali kali ia katakan ia tidak suka cola. Hanya kebetulan promo, katanya.

Siapa yang percaya?

Saat Phuwin memesan udang siapa yang benar benar suka udang? Anak itu akan meminum obat anti alergi setelahnya.

Kadang Pond bertanya tanya tapi tak juga menemukan jawabannya, anak itu akan selalu berkelit saat pertanyaan itu hinggap di telinganya.








































"Phu, kenapa kamu pergi kesini?"

Mereka berjalan di pesisir pantai, matahari sudah agak meredup terlebih angin yang kuat membuat mereka merasa nyaman.

Phuwin mengigit bibirnya ragu," kamu sendiri kenapa kesini?"

Pond terkekeh," awalnya aku mau jemput kamu, tapi kelihatannya kamu terlalu yakin sama keputusanmu,"

Pond mengintip reaksi Phuwin, pria kecilnya itu tampak mengangguk beberapa kali, seolah setuju. Pond benci melihatnya sekeras batu karang.

Miracle 7 day [PondPhuwin] [bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang