enam (18+)

3.9K 271 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Phuwin remaja sangat manis, dia pendiam di kelasnya. Pond baru pertama kali berada di kelas yang sama saat kelas tiga SMA.

Lelaki manis itu duduk tepat di depannya, di bangku pojok baris kedua depan jendela.

Bukan anak yang menonjol tapi semua siswi akan membutuhkannya setiap pelajaran matematika.

Pond sendiri baru menyadari bahwa di sekolah mereka memiliki murid bernama Phuwin saat itu. Entah karena kebiasaan bolosnya atau karena menjadi siswa populer yang enggan memperhatikan orang lain.

Yang pasti saat itu lelaki bernama Phuwin menarik perhatiannya. Disana hal tidak penting pun menjadi celah percakapan mereka.

Untuk beberapa hal lelaki itu akan menjelaskannya dengan singkat. Tapi lebih sering ia mengerang kesal sambil menunjukan gigi gigi kecilnya, "jangan colek colek bisa nggak sih!"

Pond tersenyum, lucu. Di dalam benaknya hanya ada itu saat Phuwin mulai memarahinya.

"Ya gue mau tanya, nengok dulu makannya,"

"Apa sih!"

"Pulang sekolah mau ikut nggak nonton Avengers, gue yang traktir."

Pond ingin tertawa saat melihat ekspresi bimbang di wajah manis itu, ia mengigit bibirnya sambil berpikir.

"Aku ada les piano," katanya dengan memelas seperti anak anjing, Pond jadi kegirangan sendiri.

Iya dengan percaya diri Pond mencari tahu apapun yang anak lelaki ini lakukan dalam kesehariannya hobinya kesukaannya, Pond tahu.

"Kalo gitu gue boleh ikut ke tempat les piano nggak? Pulang dari sana baru kita nonton,"

Pond menatapnya dengan membujuk, dan itu membuatnya sedikit kebingungan, sampai akhirnya ia mengangguk asal.

Dari sana Pond tidak hanya ingin lebih dekat dengan mahluk manis itu. Ada rasa ingin memiliki, ingin memberi afeksi dan kasih sayang, rasanya menggelikan tapi pada faktanya Pond memang seorang budak cinta.

Pond belajar mengerti bagaimana ambisi anak itu untuk menjadi yang terbaik di kelas, cara berpikirnya yang cenderung logis, bagaimana ia akan bersikap keras saat merasa malu, meskipun pipinya memerah ia akan terus marah.








Sampai kelulusan SMA, Pond menyatakan perasaannya. seperti,

"Phu, gue mau kita punya status."

Anak itu terkejut. Stik es krim masih menggantung di mulutnya dengan mata terbuka lebar.

Satu menit ia masih belum merespon sampai akhir Pond kembali mengambil alih situasi.

"Phu, lu mau kan jadi pacar gue?" Pond menggenggam erat tangan kurus itu dalam menggenggam besarnya.

Miracle 7 day [PondPhuwin] [bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang