empat

1.8K 168 7
                                    

"Phu, kamu mau buat istana pasir?" Phuwin yang saat itu hanya duduk duduk di atas karpet dengan satu butir kelapa utuh di tangannya hanya tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Phu, kamu mau buat istana pasir?" Phuwin yang saat itu hanya duduk duduk di atas karpet dengan satu butir kelapa utuh di tangannya hanya tersenyum.

"Kita bukan anak kecil lagi ka, " katanya, tapi Pond sudah belajar untuk tuli jadi ia tetap menyeret Phuwin ketempat di mana lebih dekat dengan air laut,

"Kita buat disini phu,"

"Terlalu Deket ka, nanti bisa tersapu ombak,"

Pond hanya diam dan mulai membangun, ia juga menarik Phuwin untuk berjongkok bersama membangun gundukan kecil di atas pasir.

"Kamu inget ga phu, sepulang pengumuman hasil kelulusan SMA kita pergi ke pantai juga, waktu itu kita buat istana pasir juga kan?"

Phuwin ingat, senyumnya mengembang tapi itu sudah sangat lampau, dimana semuanya tidak serumit ini. Dalam hatinya ia ingin kembali pada masa masa itu, dimana perasaannya mendominasi segala hal dalam hidupnya.

"Waktu itu juga awalnya kamu ga mau main pasir, kata kamu kita bukan anak kecil lagi," Pond melirik wajah manis itu, ia terkekeh. "Tapi siapa sangka kamu ga mau pulang sampe langit jadi gelap. Kamu bilang kamu mau buat istana paling bagus buat kita kan?"

"Dulu aku masih kecil, " pipinya bersemu, malu. Pond ingin menciumnya tapi hanya bisa tertawa geli.

"Kamu yang dulu juga bilang kita bukan anak kecil lagi, tapi hari ini kamu masih sama phu, "

Phuwin tertegun, benarkah ia masih sama? Kenapa rasanya lebih sulit kali ini. Tangannya hanya menepuk nepuk pasir membuat gundukan bukit tanpa rencana.

Saat tiba tiba air laut bergulung ke daratan dan menyapu pasir yang telah mereka bangun Phuwin terkesiap kaget, celananya basah karena ikut tersapu air tapi Pond malah tertawa. Jelas milik pond sudah hampir selesai, tapi kini tak bersisa.

Waktu itu, Phuwin menangis istananya yang di bangun dengan harapannya bersama Pond tersapu ombak.

Pond ingat sekali bagaimana kekasih kecilnya itu tersedu-sedu mengatakan istana pasirnya telah hancur, jika di ingat itu sangat lucu dan konyol. Tapi hal seperti itu tidak akan terulang kembali.

Phuwin yang sekarang hanya mengerang kecil karena kesal pantatnya basah oleh air laut.

"Istanamu hancur, harusnya kita tidak membuatnya disini, ombaknya bisa sampai sini saat airnya pasang, tahu," Pond tersenyum, Phuwin tidak mengerti, tapi Pond malah memintanya duduk saja di tempat basah yang mungkin akan tersapu ombak kembali.

"Disini teduh, " Pond menunjuk pohon bakau, rindangnya membuat bayangan dimana sekarang mereka duduk, "kamu bisa matang seperti udang jika kepanasan,"

Miracle 7 day [PondPhuwin] [bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang