BAB 22 :: Tak harus selalu kuat

377 34 13
                                    

Sejak dua hari yang lalu, Erland terus berpikir mengapa Tuhan masih berbaik hati berulang kali membawanya kembali. Padahal, setelah kejadian itu, lenyap sudah semua harap untuk sekadar membuka mata, melihat orang-orang yang dia sayangi. Rasanya terlalu menyakitkan mengingat bagaimana sang istri bersikeras untuk menyelamatkan laki-laki lain hingga Erland tak memiliki pilihan selain mengorbankan diri, daripada membiarkan istrinya melakukan sesuatu yang berbahaya dengan turut membawa sang calon bayi.

Lelaki itu masih tak bersuara sekalipun orang-orang terus mengajaknya bicara. Seperti hari-hari sebelumnya, ada bunda, adik, sahabat, juga istrinya di sana. Hanya sosok sang ayah yang masih belum terlihat. Namun, Erland terus bungkam seolah hilang kata untuk sekadar menyuarakan rasa sakitnya, membuat semua orang pilu sebab tak ada satu pun kata yang terlontar dari bibirnya.

Sampai kemudian Hana mendekat, membungkuk, menyamakan posisinya dengan Erland, lantas menatapnya lebih dekat dengan mata berkaca-kaca. "Dek, lo kenapa, sih, bikin gue khawatir terus? Yuk, ngobrol. Apa yang sakit?"

Erland sedikit terkejut karena sejak dulu—sekalipun sudah saling mengenal lama—Hana tak pernah memanggilnya seperti itu.

"Kenapa? Kenapa lo selalu bertindak sejauh itu? Lo bukan kucing, Dek. Nyawa lo cuma satu. Kalau lo enggak balik lagi, yang sakit bukan cuma gue, tapi semua yang ada di sini. Lo seenggak sayang itu, ya, sama nyawa lo sampai berkali-kali lo gadaikan?"

Hati Erland remuk tak berbentuk. Pertahannya runtuh seketika mendengar bagaimana perempuan itu bicara. "Kak ...." Pelan sekali Erland bersuara, tetapi sanggup menggores luka di hati siapa pun yang mendengarnya.

Hana mengangkat sebelah tangannya, mengusap puncak kepala Erland, lalu berkata, "It's okay, Dek. Lo enggak harus selalu jadi kuat. Mana Erland bocah nakal manja yang gue kenal dulu? Turunin bentengnya. Enggak hina kok sekadar mengakui kalau lo lagi enggak baik-baik aja. Kalau mau nangis, ya, nangis aja. Mau marah, ya, marah aja. Jangan pernah berpikir lo enggak berhak melakukan itu semua dengan alasan lo adalah laki-laki dewasa. Ingat, mau setangguh apa pun, laki-laki juga manusia."

Saat itu ... pecahlah tangisnya. Persetan dengan harga diri. Persetan dengan benteng kukuh yang ia bangun selama ini. Entah dunia yang tidak adil atau Tuhan yang terlalu percaya, tapi Erland benar-benar sudah tak sanggup menahan semuanya seorang diri. Kondisi fisiknya terus menurun digerogoti penyakit itu, sementara hatinya pun tak kalah patah karena keadaan.

Alvin mendekati istri juga sahabatnya, dengan refleks bergerak memegangi pergelangan tangan Erland, takut anak itu bergerak brutal dan mengacaukan jahitan operasinya atau sekadar menarik infusnya. Dari sekian banyak orang, mungkin Alvin satu di antara mereka yang sedang menyesal. Menyesal karena pernah dengan bodoh menaruh percaya pada Haikal, laki-laki yang dengan kejam menghancurkan sahabatnya.

Renata tak tahan lagi, melihat sang suami menangis sampai sebegitunya membuat hatinya sakit luar biasa. Rasa bersalah mengakar hebat dalam hatinya.  Perempuan itu melangkahkan kedua kakinya keluar dari kamar rawat Erland, kemudian menangis seorang diri di kursi tunggu. Dulu mungkin Erland salah mengusik hubungannya dengan Bagas, tetapi Erland juga yang menyelamatkannya dari lelaki itu.

Sekarang entah apa yang akan terjadi padanya. Sejak sadar, Erland tak bicara apa pun. Renata hanya bisa pasrah andai lelaki itu memilih untuk meninggalkannya sebab sejak awal Renata menjadi penyebab semua rasa sakit Erland.

"Kenapa di sini?"

Renata tahu betul itu suara siapa. Dia mengangkat pandangannya hingga beradu tatap dengan sang ayah mertua. "Ayah. Aku ... aku malu kalau di dalam."

"Erland udah mau ngobrol?"

Renata mengangguk. Mungkin belum bisa dikatakan mengobrol, tetapi setidaknya Erland mau bersuara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Without youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang