BAB 20 :: Sesal tak berguna

1.6K 186 32
                                    

Plak!

Elena melepaskan satu tamparan tepat pada pipi menantunya. Ia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak marah. Ini kali kedua Renata membuat putranya terkapar antara hidup dan mati.

Polisi memang datang sesaat sebelum Bagas, Haikal, dan anak buahnya melarikan diri. Namun, mereka tak cukup cepat untuk mencegah penusukan itu. Mereka berhasil dibekuk saat itu juga. Sementara kondisi Erland juga kritis karena mengalami perdarahan hebat.

"Seharusnya Bunda enggak pernah membiarkan Erland menikahi kamu kalau akhirnya kamu kembali membuat dia celaka. Dia sesayang itu sama kamu, Teh. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu mengorbankan orang yang menyayangi kamu dengan tulus demi seorang lelaki berengsek seperti Haikal."

"Maaf, Bunda. Aku benar-benar minta maaf," sesal Renata dengan air mata yang terus mengalir.

Jika istrinya marah-marah, Arlan sebaliknya. Lelaki itu hanya mengeluarkan satu kalimat menohok, Ayah kecewa sama kamu. Ia tidak menyangka kehidupan rumah tangga putranya begitu pelik. Andai Arlan tahu kejadian seperti ini akan terulang, mungkin ia pun tidak akan membiarkan Erland menikahi perempuan itu. Keteguhan, keseriusan, juga ketulusan Erland yang membuatnya luluh dan berani memberi restu. Nyatanya, semua itu hanya dibalas dengan kesakitan.

"Jangan harap hubungan kalian akan baik-baik aja saat Erland bangun nanti. Kamu harus cukup tahu diri buat pergi!"

Jangan lupa, sebelum menjadi sosok ibu yang keibuan, Elena adalah gadis ceplas-ceplos. Terlebih saat merasa marah. Apalagi kali ini putra kesayangannya dilukai.

"Aku ... aku enggak mau pisah sama Erland, Bunda."

"Harusnya itu bisa kamu buktikan. Dengan memasukkan tokoh lain ke dalam kehidupan rumah tangga kalian, berarti secara tidak langsung kamu memang ingin menyudahi kebersamaan kalian. Bohong kalau sekarang kamu bilang enggak mau pisah sama Erland."

Renata menjatuhkan tubuhnya, berlutut di hadapan sang ibu mertua, lalu berkata, "Kasih aku kesempatan buat tebus semua kesalahan aku, Bunda. Aku, Reka, dan calon bayi kami masih butuh Erland."

"Tapi, kami semua enggak butuh perempuan kayak kamu. Bertahun-tahun menikah, Bunda enggak sekalipun melirik laki-laki lain. Begitu juga Ayah. Kami saling menjaga. Bukan menjaga satu sama lain, tetapi menjaga diri sendiri supaya enggak tergoda oleh apa pun di luar sana. Sayangnya, dalam rumah tangga kalian yang Bunda lihat cuma Erland yang membatasi diri. Cuma Erland yang mati-matian bertahan. Erland sakit sendirian. Bunda salah karena pernah enggak percaya sama putra Bunda sendiri, menyalahkan dan menyudutkan dia atas kesedihan kamu. Sekarang akan jauh lebih salah kalau Bunda membiarkan kalian tetap bersama."

"El," tegur Arlan. Ia tidak ingin membuat pengunjung lain tidak nyaman karena perdebatan mereka.

"Diam, Lan. Dia harus tahu tempatnya. Erland sebenarnya bisa mendapatkan perempuan seperti apa pun yang dia mau, tapi bodohnya dia malah mau menunggu dan menikahi perempuan seperti kamu yang justru terang-terangan mengkhianatinya. Bunda enggak akan bilang apa pun kalau bukan siapa-siapa, tapi Bunda seorang ibu. Ibu mana yang suka anaknya disakiti berulang kali?"

Arlan melepaskan pelukannya pada Reina, lantas bangkit. "Bangun," titahnya pada Renata. Bagaimanapun perempuan di hadapannya sekarang tengah mengandung cucunya. Arlan tidak ingin terjadi sesuatu. "Kamu sudah membuat ayahnya terluka, jadi jangan lakukan hal yang sama pada anaknya. Erland pasti sedih kalau seandainya dia bangun dan calon bayinya kenapa-kenapa."

Reina memasang wajah tak peduli. Berkali-kali ia memberi peringatan, tetapi tak ada yang mendengar. Setelah semua ini terjadi baru mereka sadar bahwa kakaknya tidak baik-baik saja.

Elena tampak hendak marah lagi, tetapi Arlan mencegahnya.

"Udahlah, El. Lebih baik kita semua berdoa supaya operasi Erland lancar."

Without youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang