BAB 13 :: Teguran ayah mertua

3K 322 51
                                    

"Dari mana aja, Ren?"

Tubuh Renata membeku. Kedatangannya disambut oleh pertanyaan dingin dari ayah mertuanya. Sungguh, ini pertama kalinya sang ayah bersikap demikian. Biasanya dia selalu bersikap ramah.

"Ketemu teman, Yah," sahutnya.

Reina memutar bola matanya. Jenuh. Ia tahu siapa teman yang dimaksud oleh kakak iparnya. Jika tak melihat Reka, dan mempertimbangkan betapa sang kakak mencintai perempuan itu, bisa dipastikan kalau Renata sudah terusir dari rumah karena telah berani mengkhianati kakaknya. Untung saja Reina baik.

"Sini duduk sebentar, Ayah mau ngobrol," kata Arlan lagi.

Renata hanya mengangguk, lalu menghampiri ayah mertuanya.

Arlan kemudian memberi kode pada istrinya agar membawa Reina dan Reka menjauh. Tak baik pembicaraan orang dewasa didengar anak kecil.

Membaca rasa gugup dalam setiap pergerakan menantunya, Arlan berusaha untuk bersikap normal. Tidak tega juga menghakimi tanpa memberi kesempatan perempuan itu menjelaskan. Bukan bermaksud ikut campur, tapi Erland yang cenderung tertutup dan Renata yang terkesan cuek belakangan ini membuatnya yakin kalau Renata tak tahu sedikit pun perihal kondisi kesehatan Erland. Sedangkan putra sulungnya sekarang tengah berjuang, dan membutuhkan dukungan dari sekelilingnya.

"Kalian lagi ada masalah?"

Renata mengangkat kepalanya yang semula tertunduk. "Aku sama Erland, Yah?"

"Hm."

Perempuan itu menggeleng. Seingatnya ia tidak punya masalah apa pun selain masalah Haikal. Itu juga mereka sudah berbaikan.

"Benar? Ayah lihat, Erland seperti mendapat banyak tekanan belakangan ini. Kamu juga cenderung bersikap tak acuh. Kalau Erland punya salah, Ayah minta maaf atas nama dia. Tapi, tolong kembali bersikap normal. Erland butuh kamu sekarang."

"E--Erland kenapa, Yah?"

"Kamu istrinya, silakan cari tahu sendiri."

***

Erland tampak tenang dalam tidurnya. Ia mulai terbiasa dengan efek samping obat seharga belasan juta yang wajib dikonsumsinya, paling tidak sampai operasi dilaksanakan.

Awalnya tidak menyenangkan memang. Ia selalu merasa ingin muntah bahkan di saat obat tersebut baru berhasil ditelannya. Namun, Dokter Fabian tak tinggal diam menerima keluhannya, obat-obatan antiemetik disertakan bersama obat itu untuk menetralisir rasa mual yang kian menyiksa.

Pintu kamar terbuka. Renata melangkah pelan mendekati suaminya yang tidur dengan nyaman di ranjang. Ada perasaan lega karena Haikal sudah berjanji akan membantunya menjaga Erland dari Bagas.

Iya.

Surat ancaman yang dikirim oleh orang berinisial B mengarah kuat pada mantan kekasihnya sewaktu SMA dulu. Siapa lagi pria nekat yang memiliki dendam sebesar itu padanya juga Erland selain Bagas? Pria itu mengerikan.

Renata mengulurkan tangan, mengusap bulir-bulir keringat di dahi suaminya. Ayah mertuanya bilang, Erland sedang tidak sehat. Dengan kondisi Renata yang saat ini tengah hamil muda, bisa dipastikan kalau suaminya itu tidak akan mau bercerita tentang kebenaran yang ada, jadi tugasnya sebagai seorang istri adalah mencari tahu apa yang terjadi.

"Lan, apa aku kurang perhatian?" tanya perempuan itu dengan nada lirih. Tangannya bergerak lagi, membingkai wajah tampan suaminya.

Without youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang