• 08

353 66 1
                                    

Semenjak insiden hujan itu, entah kenapa [name] mulai merasakan perasaan aneh di dalam dirinya semakin tumbuh. Sesuatu seperti... Apa dia menyukai Kishibe? Laki laki itu selalu menghantui pikirannya pagi, siang, sore, hingga malam.

Suara lembut itu selalu terngiang di kepalanya, senyuman itu selalu memikat hatinya, juga bau khas milik jasnya yang masih dapat ia kenali. Yang ada di dalam pikirannya kini hanya Kishibe, Kishibe, Kishibe, seperti laki laki itu sudah menjadi candu baginya.

Namun perasaan itu lagi lagi harus terhalang status hubungan mereka mengingat Kishibe sudah memiliki seseorang yang ia sukai. Dia tak tahu apa mereka bisa dibilang teman atau hanya kenalan. Sepertinya itu juga bukan, mungkin lebih ke bartender dan pembeli setianya.

Dia ingin mengetahui apa hubungan mereka sebenarnya. Kishibe selalu menggodanya, dia tahu itu tapi jika kenyataannya mereka tak dekat sama sekali?

"Kenapa aku harus memiliki perasaan ini?..." [name] menghela nafas panjang, tak tahu lagi bagaimana caranya menyingkirkan Kishibe dari dalam pikirannya.

Ia duduk dengan meletakkan kepalanya di lipatan kedua tangannya di atas meja pos, kembali hanyut dalam pikirannya. Seseorang, siapa saja, bantu dia melupakan laki laki itu.

Pintu terbuka menampakkan Kishibe yang memasuki bar. Dia menatap kearah perempuan berambut [h/c] yang ia kira tengah tertidur di pos. Ia duduk di hadapan [name] dan memperhatikannya lekat lekat.

Mungkin shift malam ini mulai menguras tenaganya? [name] yang malang, dia harus mengorbankan waktu tidurnya untuk bekerja.

Kishibe sama sekali tak ingin mengganggu [name] walau dia ingin memesan minuman sekarang. Tangannya tergerak untuk mengusap pelan surai [h/c] itu, merasakan bagaimana lembutnya setiap helai di tangannya.

Merasakan seseorang mengusap kepalanya, [name] segera mengangkat bangkit. Pandangan mereka bertemu sesaat dan dia dapat merasakan wajahnya memanas sekarang.

"Kau baik baik saja? Jika kau ingin beristirahat, beristirahat saja." Dia ingin beristirahat, tapi itu berarti Kishibe akan pergi.

"Tidak, aku baik baik saja. Kau ingin sesuatu?" [name] segera bangkit dari kursinya dan mengambil gelas kosong.

"Kau yakin? Kau terlihat lelah atau sesuatu terjadi?"

"Hanya masalah wanita." Masalah wanita, ya?...

"Jika kau butuh teman curhat, aku ada disini." Tidak, tidak mungkin dia mengatakan bahwa ini semua karena Kishibe.

"Lupakan."

"Awww... Kau tak ingin berbagi cerita dengan teman setiamu ini?"

"Kau bahkan bukan temanku."

"Oh? Kalau begitu untuk apa aku mengajak orang asing untuk berkencan?"

Maksudnya, dia pernah mengajak [name] untuk berkencan bahkan saat mereka belum mengenal satu sama lain. Tidak, lebih tepatnya saat Kishibe bahkan tak mengenalnya.

"Aku siap mendengarkan. Melihatmu seperti itu hanya membuatku khawatir." Kishibe bertopang dagu sembari menunggu [name] menceritakan masalahnya.

"Kau..." [name] menghela nafas kembali. Lihat siapa yang tak ingin Kishibe pergi sekarang. [name] memberikan pesanan Kishibe dan kembali duduk di kursinya.

"Jadi apa yang mengganggumu sekarang?" [name] berusaha mencari topik yang tepat untuk menyingkirkan suasana canggung ini.

"Oh, biar aku tebak. Dilihat dari wajah bimbangmu dan 'masalah wanita' yang tengah kau hadapi, apa kau tengah jatuh cinta dengan seseorang?"

Wajah memerah itu kembali, membuat Kishibe tertawa puas karena sepertinya tebakannya itu benar.

"Lihat? Tebakanku selalu benar. Rasanya aku sudah seperti seorang detektif yang hebat."

"Siapa kau? Herlock Sholmes?"

"Bisa dibilang aku calon suamimu."

"Di dalam mimpimu." Tanpa ia sadari, percakapan itu mengembalikan senyumannya. Dia ingin, hanya saja dia tahu Kishibe hanya menyukai Quanxi.

"Jadi, siapa laki laki beruntung yang kau sukai?" Di dalam hatinya [name] ingin sekali berteriak pada Kishibe bahwa dialah laki laki yang dia sukai. Tapi sekali lagi, dia tak yakin untuk mengatakannya.

"Hanya pelanggan biasa disini." Kishibe mengangguk mengerti, satu ide akhirnya tertancap di kepalanya.

"Aku bisa membantumu untuk mendapatkan hatinya." Oh? Apa ini? Dia ingin menjadi wingman diantara mereka?

"Aku bisa berbagi saran kencan denganmu jika kau mau. Aku yakin ini akan bekerja 100%."

Saran kencan? Jadi langsung pada kencan? Jika dipikir-pikir, dia tak mungkin mengajak orang asing berkencan. Dia bukan Kishibe.

"Aku tak tahu, aku tak bisa mengajaknya berkencan begitu saja." Jawab [name] ragu. Yang dikatakannya ada benarnya juga, [name] bukan tipe yang mudah akrab dengan orang lain.

"Kalau begitu bagaimana dengan berkenalan? Meminta nomor teleponnya mungkin?"

". . . Bisa kucoba."

"Setelah kau mendapat nama atau nomor teleponnya, berusahalah untuk berteman dengannya dan ajak dia pergi bersama. Makan malam di restoran, kafe, bersantai di taman, apa pun itu."

"Terdengar seperti kencan bagiku."

"Kau pernah berkencan sebelumnya?"

"Tidak."

"Tak ada yang mengajak wanita secantik dirimu untuk berkencan? Mereka seharusnya menyesal."

"Tak apa, aku juga tak biasa memiliki hubungan spesial dengan seseorang. Memiliki perasaan seperti ini... adalah hal yang baru untukku."

Rona merah menghiasi kedua pipi [name] dengan mata [e/c]nya yang menatap sayu tumpukkan gelas di sampingnya. Kishibe terlalu fokus memperhatikan [name] sampai ia lupa dengan minuman yang ada di depannya.

"Kau sama sekali belum pernah merasakannya? Maksudku, memiliki perasaan pada seseorang?"

"Tidak. Menjadi bartender cukup sulit mengingat kadang kita harus terlibat dengan masalah para pembeli. Meski begitu kita juga tak boleh jatuh terlalu dalam dengan masalah mereka atau itu akan membebani kita."

Dan dia jatuh terlalu dalam untuk menyukai pembeli setianya. Ya, ini cukup membebani pikirannya.

"Lupakan, suasananya jadi sedih seperti ini. Kau melupakan minumanmu."

"Oh, uhh..."

[name] tersenyum saat melihat Kishibe yang hanyut dalam suasana. Dia pergi dari pos untuk membantu temannya yang tengah mengambil pesanan para pelanggan.

Tidak baik berada di dekatnya untuk waktu yang lama, dia bisa saja jatuh lebih dalam lagi.

**********

[name] membersihkan posnya setelah semua pelanggan pergi termasuk Kishibe. Ah, dia sudah merindukannya saja sekarang.

Setidaknya dia pergi setelah membayar minumannya. Secarik kertas terselip di antara uang yang Kishibe tinggalkan. Kertas itu berisi nomor acak dengan pesan di bawahnya.

'hubungi aku jika kau membutuhkan saran kencan lainnya.'

[name] tersenyum dan memasukkan kertas itu ke dalam sakunya. Setidaknya dia mendapat nomornya.

******

One Date [Young!Kishibe x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang