• 10

348 68 2
                                    

[name] mengetuk ngetukan ujung sepatunya pada trotoar, sudah berapa lama dia menunggunya untuk datang. Dia berpakaian casual untuk kencan pertamanya.

Jujur saja, dia cukup grogi dengan rencana kencan ini. Apa ini benar benar kencan bagi mereka? Atau hanya simulasi yang dibuat oleh Kishibe untuknya?

Dia mulai menyesali kata katanya beberapa hari yang lalu, kenapa dia harus menyetujui semua ini? Kenapa dia tak mengungkapkan perasaannya saja? Memang pada akhirnya dia pasti ditolak oleh Kishibe.

Tapi itu lebih baik daripada berada di situasi seperti ini.

"Kau sudah menunggu lama?" [name] menatap ke arah sumber suara dimana Kishibe kini berjalan ke arahnya. Sial, dia tak siap melihat laki laki itu selain dengan seragam kerjanya.

"Tidak, aku baru saja datang."

"Bohong, aku bisa melihatnya di matamu." Kishibe memperhatikan [name] dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu sungguh cantik bahkan sepuluh kali lebih cantik dari sebelumnya.

"Jadi, uhh... Kemana kita akan pergi?" Tanya [name] mulai tak nyaman dengan banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Rona merah tipis mulai menghiasi wajahnya.

"Sebelum itu, kau sudah makan? Kita bisa berhenti di restoran sementara jika kau mau."

"Tidak usah, aku sudah sarapan di rumah."

"Heee... Kau benar benar sudah menyiapkan diri untuk kencan ini? Aku terkesan." Kishibe mengulurkan tangannya, menunggu [name] untuk menerimanya.

"Peraturan nomor 1 saat berkencan, kau harus selalu berada di dekat pasanganmu. Aku tak ingin kau hilang di tengah lautan manusia nanti." [name] tak bisa menolak dan akhirnya menerima uluran tangan Kishibe. Laki laki itu menggenggam tangan hangat [name] seolah olah tak ingin wanita berambut [h/c] itu pergi darinya.

"Jadi, kemana kau akan membawaku?"

"Aku tahu satu tempat dimana mereka menjual dessert yang lezat. Mungkin sesuatu yang manis bisa membuat kencan kita semakin manis juga."

***********

"Ah, aku ingin [fav/des]." [name] menunjuk ke arah salah satu dessert yang ada di dalam buku menu. Namun niatnya ia urungkan saat melihat harga yang tertera di dalamnya.

"Sial, terlalu mahal..." Kishibe berdehem dengan mengeluarkan dompet tebalnya dari saku baju.

"Aku yang akan membayar, tenang saja."

"Kau yakin? Maksudku, lihat semua harga ini. Aku bahkan tak tahu mereka menjual sepotong kue dengan harga yang tinggi." Kishibe mengangkat kedua bahunya, dia tak bisa menyalahkan pihak toko ini juga.

"Ngomong ngomong, apa yang akan kau pesan?" Tanya [name]. Kishibe melihat kembali setiap hidangan di dalam menu sebelum matanya tertuju ke arah [name].

"Ah! Bagaimana dengan ini? Kelihatannya enak dan tak terlalu mahal. Aku akan memesan ini saja." [name] menunjuk salah satu menu lain dengan kedua mata yang berbinar. Melihat wajah bersemangat wanita di hadapannya membuat Kishibe tak dapat menahan senyumannya lebih lama lagi.

"Kalau begitu bagaimana jika aku memesanmu? Kau terlihat manis."

". . . Kau membuatku merinding..."

*********

"Jadi, kau biasa pergi kemari dengan kakakmu?" Tanya Kishibe berusaha memecah keheningan di antara keduanya.

"Ya, hanya mampir sebentar untuk melepas lelah. Kita biasa berhenti setelah menonton teater bersama."

Kini mereka berada di kedai kopi kecil, hujan mengguyur jalanan dan trotoar yang mulai dipenuhi oleh para pejalan kaki. Beberapa diantara mereka ikut berteduh dan ada pun yang berlari menerobos hujan.

[name] dan Kishibe duduk berhadapan di samping jendela, aroma kopi hangat berhasil menghangatkan kembali suasana. Jari [name] bergerak mengikuti tetesan air hujan yang turun membasahi jendela.

"Kau tahu, jika saja aku tahu hal ini akan menimpa kakakku, aku akan bergabung dengan biro."

"Hm? Kau yakin? Menjadi bartender lebih cocok untukmu. Aku tak ingin melihatmu terluka."

"Aku lelah menjadi bartender, mendengar masalah setiap orang membuat kepalaku serasa ingin meledak. Aku tak bisa menampung semua itu terlebih lagi ditambah dengan masalahku."

"Kalau begitu katakan saja, aku ada disini. Anggap saja aku bartender mu sekarang."

"Kau bahkan tak bisa menuang minuman tanpa menumpahkan mereka."

"Sudahlah, biarkan aku mendalami peran sekarang. Ahem! Jadi, ada yang bisa kubantu, Nona?" [name] hanya bisa tertawa melihat Kishibe yang berusaha menirukan seorang 'bartender'.

"Kau lebih cocok menjadi devil hunter yang gagah daripada seorang bartender."

"Aku hanya ingin membahagiakan partner kencanku. Itu juga termasuk peraturan nomor 2."

***********

"Bisa kita beristirahat sebentar? Kakiku mulai mati rasa." [name] memegangi kedua lututnya setelah berjalan mengelilingi kota. Tentu Kishibe tak tega melihat partner kencannya kelelahan.

"Ada taman di sekitar sini, ikuti aku." Mau tak mau [name] harus menyeret kakinya kembali mengikuti Kishibe.

[name] duduk di bangku taman untuk mengistirahatkan kakinya sementara Kishibe pergi membeli minuman untuk mereka.

Ia mengingat kembali kencannya dengan Kishibe hari ini. Mereka mengunjungi toko dessert, kedai kopi, teater, dan berjalan jalan mengitari kota bersama. Senyuman tertarik di wajahnya, waktu berlalu sangat cepat sampai dia tak menyadari langit mulai menjingga.

Dia sama sekali tak menyesali kencan pertamanya dengan Kishibe. Tapi tunggu... Apa mereka benar benar berkencan? Ini bukan kencan sungguhan, kan?

"Kenapa kau tersenyum sendiri, hm?" Kishibe menempelkan minuman kaleng ke pipi [name] yang membuat perempuan itu terlonjak kaget.

Kishibe duduk di sampingnya dan memberikan satu kaleng minuman pada partner kencannya.

"Jangan terus memasang senyum itu. Lihat, aku jadi tertular karenamu." Kishibe ikut tersenyum ke arah [name]. Senyuman itu selalu menghantui pikirannya dan sekarang dia melihatnya lagi.

"Tak terasa malam akan segera tiba. Waktu benar benar berlalu dengan cepat saat kau merasa senang. Ingin makan malam bersama sebelum pulang?"

"Dompetku mulai menipis."

"Jangan khawatir, dompetku masih tebal."

******

One Date [Young!Kishibe x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang