END

463 83 3
                                    

"Hei, aku memiliki satu pertanyaan." Kishibe melirik [name] di sampingnya. Tangannya digenggam kuat oleh wanita itu seolah hatinya ragu untuk mengatakannya.

Mereka berjalan bersama di bawah langit malam, tangan saling bertaut namun hati tidak. Perasaan yang telah lama [name] pendam semakin tumbuh, mungkin saja dia tak dapat menahannya lagi.

Dia ingin sekali mengatakannya, namun dia belum siap untuk menerima penolakan dari seseorang yang membuatnya merasakan perasaan aneh ini. Entah ia harus senang atau sedih menerima kenyataan bahwa ia jatuh cinta pada Kishibe.

Dia adalah cinta pertamanya. Memang benar apa yang dikatakan orang orang, cinta pertama tak pernah berakhir seperti apa yang kita harapkan.

"Menurutmu, apa aku membosankan?"

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"

"Mungkin... Alasan orang orang tak menyukaiku adalah karena aku membosankan. Aku tak memiliki keahlian khusus seperti yang lainnya. Bahkan saat berkencan pun aku tak tahu apa yang harus kulakukan."

"Jika kau memang membosankan, aku sudah meninggalkanmu dari awal kita bertemu. Aku tak akan pergi menemuimu di setiap jam pulang kerjaku. Aku mungkin tak akan mengajakmu berkencan seperti sekarang."

Jadi, dia masih menarik di mata Kishibe?

"Sekarang giliranku yang bertanya. Kenapa kau menerima tawaran kencanku?"

"Hu-huh?" Kishibe hanya menarik senyumnya saat melihat wajah memerah [name].

"Ka-kau yang bilang ingin membantuku untuk kencan pertamaku bersama seseorang, bukan? Agar... Uhh..." Oke, dia kehabisan kata kata. Apa yang harus dia katakan sekarang?

Tak mungkin dia mengatakan dia menerima tawaran kencan ini agar dia bisa menghabiskan waktu bersama Kishibe.

"Padahal kau tak perlu mengorbankan kencan pertamamu denganku. Kencan pertamamu harus bersama seseorang yang berharga bagimu. Aku hanya... Bermain main denganmu selama ini, maaf..."

Hati [name] terasa hancur saat mendengarnya. Jadi... Kishibe hanya bermain main dengan perasaannya selama ini? Dia berhasil membuatnya merona, senang, bahkan merasakan cinta, semua ini hanya-...

[name] memutus kontak matanya dengan Kishibe, kedua tangan mereka tak saling menggenggam satu sama lain lagi. Di sinilah mereka berdiri, di bawah lampu hijau dengan kesibukan masing masing seperti orang asing.

Hujan turun, menambah derita [name] karena bodohnya dia tak membawa payung sekaligus pergi berkencan dengan orang ini.

Lampu merah menyala dan secara tiba tiba tangan [name] digenggam kembali oleh Kishibe. Ia ditarik menyebrang jalan, menerobos hujan yang semakin deras.

Kishibe berhenti di halte terdekat untuk berlindung dari hujan. Angin dingin menerpa ditambah dengan baju mereka yang basah semakin membuat keduanya menggigil kedinginan

Hari yang seharusnya berkesan untuk keduanya harus berakhir dengan ending yang menyebalkan. [name] mulai menyesali pilihannya, ini bukan hari yang terbaik.

Kishibe melepas jaketnya lalu memakaikannya pada bahu [name]. Meski dia tahu jasnya juga menjadi korban hujaman air hujan, setidaknya itu bisa membantu [name] untuk menghalau dingin.

Mendapat perlakuan seperti itu, [name] menoleh ke arah Kishibe. Ia segera melepas jas Kishibe kembali dan mengulurkannya pada pemiliknya.

Kishibe tak mengatakan apa pun dan berjalan menjauh dengan seringai di wajahnya. [name] kembali mendekat namun Kishibe semakin menjauh bahkan air hujan dari atap halte bisa dia rasakan di bahunya.

One Date [Young!Kishibe x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang