Nostalgia

4 0 0
                                    

       Pagi-pagi sekali Jakarta selalu berhiruk pikuk dengan segala nada bisingnya, kendaraan-kendaraan yang menerpa-nerpa dengan segala rasa bersesakan yang menyatu didalamnya, serta beberapa orang-orang yang menyibukkan diri dengan kegiatannya, beradu dalam jalanan pagi ibukota. Ia terbangun dengan sedikit sinar matahari dari celah-celah jendela, serta suara alarm dari handphone yang menampilkan lagu favortinya, blue jeans, yang senantiasa masih mengiringi hari-hari seperti hari sebelumnya. Ia duduk sejenak disudut ranjang bilik tidurnya, memandang foto-foto yang ia kemas dalam album dan bingkai di meja sudut kamarnya, dan tersenyum seolah ingatannya beradu dalam amigdala yang masih menaruh harap pada setiap waktu yang ia pernah lalui, bersama dia, sosok gadis yang selalu ia panggil dengan sebutan "nona".

    Ia melangkahkan kaki dengan gusar untuk menuju pintu rumahnya, dibaliknya tepat terdapat rak sepatu dan ia mengambil sepasang converse berwarna biru dongkar yang telah menemaninya sejak awal ia duduk dibangku SMA, bersama sepatu tersebut ia melangkahkan kaki menuju halte bus, dengan membawa drafting tube yang dikenakan pada bahu lebarnya. Tak begitu lama menunggu sekitar tiga menit sembari memutarkan beberapa lagu the beatles pada handphone miliknya busway itu menghadap tepat di depan tubuhnya, ia menaiki busway tersebut dengan berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya, sekali lagi ini Jakarta pagi hari, takkan kita menemukan kedamaian dikarenakan semua beradu disana, ada yang mengadu mimpi-mimpinya, ada yang mengadu untuk bertahan hidup, dan banyak sekali peraduan yang terjadi di Ibukota.

   Tepat di halte bus kedua pemberhentian, busway tersebut berhenti di depan sekolahnya, ia segera melangkahkan kaki dikarenakan pasti ia akan dikenai hukuman atas keterlambatannya, namun ini bukan untuk yang pertama kali, sejak hampir tiga tahun lalu ia berada di sekolah ini, mungkin dia sudah terkenal oleh guru-guru di sekolahnya dengan anak nakal, banyak sekali sebutan untuknya, mulai dari "bad boy sekolah" "langganan BK" dan pangilan lain-lain yang sudah ia dengar untuk perbuatannya selama disekolah tersebut. Seperti dugaanya guru dengan kacamata dan badan bertubuh besar tersebut telah menghadang dirinya tepat di depan pintu gerbang sekolah.

"arswendo-arswendo, lagi dan lagi kamu terlambat, kamu ini memang tidak ada jeranya ya membuat saya marah!"

"ya lebih baik saya terlambat dong pak, daripada seperti sebelum-sebelumnya saya bolos sekolah"

"Kamu ini jadi anak memang bisanya jawab terus ya! sekarang kamu push up lima puluh kali di hadapan saya!"

"tapi pak saya udah ditunggu sama team saya buat ujian praktek loh, emang bapak mau ujian praktek saya gagal dan saya harus-"

"Tidak ada pembantahan arswendo, cepat lakukan!"

   Setelah dirinya menyelesaikan hukuman tersebut, ia langsung berlari untuk memasuki lorong kelasnya, disana beberapa temannya yang menjadi team dalam ujian praktek kali ini sudah menunggu kehadiran dirinya.

"sorry sorry bro gue  terlambat"

"its okay kali, masih ada waktu lima menit lagi kok sebelum kelompok kita presentasi, yang penting lo udah bawa semuanya kan?"

"udah kok, pokok aman deh, gue pastiin engga ada yang ketinggalan"

   Setelah sekitar empat puluh menit teamnya mempresentasikan ujian praktek untuk mata pelajaran kali ini, ia buru-buru mengemas semua barang, merapikan satu-persatu miliknya. Sejak menghadapi ujian praktek ia memang hanya hadir saat ia harus mengumpulkan tugas miliknya, atau mempresentasikan dan membuat beberapa tugas untuk syarat kelulusannya di sekolah ini, setelahnya ia akan pulang berkumpul di kedai milik mbok mijah bersama teman-temannya atau bermain futsal seperti hari-hari sebelumnya.

  Namun hari ini, ia memilih untuk mengunjungi satu tempat, tempat yang selalu berhasil membuat dirinya merindukan "nona", ia buru-buru menunggu busway di halte depan sekolahnya sama seperti tadi pagi ketika ia berangkat menuju ke sekolahnya. Di halte tersebut ia membawa beberapa buku yang memang sengaja ia bawa kemana-mana, buku milik "nona", buku yang terakhir "nona" berikan sebelum semuanya terasa amat mengasingkan untuk dirinya dan "nona".

   Ia berdiri di depan gedung putih dengan patung yang melambangkan bangunan tersebut, patung yang memiliki judul  'Ku Yakin Sampai di Sini" dengan pelukis hebat dari bali bernama "Nyoman Nuarta" melambangkan bangunan ini dengan begitu elok disetiap sisinya, ketika ia tiba disana, hari itu sedang terdapat pameran karya lukis, sehingga beberapa pengunjung yang datang kesana memilih tujuan untuk melihat pameran lukis dari beberapa pelukis nasional yang cukup terkenal di Indonesia yang membuat di dalam gedung cukup sepi pengunjung, hanya ada satu atau dua pengunjung lainnya dan beberapa pelancong serta dirinya di dalam gedung tersebut.

     Berkeliling dalam gedung ini selalu membuat kenyamanan untuk dirinya, terlebih di dalam gedung ini ia masih bisa mengingat bagaimana kehangatan yang selalu "nona" hadirkan untuk hidupnya, dalam waktu yang singkat gadis dengan sebutan "nona" tersebut memang mampu membuat dirinya menjadi laki-laki beruntung sekaligus paling bahagia di dunia. Ia membuka buku yang telah ia bawa, mencoret-coret satu dua patah kata, namun lagi dan lagi diakhir tulisan tersebut selalu terdapat kalimat yang sama.

"aku mencintaimu tak terbatas waktu".

ArswendoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang