3. Orang ketiga

202 29 4
                                    

Malam itu tak seperti biasanya. Entah kenapa Damian merasa kedinginan. Mungkin, sebentar lagi hujan akan turun.

Damian yang tengah duduk di atas motornya di tepi jalan sampai harus merekatkan jaket kulitnya. Sesekali laki-laki tampan itu menggosok kedua telapak tangannya berharap dengan itu bisa memberinya sedikit kehangatan.

Entahlah dia akan pergi kemana malam ini. Yang pasti tidak pulang ke rumahnya.

Tidak, itu bukan rumah. Rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang. tapi ia merasa tidak nyaman berada di rumah itu lagi saat mengetahui bahwa ia bukan anak kandung Hans. Dan ada yang lebih menyakitkan lagi. Yaitu, saat ia tahu bahwa dirinya hadir karena kepuasan nafsu semata antara mamanya dan laki-laki lain.

Dimana papa kandungnya? Ah, harusnya Damian tidak memperdulikan hal itu. Sebab papa kandungnya juga tidak perduli dengannya, kan? Jelas. Kalau ia perduli, ia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya pada Tiara. Bukan pergi begitu saja.

Jadi, apakah itu yang di sebut laki-laki brengsek?

Damian mengacak rambutnya. Pikirannya benar-benar kacau. Kemudian, ia bersiap menyalakan mesin motornya. Dan tak lama kemudian, motor itu pun berlalu meninggalkan jalanan sepi itu.

Beberapa saat kemudian, motor itu berhenti di depan sebuah bangunan. Bangunan yang di hiasi lampu berwarna warni. Sebenarnya Damian malas pergi ke tempat itu, tidak, itu bukan kesukannya.

Tapi menurutnya, untuk saat ini ia membutuhkan hiburan. Bergegas ia masuk ke dalm club itu.

Ia duduk di salah satu sofa, menyenderkan tubuhnya di sofa empuk itu. Matanya terpejam menikmati musik yang di mainkan.

Kemudian ia membuka matanya dan mengambil sebotol minuman yang ada di atas meja itu kemudian meneguknya. Baru saja setengah botol, kepalanya langsung terasa pusing dan pandangannya menjadi kabur.

Damian sampai harus beberapa kali mengucek matanya agar penglihatannya kembali normal.

Namun tiba-tiba ia mengerutkan keningnya, sesekali mengucek matanya lagi demi memastikan ia salah lihat.

Di sana, ia melihat seseorang seperti mirip dengan papanya tengah duduk sambil memeluk seorang wanita berpakian sexy. Berkali-kali Damian mengerjapkan kedu matanya. Tidak, ia tidak salah lihat. Itu benar-benar Hans. Meskipun Damian tengah berada dalam pengaruh alkohol, tapi ia bisa memastikan bahwa laki-laki yang berada di sana adalah Hans, papanya.

Ia pun bangkit dari duduknya. Namun tangannya di tahan oleh seseorang membuat Damian membalikan badannya.

"Mau kemana sayang?" tanya seorang wanita yang mengenakan baju serta rok super mini. Tatapan wanita itu seolah tengah menggoda Damian.

"Ayolah duduk lagi, kita bersenang-senang malam ini." ucap wanita itu.

"Apa sih?!" Damian menghempaskan dengan kasar tangan wanit itu. Kemudian ia kembali berjalan menghampiri Hans Aditama.

Brakkk!

Damian menggebrak meja membuat kedua orang itu juga seisi club tersentak kaget.

"Damian?" Hans berdiri di ikuti oleh wanita yang bergelayut manja di lengannya. Segera Hans melepas tangan wanita itu dari lengannya hanya untuk menjaga perasaan putranya, Damian.

"Papa bisa jelas—"

"Jelasin!" ucap Damian dengan suara lantang dan tatapannya yang tajam.

"Ayo pa, jelasin! Ini maksudnya apa?" tanya Damian.

"Damian, ini teman papa." ucap Hans sambil menunjuk wanita di sampingnya.

"Temen apa temen pa?" tanya Damian sambil tertawa miris.

DAMIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang