Prolog

66 1 0
                                    

"Mak, kok Abang Harry jarang pulang?" tanya Niall cemas sambil memainkan boneka beruangnya.

"Emak juga gak tau, Ni.. Abangmu itu kan lagi usaha sate di bunderan HI.  Kamu doakan saja. Mungkin dia belum sukses."

"Tapi Mak!! Sate yang Abang Harry bikin kan enak banget! Masa iya gak laku-laku!"

"Hmm..Mungkin tempatnya kurang strategis yah, Nak.."

"Harusnya dia jualan di atas monas aja, Mak.. Biar kelihatan sama orang-orang dari bawah toh?"  

"Cut! Cut! Niall! Louis! Kok skripnya jadi aneh gitu sih?!" tanya Liam sebagai sutradara keheranan.

"Itu namanya improvisasi, Li. IMPROVISASI!" jawab Louis yakin dengan nada dibuat-buat.

Ruang Theater terisi dengan siswa kelas 11 IPS-3 yang sedang berlatih drama untuk direkam. Anak-anak yang lain ikut tertawa melihat tingkah laku dua mahluk ajaib itu di panggung. Sementara Liam memijit pelipisnya yang tidak sakit.

"Duh dua bocah senglek. Improvisasi tuh gak kayak gitu. Itu jauh melenceng dari inti dialognya. Ulang lagi. Ulang! Harusnya Louis bilang Harry pergi mencari nafkah. Kenapa jadi jualan sate? Gue punya temen kok gini semua ya," jelas Liam diikuti ketawa ngakaknya Niall.

"Okay. Ready? Three, two, one. Action!"

"Mak, kok Abang Harry jarang pulang?" tanya Niall mengulangi dialognya lagi, kali ini dengan ekspresi lebih serius.

"Kan Emak sudah jelasin ke kau. Abang kau tuh cari nafkah."

"Tapi aku kangen sama Abang Harry.."

"Susul lah abangmu itu ke rawa-rawa, Nak. Hayati sudah tak tahan lagi....." ucap Louis dengan nada yang menggelikan.

"CUT CUT! LOUISS!!!!!!!!!!!! YAAMPUN. GUE BAWA KE RAWA-RAWA BENERAN BARU TAU RASA!" seru Liam kesal sekaligus menahan tawa.

Niall dan Louis ngakak dan ber-high five­ ria. Sedangkan yang lain juga ikut tertawa.

Pintu ruangan seketika terbuka. Sosok yang datang menghentikan suara tawa para siswa. Dia adalah Miss Sukrimin, wali-kelas kami. Kacamata bulat, dan rambut pendeknya yang sudah berwarna agak abu-abu adalah ciri khasnya. Dia mirip Ellen DeGeneres, kalau dilihat dari peta berskala 1:100.000.000

"Niall. Louis. Liam. Harry. Kalian ikut saya ke kantor," ucapnya bergema di setiap sudut ruangan.

"Lah Harry kan gak masuk. Ayo Lou, kita dipanggil Mamah," bisik Niall pada Louis sambil melangkah menuruni panggung.

"Yesss!! Kita mau ke rawa-rawa!!!" ucap Louis semangat.

"Kantor, bego..." balas Liam cepat.

***

Silly Times {1d}Where stories live. Discover now