3. Jepit Rambut

86 15 4
                                    

11 Januari 2023.

Yesterday was the most embarrassing moment of my life.

Kenapa sih, Raya gak ngasih tau gue kalo Riki was standing right behind me for a whole damn time?!

Iya, Riki.

Gue akhirnya tau namanya karena dia sendiri yang bilang waktu gue nengok ke belakang sedetik setelah Raya ngomong ke gue kalo cowok yang gue kepoin berdiri di belakang gue.

"Gua Riki," katanya.

Oh my GOD.

Karena otak gue gak bisa memproses apa yang lagi terjadi, gue langsung cabut saat itu juga tanpa ngomong apa-apa ke Riki dan hari ini rasanya gue gak mau sekolah.

Gue gak tau harus bersikap gimana kalo nanti gue ketemu Riki.

Oh, dan Zee karena pasti Raya udah nyeritain semuanya.

"Dek, gak sekolah lu?"

Cowok dengan kaos oblong dan handuk putih yang dikalungin di leher muncul dari balik pintu kamar Danila yang ternyata kebuka sedikit.

Karena gak bersiap sama kehadiran orang lain ditambah Danila lagi curhat sama buku diarinya, cewek itu berjengit kaget.

"Hah? N—nggak, eh, iya," katanya gagap sambil berusaha nyembunyiin buku diarinya.

"Jadinya iya apa enggak?" Cowok yang ternyata kakak Danila itu, Julio, bersender di kusen pintu.

"Iyaa anjir sebentar gue masih masukin buku."

Danila memasukkan buku diarinya ke laci meja dan mengambil ransel untuk disampirkan di bahu sebelum mematut kembali dirinya di cermin.

90% dirinya menolak untuk berangkat sekolah tapi 10%-nya lagi bilang kalo gak sekolah, Danila bakal ketinggalan materi dari pelajaran Biologi kesukaannya karena ini hari Rabu.

10%-nya menang karena sekarang Danila udah duduk anteng di kursi penumpang mobil kakaknya.

"Dek, lu mau diem aja nunggu gua usir keluar dari mobil apa gimana?"

Suara Julio tiba-tiba kedengeran. Bikin Danila sadar kalo ternyata dia udah sampe di depan gerbang sekolahnya yang hampir ditutup.

???? PERASAAN TADI BARU KELUAR KOMPLEK DEH.

"HAH kok udah sampe siiihh?! Kok lo gak bilang gue, Kak?!" seru Danila sambil buru-buru ngelepas sealtbealt-nya.

"Elu yang ngelamun daritadi jir???" sahut Julio. "Kenapa sih? Kalo sakit bilang aja jangan dipaksain."

"Nggaaak, gak sakit," tukas Danila, turun dari mobil. "Gue masuk dulu. Dadaah!! Makasih udah nganter!!"

Danila lari-lari kecil karena anak OSIS udah pada neriakin yang baru dateng buat cepet masuk karena udah mau jam 7. Rambut Danila yang hari ini dikuncir dua lompat-lompat seiring kakinya yang mungil membawanya berlari.

Waktu Danila udah ngelewatin gerbang sekolah dan memelankan lajunya, ada seseorang yang mengikuti temponya untuk berjalan berdampingan di sebelah cewek itu.

"Jepit rambut lu."

Danila nengok dan waktu seolah berhenti berputar.

Riki berdiri di sampingnya.

IYA, RIKI YANG ITU.

Riki nyodorin sesuatu ke Danila.

Jepit rambut warna ungu berbentuk kupu-kupu yang langsung Danila terima.

Tapi tunggu.

Hari ini Danila kan gak pake jepit rambut?

"E—Eh, tapi kayaknya ini bukan punya gue? Gue lagi gak pake jepit rambut," kata Danila. "Punya orang lain jatoh kali?"

Danila nyoba ngasih balik jepit rambut itu ke Riki tapi Riki nolak.

"Nggak. Buat lu, dari gua. Dipake ya," kata Riki. "Gua duluan."

Waktu seolah kembali berputar begitu eksistensi Riki hilang di balik koridor mading tapi Danila MASIH NGE-FREEZE di tempatnya ditinggal Riki tadi.

Rik, tanggung jawab, Rik 😭😭😭😭

Baru aja Danila mau ngelanjutin jalan tapi seseorang lebih dulu nepuk pelan bahu kanannya.

Ternyata Zee.

"ZEE?! LO HARUS TAU MASA RIK—"

"Bukan lo doang yang digituin sama Riki, Dan, jangan geer."

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

he's a red flag but she loves red color // ni-ki, danielleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang