"Azra..Sini nak, bunda disini..".
"Bunda? Bunda dimana? Jangan tinggalin aku bun.."
"Azra, dengerin bunda ya. Jangan pernah membenci ayah mu nak. Bunda tau sebenarnya ayah itu sayang sama kamu, jangan pernah membenci ibu dan adik mu juga. Kamu harus tetap bersama mereka, akan ada waktunya nanti bunda yang akan jemput kamu buat ikut bunda"
"Azra udah capek bun, ayah nggak pernah mau dengarin azra. Ayah selalu mementingkan ego nya bun. Azra mau ikut bunda sekarang aja.."
"Jangan menyusul bunda, biar waktu yang menentukan kapan azra akan ikut bersama bunda, bunda bakal selalu jagain kamu dari sini. Azra juga masih punya janji yang harus azra tepati ke bunda kan?.."
_________________
Gadis itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Wajahnya juga mulai basah akibat keringat dingin yang keluar dari wajahnya.
Harsa yang sedang tertidur, tiba-tiba terbangun akibat mendengar suara decitan kasur. Ia segera bangkit begitu melihat keadaan temannya.
"Ra, Azra bangun...lo kenapa Ra?". Ia menggoyangkan tangan Azra, berharap anak itu segera bangun dari tidurnya.
"Azra..". Gadis itu tersentak dengan nafas yang memburu.
"Ra, lo kenapa?". Harsa membawa gadis itu kepelukannya. Ia mengusap punggungnya berharap Azra segera tenang.
"Lo sering kayak gini ya, ra?". Tidak ada jawaban dari temannya itu. Sampai harsa merasakan bahwa bahunya basah, ia menyadari bahwa gadis itu sedang menangis.
"It's okay. Lo boleh nangis sepuasanya".
"Harsa..". Harsa masih diam menunggu apa yang ingin dikatakan oleh temannya itu. "Kalau gw ikut bunda boleh nggak? Gw capek, sa.."
"Lo masih punya satu janji yang belum lo tepati, Ra. Lo harus penuhi permintaan bunda lo. Bunda lo pasti bangga kalau lo berhasil nepatin janji lo". Harsa masih setia memeluk anak perempuan itu yang hanya diam mendengarkannya.
"Gw bakal bantuin lo, ra. Tapi lo harus tetap semangat, lo nggak boleh nyerah dulu. Kalau lo nyerah duluan gw bakal ngerasa bersalah sama bunda lo, karena udah gagal jagain lo."
"Sa, gw mau pulang..". Harsa melepaskan pelukannya.
"Ke rumah lo?". Gadis itu menggeleng.
"Yaudah, lo beres-beres dulu. Gw mau ke bagian administrasi dulu. Kalau udah selesai lo tunggu gw balik.". Azra mengangguk dan mulai bangkit dari tempat tidurnya. Ia mencabut paksa infusnya. Harsa yang melihat itu menjadi ngilu.
"Nggak sakit tu tangan lo?". Azra hanya menggeleng pelan dan segera melangkah ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Begitu Azra sudah masuk ke kamar mandi, Harsa pun juga segera pergi keluar menuju tempat administrasi untuk memberitahukan kepada perawat bahwa Azra pulang pagi ini.
Sebenarnya setelah kejadian semalam, setelah dokter mengobati lukanya Azra sudah dibolehkan pulang, hanya saja tubuh Azra sedikit lemah. Oleh karena itu azra diberi infus.
_______________________________
"Ra, adek lo tau lo kecelakaan semalam?". Harsa yang sedari tadi melihat Azra hanya melamun ke arah jendela mobil mulai mencari topik pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe || Haechan Ryujin
Fantasia"Ra.." "Hmm?" "Ra" "Apa?" "Ish..Azra!!" "Paan anjir?" "Santai dong, kok ngegas?!" "Bodo amat!"