PASIEN GENDUT

35 6 0
                                    

Karina melepas stetoskopnya dan menepuk kepala Vemo dengan lembut. "Anjingnya sehat, terlampau sehat malah."

"Dokter, Tapi Vemo tidak apa-apa?" tanya Nina dengan cemas. Anjing itu membuat dirinya dan sang suami menjadi panik. Bagaimana tidak, dia rela tidak mau makan makanan enak.

"Tidak apa." Senyum Karina. "Saya tidak akan menyuntik atau memberikan resep karena anjingnya baik-baik saja, hanya perhatikan pola makannya saja."

"Kalau tidak ada masalah kok seperti terengah-engah begitu dok?" isak Nina yang semakin cemas melihat Vemo susah bernapas. "Saya takut ada apa-apa sama Vemo."

Karina menghela napas. "Ini karena kegendutan. Biasanya Vemo makan apa?"

"Makan makanan anjing seperti biasa dok," jawab Nina sambil menghapus air mata dengan hati-hati, supaya tidak menghapus riasannya.

Si satpam yang duduk di samping Nina mengangkat tangannya. "Anu Nyonya, si Vemo biasanya dikasih makan makanan manusia."

Nina menjadi bingung. "Siapa?"

Seisi rumah sudah diberikan jadwal makan untuk Vemo, Nina sendiri juga tidak menyadari kondisi tubuh Vemo yang mulai menggemuk karena setiap hari selalu bertemu, hanya saja jika diingat kembali, Vemo memang sedikit kesulitan berjalan akhir-akhir ini.

Pak satpam menjadi canggung untuk menjawab. "Jika saya beritahu, Nyonya jangan marah ya. Biasanya Tuan tidak tega melihat mata Vemo saat minta makan, jadi kadang kala dia dikasih makanan yang sama supaya adil."

"AARKAAAAA!!!!" Seru Nina gemas sambil meninggalkan kamarnya.

Si satpam menggelengkan kepalanya. "Tuan ini lho sukanya iseng sama Nyonya, padahal mereka berdua sudah menikah. Masih saja suka iseng."

"Bertengkar tandanya sayang," kata Len sambil mengusap perut Vemo yang tubuhnya kesulitan gerak dan hanya bisa tiduran. "Iya 'kan, Vemo."

Karina memasukan stetoskopnya ke dalam tas, setelah menulis resep dan memberikan suntikan untuk Vemo. "Kira-kira kemana tadi pemilik Vemo?" tanyanya pada satpam. "Saya harus memberikan catatan dan juga resep."

"Nyonya sepertinya menjewer telinga Tuan kesini. Tuh," tunjuk satpam ke pintu yang terbuka sekaligus terlihat dua orang berjalan masuk ke dalam kamar.

"Kamu itu ya, masa Vemo dikasih makan makanan manusia sih! Kan kamu tahu kalau dia tidak bisa dikasih makan gituan! bisa pun sesekali." Nina menjewer telinga suaminya.

"Adududuh Yang, tega amat sama suaminya." Arka pasrah telinganya dijewer sang istri, meskipun menurunkan harga dirinya sebagai seorang pria.

"Gimana tidak tega! Justru kamu lebih tega sama Vemo!" bentak Nina lalu menarik tangannya dari telinga Arka.

"Ya kan kasihan sama Vemo, kamu tidak kasihan apa pas kita makan terus dia hanya melihat kita dengan mata sedih begitu?" Arka menggosok telinganya yang merah. "Vemo juga pasti ingin ikut menikmati makan enak, kenapa istri cantikku ini tidak peka sama anjing kesayangannya sih?

"Nyonya tadi menemukan Tuan di mana? Tadi saya cari tidak ketemu," tanya pak satpam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Soalnya tadi ada tamu yang mencari Tuan, akhirnya saya suruh masuk ke dalam pesta dulu."

"Sembunyi di kamar mama Ayu." Karina menyebut nama mertuanya,."Ngomong-ngomong siapa yang mencari? Wanita? Cantik tidak?"

"Bukan, cowok. Namanya dokter... dokter..." pak satpam berusaha mengingat. "Dokter Rangga!"

"Yang dokter bedah playboy itu?" tanya Nina.

"Iya, mbak," jawab pak satpam sambil menganggukan kepala dengan antusias. Para pembantu di rumah bahkan di sekitaran kompleks selalu membahas dokter playboy itu dan membayangkan menjadi Cinderella untuk memperbaiki hidup serta keturunan.

VET vs dr. PLASTIK (NEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang