Selesai mengerjakan tugas dengan Reza aku segera pulang. Setelah menaruh sepeda di garasi aku masuk ke rumah. Di ruang tv ada Julia dan Florian yang sedang duduk di sofa, Eric dan Willy duduk di atas karpet dibawahnya. Mereka saling berhadapan."Willy belum pulang?" Pikirku.
"Kok baru dateng Shin?" Tanya Florian sambil mengusap rambut blonde kritingnya.
Julia, Eric, dan Willy melihat ke arahku.
"Iya tugasnya lumayan banyak, hehe" jawabku sambil melangkahkan kaki ke anak tangga menuju kamarku yang berada di lantai atas.
"Nanti turun ya, kita ngobrol disini" Julia tersenyum ke arahku
"Oke, aku mandi dulu" aku bergegas melangkahkan kaki ke atas.
Setelah mandi, aku mengeringkan rambut di depan kipas angin kecil di pojok kamarku. Aku menghadap kaca yang tinggi dan lebarnya hampir sama denganku sambil mengibaskan rambutku dengan tangan berulang kali. Setelah kering, aku menepukkan mosturaizer ke wajahku pelan beberapa kali.
"Hmmm... Segeeerrr" Ucap ku.
Aku turun ke ruang TV dan bergabung dengan yang lain.
"Kalian sudah makan?" Tanyaku
"Aku sih sudah tadi pulang dari kampus" Jawab Julia
"Aku sudah makan hati tadi sama dosen. Hehe. Gak gak... Aku beneran sudah makan kok" Jawab Florian
Semua melihat ke arah Florian dan tertawa.
"Aku sama Willy tadi juga sudah" Timpal Eric
"Aku lapar lagi" Sanggah Willy
"Mwooo?? Jjinja??" (Apa?? Beneran??) Eric melihat Willy dengan mata terbuka lebar.
"Oh..." (Ya)
Willy menganggukan kepalanya.Florian menggelengkan kepala disusul tawa dari Florian dan Julia.
"Kamu mau makan? Aku boleh ikut?" Tanya Willy
"Boleh, ada nasi goreng enak di dekat sini. Kamu suka nasi goreng?"
"Aku suka apa saja" Jawab Willy.
Kami pun pergi ke warung makan di dekat rumah dengan mengendarai motor matic milik Willy. Di sini menyediakan beberapa macam nasi goreng seperti nasi goreng ayam, nasi goreng mawut, nasi goreng rempela ati, nasi goreng spesial, dan nasi goreng ikan asin. Menu favoritku adalah nasi goreng ikan asin pedas.
"Kamu mau pesan apa?"
"Apa menu rekomendasi mu?"
"Aku suka nasi goreng ikan asin. Tapi tidak semua orang suka ikan asin. Apalagi orang dari luar indonesia"
"Aku akan memesan itu juga"
"Kamu yakin?"
"Yap"
"Cak To, sego goreng iwak kale..." (Cak To nasi goreng ikan asin dua) Aku memesan ke Cak To, bakul nasi Goreng yang merupakan penduduk asli kota Malang ini.
"Oke... Pedes kabeh ta?" (Oke... Pedes semua ta?) Tanya Cak To
"Kamu mau yang pedas atau tidak?"
"Pedas" jawab Willy sambil tersenyum
"Nggeh Cak, pedes kale-kale ne"
(Ya Cak, pedes dua-dua nya)Aku terdiam. Melihat ke arah bawah. Willy duduk di hadapanku. Sebenarnya aku merasa canggung untuk keluar berdua dengan nya padahal baru tadi siang kami berkenalan. Banyak pertanyaan yang bisa menjadi bahan pembicaraan tapi sunyi terasa hangat membungkam mulut kami.
Suasana warung malam ini tidak begitu ramai. Rombong jualan cak to ada di trotoar jalan. Di belakang nya adalah tanah kosong, di sini di tata meja dan kursi untuk pelanggan yang ingin makan di tempat. Aku dan Willy mengambil tempat duduk di tengah. Sepuluh menit kemudian pesanan kami telah datang bersama dengan es teh yang aku pesan sebelumnya.
"Jal moggeseumnida" (aku akan menikmati makanannya)
Willy mengucapkan selamat makan versi korea.
"Selamat Makan" Tambah ku.
Willy terlihat lahap dengan makanannya. Tidak sampai sepuluh menit, ia telah menghabiskan satu piring nasi goreng ikan asin dengan bersih, sedangkan piringku masih tersisa separuh porsi. Aku mempercepat makan ku. Lima menit kemudian aku telah selesai makan.
"Jadi kamu kuliah jurusan Teknik Mesin?" Tanya Willy.
"Iya" Jawabku sambil meminum es teh.
"Kenapa kamu tinggal bersama Eric? Rumahmu dimana?"
"Oh, Aku asli Gresik."
"Ah, semen Gresik... Aku sering melihatnya di televisi"
"Yap! Kota ku adalah kota industri. Banyak pabrik besar disana. Kamu sendiri jurusan apa?"
"Sama dengan Eric"
"Psikologi?"
"Iya. Apakah kota mu jauh dari sini?"
"Kalau naik bis sekitar tiga jam"
"Apa Eric pernah kesana?"
"Belum pernah, kami ada rencana tapi belum terlaksana sampai sekarang"
"Kalau begitu ke Jogjakarta dulu ya... Kamu pernah kesana?"
"Pernah, disana banyak tempat wisata. Adat Jawa juga sangat kental, mungkin karena itu banyak turis yang suka datang berkunjung kesana"
"Aku suka musik Jawa" Ujar Willy
Aku hanya diam.
"Kau beruntung bisa mendengarkannya dari kecil, musik Jawa sangat indah. Membawa kedamaian saat di dengarkan. Aku menyimpan beberapa lagu di Iphone ku." Willy mengeluarkan Iphone 6 dari saku nya.
"Jangan diputar disini..." Aku berbicara dalam hati
Keringat keluar dari dahi ku.
"Kamu kenapa??? Sakit???" Tanya Willy setelah melihat keringatku mulai banyak di wajah.
"Gak enak badan, kita pulang aja gimana?" Tanyaku sambil berdiri.
Willy memasukkan kembali Iphone ke saku nya.
"Untunglah." Batin ku.
"Berapa?" Tanya Willy
"Empat belas ribu" Jawabku.
Willy menyerahkan uangnya kepadaku dan aku menyerahkannya ke Cak To setelah ku tambah dengan uang ku dengan jumlah yang sama. Setelah membayar kami pun pulang ke rumah.
Setelah sampai di rumah, kami masuk ke ruang tv namun sudah tidak ada orang disana.
"Kayaknya anak-anak udah tidur Wil"
"Iya, aku pulang juga"
"Kamu mau pulang? Rumahmu dimana?"
"Di deket kampus, tapi minggu depan aku pindah di rumah sebelah ini"
"Oh ya?? Bukannya rumah sebelah ini gak disewakan ya?"
"Iya, mama dan papa ku kenal sama yang punya. Jadi boleh ditinggali"
"Terus kamu tinggal sama siapa?"
"Belum tahu"
"Sendiri dong??"
"Nggak sih, kalo kamu mau pindah ke sana juga"
"Hahaha... Bisa aja"
"Hehe. Kalo gitu aku pulang dulu ya... Kamu tidur aja"
"Iya, aku anter ke depan"
Aku mengantar Willy ke depan rumah lalu mengunci pagar. Setelah itu aku mengunci pintu rumah dan ke kamar tidurku di lantai atas.
Setelah berganti baju tidur aku merebahkan tubuh di atas kasur spring bed ku.
"Willy asik banget diajak ngobrol... Dengan wajah se ganteng itu, harus nya dia punya sisi sombong dong... Masak dia sempurna banget gitu"
Lama beradu argumen dengan diri sendiri, mata ku mulai terasa berat. Ah, aku sudah tidak bisa lagi menahan kantuk. Sebaiknya aku tidur.