In youth we learn, in age we understand.
-Marie Von Ebner-"Chogiyo.. Eric issoyo?"
(Permisi... Eric ada?)Seorang laki-laki dengan "bentuk" yang hampir sama dengan Eric berdiri di depanku. Bedanya, ia lebih mirip dengan boyband Korea karena rambutnya yang diwarnai merah gelap menyatu indah dengan warna kulit terangnya. Wajahnya sangat mirip dengan personil boyband Infinite yang bernama L.
"Ah sorry... I mean.. I'm looking for Eric..." Ia mengulang menggunakan Bahasa Inggris karena aku masih terdiam.
"Ne, issoyo! Jjamkaman"
(Ya! Ada! Tunggu sebentar)Dia terlihat kaget mendengarku menjawab pertanyaan nya dengan bahasa Korea, karena memang masih jarang ada orang Indonesia yang bisa berbahasa Korea.
Aku masuk ke dalam rumah mencari Eric, ternyata Ia sedang memasak ramen di dapur.
"Eric, ada yang mencarimu."
"Aaah, dia sudah datang. Dimana dia?"
"Di depan. Siapa tuh? Mirip banget sama L nya Infinite"
"Kenapa? Kamu suka? Dia sepupu ku. Dia akan ikut kita ke Jogjakarta lusa"
"Yeee aku kan cuma bilang dia mirip L, yaudah sana"
"Tolong masakin ramenku kayak biasanya ya. Aku ke depan sebentar"
"Siap bos"
Eric berjalan ke arah ruang tamu dan aku melanjutkan memasak ramen keju miliknya. Ini bukan kali pertama aku memasak ramen, dari tingkat kematangan, pemasukan bumbu, sayur dan telur, semua aku lakukan dengan aturan tidak tertulis yang Eric ajarkan kepadaku.
Tinggal bersama tiga teman yang berbeda negara membuatku banyak belajar mengenai kebiasaan, bahasa, makanan, musik, selera, dan hal-hal lain khas negara mereka. Bagiku sangat menyenangkan dapat belajar begitu banyak hal yang tidak bisa kudapatkan di bangku kuliah.
Kami sering melihat film bersama. Film-film yang kami lihat berasal dari negara kami masing-masing. Film bagus akan menjadi rekomendasi, dan dengan seringnya melihat film-film tersebut sedikit banyak kami mengerti bahasa satu sama lain.
Aku secara pribadi sangat tertarik dengan Korea Selatan. Bukan karena aku berteman dengan Eric yang memiliki wajah oriental tampan dengan garis wajah tegas dan kulit putih bersinar tapi karena drama dan film nya yang memang sangat menarik. Selain itu tidak dapat ku pungkiri bahwa virus K-pop juga ikut andil membuatku suka Korea Selatan.
"She is from Indonesia, but She know Korea very well" Suara Eric terdengar semakin dekat ke dapur
Suara langkah kaki Eric dan sepupunya terdengar lebih jelas. Ramen yang ku masak juga telah matang, aku mengangkat panci ramen ke meja makan dan mengambil dua mangkok kecil dan dua pasang sumpit dari lemari piring.
"Shin, kenalin ini Willy"
Aku menoleh ke arah Eric dan sepupu nya yang ternyata bernama Willy.
"Hai" Willy mengulurkan tangannya
"Shinta" ucapku sambil menjabat tangannya
"Willy... Bangapsemnida"
(Willy... Senang berjumpa denganmu)"Ne, na do bangapsemnida"
(Ya, aku juga senang berjumpa denganmu)" Your Korea is very good. Do you take class?"
"Of course no, I just learn from Eric... And all drama movies"
"Hahahahaha, so you are korea drama holic huh?" Tanya Willy
"Absolutely yes" jawabku yang membuat Eric dan Willy tertawa setelahnya.
"Aku baru satu Tahun disini, bahasa Indonesia ku belum terlalu bagus seperti Eric"
"It's okay. At least we can use body language when everything seems lost." Ucapku sambil menirukan gerakan menggaruk ala monyet.
"Uu... Uu... Aa... Ak..." Kata-kataku membuat Willy dan Eric tertawa lebih keras.
"You are so funny!" Ucap Willy
"Am I? Thank's God" Jawab ku
"Ramennya sudah matang, silahkan makan... Aku mau ke kampus dulu ya. Ada janji sama teman" Tambah ku.
"Terima Kasih Shin."
"Oke Ric, kembali kasih"
"See you soon Shinta"
"Of course Willy"
Aku kembali ke kamar dan menyiapkan berkas ku lalu bersiap ke kampus. Setelah mengambil sepeda jenis citybike di garasi rumah aku segera berangkat.
Sampai di parkiran kampus, aku memarkirkan sepeda di Shelter Perpustakaan.
"Shin" Julia menepuk bahu ku dari belakang.
"Hey Juli, what are you doing here?"
"I'm seeking a book for assignment, and you?"
"Ah, I have appointment with my friend here"
" What time you will home?"
"I don't know yet, why?"
"Ah... Nothing. See you at home tonight! Florian say to me that he have plan to spend holiday in Jogjakarta"
"Ah, ya. We talk about it tonight. See you there"
"Okey... Ojog moleh bengi bengi awagmu" ucap Julia yang membuatku tertawa
"Oke bos tenang ae! Suwun suwun" Balasku, lalu kami tertawa bersama.
Julia bisa berbahasa Jawa meskipun dengan logat yang seringkali masih kaku karena bercampur dengan logat Bahasa Inggris nya. Dia sering mengajakku mengobrol menggunakan bahasa Jawa baik Jawa Ngoko (kasar) ataupun Jawa Krama (halus). Aku memang biasa menggunakan tiga bahasa ketika berbicara dengan Julia; Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Jawa. Tidak ada aturan baku kapan kami harus menggunakan salah satu bahasa, semua tergantung pada keinginan menggunakan bahasa yang mana saat mengobrol.
Setelah berpisah dengan Julia aku segera masuk ke perpustakaan dan menemui Reza temanku untuk membahas tugas Mata Kuliah Elemen Mesin I.