Kereta dari bogor ke Jakarta malam ini sangat penuh dengan orang-orang yang berangkat merantau, jalan-jalan, atau pindahan. Karena masih sore, semua orang asik bernyanyi, bercerita, dan bercanda di setiap gerbongnya.
Berbeda dengan gerbong tiga yang berisi calon murid universitas GURUKUL yang sedang anteng membaca materi tes masuk. Kampus khusus pria tersebut sangat ketat, para murid baru harus melewati tiga tes dan hanya murid yang lulus semua tes yang masuk ke kampus tersebut.
Diantara banyaknya murid yang sedang sibuk belajar, ada satu murid yang dengan santainya tidur sambil mendengkur keras. Namanya Vikram Oberoi, biasa dipanggil Vicky. Dia pria berotot yang berotak kecil, dilihat dari caranya bersikap, sangat meragukan dia lulus tes. Karena memang dia hobi sekali olahraga, dia tertarik dengan hal-hal menyenangkan yang bisa dijadikan candaan. Soal hal serius seperti belajar, Vicky akan berkata, "ngapain belajar? Emang belajar bisa bikin bahagia?"
Mengingat GURUKUL adalah kampus yang sangat tertib dan disiplin, tentu jauh dari kemauan Vicky. Dia takkan sudi mendaftar kalau bukan orang tuanya yang memaksanya.
Dia masih tidur pulas dengan mulut terbuka lebar, suara dengkurannya sering kali membuat teman segerbongnya mengumpat.
Beberapa saat kemudian, kereta berhenti, dan Vicky masih tidur sementara teman-temannya meninggalkan gerbong. Hampir saja Vicky terbawa lagi saat dia sadar kemudian melompat bangun dan segera turun sebelum pintu tertutup.
"Sial! Dasar orang-orang laknat! Bukannya dibangunin malah di tinggalin!" Gerutunya sembari menenteng ransel dan kopernya. Dia duduk di kursi kosong, jauh dari jangkauan yang lain. Dia berniat untuk tidur sejenak.
*
Kereta berikutnya, seorang pria tampan dengan senyum manis turun dengan kalem. Para gadis baik dalam kereta ataupun di stasiun berteriak histeris mengaguminya.
Namanya Samir, pindahan dari Malang yang sengaja mendaftar di Gurukul untuk mencari suasana baru. Bukan hal baru melihat para gadis memandangnya kagum, dia sering mendapat perlakuan spesial dari mereka. Contohnya diberikan hadiah, diberi kejutan ulang tahun, diberi buket bunga, bahkan ada yang rela beli PS5 untuknya. Samir menolaknya, dia tidak suka main PS. Dia tak tahu hobinya apa, dia hanya menyukai suasana yang tenang dan damai. Samir sangat nyaman di tempat di mana dia bisa sendirian. Meskipun begitu, dia juga orang yang cukup ramah, bertanggung jawab, dan tidak mau menyusahkan orang lain. Kepribadian itulah yang membuat para gadis di sekolah sebelumnya tergila-gila padanya.
Baru beberapa langkah turun dari kereta, para gadis sudah mengerumuninya seperti melihat seorang artis. Mereka berteriak-teriak minta foto, tanda tangan, bahkan nomor ponsel. Samir mencoba menghindar, menolak baik-baik dengan tersenyum tipis. Ia tak sadar jika ia membuat kesalahan, bukannya pergi, para gadis malah semakin tergila-gila.
Di sisi lain, Vicky kembali terbangun karena keributan yang terjadi di dekatnya.
"Ada yang bagi sembako, ya?" Gumamnya.
Vicky beranjak mendekat, celingukan mencari objek pusat perhatian. Sangat sulit, hingga dia mendapat ide gila di otak kecilnya.
Vicky nyengir lebar, lalu berteriak, "AWAS ADA BOM!!"
Seketika para gadis bubar sambil berteriak histeris. Kini Vicky bisa melihat seorang pria seumurannya berdiri dengan wajah pucat.
"Makasih atas Bom-nya," kata Samir yang paham tipuan Vicky.
Vicky terkekeh, lalu menghampirinya. Melihat pakaian Samir dan koper yang dia bawa, Vicky bisa menebak tujuan mereka sama.
"Lo di Gurukul juga?" Tanyanya.
"Iya, gue Samir," jawab Samir sambil menyodorkan tangan kanannya yang langsung dijabat oleh Vicky.
"Gue Vicky."
*
Vicky dan Samir duduk bersama. Mereka tak banyak bicara, karena setiap Vicky memulai topik, Samir dengan mudah mengakhirinya. Mereka berkumpul di stasiun untuk menunggu orang dari pihak sekolah menjemput. Vicky yang bosan dengan Samir, memutuskan untuk tidur lagi, dia bersumpah dalam hati agar tak memiliki teman seperti Samir di sekolah nanti.
Samir memasang earphone di kedua telinganya, memutar musik klasik favoritnya.
Tak lama kemudian, kereta ketiga sampai. Kali ini hanya sedikit yang turun. Vicky masih tidur, sedangkan Samir heboh membangunkan Vicky saat melihat seorang pria seumurannya berjalan menghampiri mereka sambil membaca selembar kertas.
"Vicky! Bangun, udah ada yang jemput," katanya sambil menoel-noel lengan kekar Vicky.
"Emang iya? Mana?" Heboh Vicky celingukan.
Samir menunjuk ke pria berjaket kulit warna hitam dengan ransel di punggungnya. Dia fokus pada kertasnya. Dan yang membuat Samir yakin adalah dia tidak membawa koper.
Pandangan Samir dan Vicky mengikuti langkah kaki pria itu yang semakin mendekat. Namun, dia melewati mereka begitu saja. Reflek Samir mengejarnya.
"Permisi, anda dari Gurukul?" Tanya Samir saat pria tadi menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Saya.."
"Bapak beneran yang mau jemput kita?" Potong Vicky.
Pria itu memasang wajah datar, lalu berkata, "gue bukan bapak-bapak!" Dan dia pergi begitu saja.
Vicky dan Samir tampak kecewa, lalu Vicky tak sengaja melihat isi kertas yang pria tadi baca. Tampak seperti lembar kunci jawaban.
"Tunggu!" Vicky panik dan mengejarnya lagi. Kini dia berdiri di hadapan pria itu yang masih memberi tatapan dingin. "Lo juga salah satu calon murid Gurukul, kan?" Tambahnya nyengir lebar.
"Hm," balasnya singkat.
"Gue Vicky, senang kenal sama lo," kata Vicky bersemangat dan menjabat tangannya sambil nyengir lebar.
"Vicky! Ngapain lo ngajak batu ngobrol?" Sahut Samir dingin. Dia tampak sebal dengan respon pria itu yang acuh dan sombong.
Vicky memberi kode pada Samir agar diam, lalu tersenyum lebar pada pria itu. "Maaf, dia bukan teman gue, tenang aja," katanya.
Pria itu mengangguk pelan lalu melipat kertas dan memasukkannya ke dalam tas. Vicky sama sekali tak bisa mengalihkan pandangannya dari kertas itu. Samir menghampiri Vicky dan menariknya menjauh.
"Caper amat sih lo sama dia? Lo nggak lihat dia jutek gitu?" Bisiknya.
"Dia megang kunci jawaban tes masuk, lo nggak tertarik?" Balas Vicky berbisik lebih pelan.
"Dapat kunci jawaban dari mana dia?"
"Mana gue tahu, yang penting kita bisa masuk dengan mudah. Dengar-dengar kepala sekolahnya galak, kalau ada yang gagal, bisa ditendang keluar dengan tidak hormat," jawabnya sok serius.
"Kalau ketahuan curang? Lo mau dikubur hidup-hidup?"
Jleb! Vicky menyesal telah bicara serius dengan Samir. Pasti perkataannya selalu membuatnya kesal.
Vicky berdecak, lalu berkata tajam sebelum pergi, "jangan salahkan gue kalau lo nggak lolos!"
*
Ada yang tahu pria ketiga itu siapa?
Pernah nonton filmnya belum? Yang pernah pasti tahu..komen ya :)
Ini adalah film yang pastinya dulu pernah menemani masa kecil kalian di tv sekitar pulang sekolah..
Yang nggak tahu pun pasti pernah denger judulnya..
Disini ay tidak betul-betul mengopi naskah filmnya ya, cuma aku bikin versi baru aja..
Kurang lebih alurnya masih sama, tapi tetap ada banyak sekali improvisasi alur dan adegan..
Yuk, komen di sini, kita diskusi bareng ;D