"Hey, apa kau mewarnai rambutmu lagi? Itu melanggar peraturan sekolah!"
Seorang gadis berambut pirang yang tengah berjalan memasuki area sekolah hanya menoleh sekilas ke belakang begitu mendapatkan teguran, dia tersenyum lebar sampai kedua matanya berbentuk bulan sabit, tidak merasa takut sama sekali dengan ucapan seorang penjaga sekolah yang menegur warna rambutnya.
"Lalice! Warna rambutmu terlalu terang, segera warnai rambutmu dengan warna yang lebih gelap."
Gadis berambut panjang bernama Lalice itu kemudian memutar bola matanya, padahal dia sudah menggunakan tudung jaketnya untuk menutupi rambut pirangnya, tapi sepertinya itu tidak membantu.
"Orang tua ini berlebihan." Gerutunya, untung saja teguran itu tidak membuat suasana hatinya menjadi buruk, gadis yang kini duduk di tahun terakhir sekolah menengah atas itu kemudian masuk ke dalam area sekolah dengan santai sambil meletakkan kedua tangannya ke dalam saku jaket abu-abu yang dia kenakan sekarang.
Lalice yang ramah menebarkan senyumannya pada teman-temannya yang menyapanya, dia yang mudah bergaul memiliki banyak teman di sekolahnya, hanya saja, ada banyak orang yang juga tidak begitu menyukainya karena sikap jahilnya, tapi dia tidak peduli, yang dia lakukan hanyalah bersenang-senang.
"Kau mewarnai rambutmu lagi? Itu keren, Lalice."
Dengan percaya diri, gadis itu mengedipkan sebelah matanya pada salah satu adik kelasnya yang memuji warna rambutnya, akhir-akhir ini dia memang lebih menyukai warna terang karena merasa warna di dalam dirinya lebih menonjol dibandingkan menggunakan rambut aslinya yang berwarna hitam, sama seperti teman-temannya.
"Apa kau melakukan bleach terlebih dahulu pada rambutmu?" Lalice terpaksa berhenti sebentar karena adik kelasnya kembali melontarkan pertanyaan.
"Begitulah Somi, lalu aku memilih warna light blonde tangerine ini, aku cukup puas karena membayar mahal dan harus menghabiskan waktu seharian di salon."
Balasnya sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding, mungkin di sekolah ini, dia pasti akan langsung menarik perhatian siapapun karena warna rambutnya yang begitu terang.
Sekolah memang tidak memberikan larangan untuk mewarnai rambut, namun mereka memberi syarat jika para siswa ataupun siswi hanya boleh mewarnai rambut dengan warna gelap, tapi peraturan di buat untuk di langgar bukan? Lalice jelas sadar kalau dia melanggar aturan sekolah, namun apa dia peduli? Tentu saja tidak, dia merasa warna rambutnya adalah bagian dari hak asasinya sebagai manusia.
"Berapa biaya yang kau keluarkan untuk warna ini?" Lalice terkekeh, "kau akan terkejut saat mengetahuinya,, hampir satu juta won, sudahlah, jangan menanyakan biaya, itu membuatku tersinggung." Ucap Lalice, dia kemudian kembali melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Somi.
"Sepertinya aku ingin minum." Lalice meraba saku pada seragam sekolahnya, dia tidak menemukan uang sama sekali disana yang itu membuatnya mendengus kesal.
"Apa uang jajanku sudah habis secepat itu.. ck.. kenapa sekolah ini tidak menyediakan sistem kartu kredit untuk berbelanja di kantin."
Gumamnya sebal, mendapati dia tidak memiliki uang tunai lagi lebihnya membuat suasana hatinya buruk dibandingkan mendapatkan teguran karena warna rambutnya.
"Oh benar-benar, aku terpaksa harus menemuinya daripada meminjam uang dari Jisoo ataupun Rosie." Lalice berdecak lagi, dia padahal sudah hampir sampai di kelasnya namun gadis yang juga memiliki tinggi badan ideal itu kemudian kembali turun menelusuri tangga, menuju lantai satu.
Tujuannya sekarang adalah ruang kesiswaan, dia membenarkan tudung pada jaketnya terlebih dahulu, menghindari guru-guru yang mungkin saja akan berpas-pasan dengannya karena letak ruang kesiswaan berada tepat di samping ruang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHICH ONE? - JENLISA [G×G]
FanfictionLalice adalah gadis yang cerita, sikapnya sangat berbanding terbalik dengan kakak kembarnya, Lalisa, orang-orang lebih melihatnya sebagai air yang tenang. Serupa tapi tak sama, orang-orang banyak menilai keduanya dengan julukan itu, Lalisa lebih ban...