"TIDAK BISA BEGITU!" Brakk, Sasmi menggebrak meja. Memeranjatkan setiap pasang mata pada seisi kelas yang fokus menyaksikan mereka. Gadis itu tengah beradu tatap dengan rekan sekelasnya, Via. Suasana ruang kelas siang itu terasa begitu panas. Selain terik udara yang masuk menyelinap ke ruangan bercat biru tersebut, hawa perdebatan itu memperpanas atmosfer yang ada."Harusnya sih bisa, kenapa tidak? Zaman sekarang kita harus bisa dong menerima yang namanya perkembangan budaya. Tidak ada salahnya, 'kan?" Via tak mau kalah melontarkan argumen balasan. Dengan nada tegas, begitu pula sorot matanya.
"Apapun alasan kamu, aku tidak akan setuju kelas kita mementaskan drama yang ada unsur dan bahasa Korea di dalamnya," sahut Sasmi tak kalah tajam.
"KENAPA? Kamu ada masalah sama Korea? Kok kelihatannya benci sekali sama Korea?" Dengan sinis dan dingin diiringi senyum intimidasi, Via melontarkan pernyataan tersebut.
Sebaliknya, senyum Sasmi seakan membalas mentah-mentah. Tak sedikit pun gentar tergambar di wajahnya. Ia menyahut dengan tenang, "Bukan Korea-nya, Via, tapi unsur bahasa asing itu ... yang aku tidak suka. Kita ini Indonesia. Seribu satu budaya dan bahasa tersebar di seluruh penjuru nusantara, ragam kearifan lokal di mana-mana, masih banyak kekayaan tersembunyi yang tidak diketahui orang banyak. Kenapa harus Korea yang kita usung?"
"Sudah, kalian tenang dulu!" lerai Bimo, sang ketua kelas yang sedari tadi mencoba sabar menunggu tapi akhirnya angkat bicara karena perdebatan tersebut tak kunjung menemui titik terang. Siang itu, sebenarnya adalah jam kosong, tidak ada pelajaran masuk. Awalnya para siswa-siswi kelas diminta berkumpul sebentar oleh sang ketua untuk berdiskusi. Seminggu lebih dari sekarang, sekolah mereka, SMA Bahastara, akan mengadakan festival seni. Festival itu diumumkan akan memperlombakan pementasan drama antarkelas. Setiap kelas diwajibkan mengirimkan minimal satu tim peserta perwakilan. Termasuklah kelas mereka, XII Mipa 2. Itulah mengapa sang ketua meminta para anggotanya berkumpul mumpung sedang ada waktu kosong. Mereka berdiskusi tentang siapa saja yang akan maju menjadi peserta lomba mewakili kelas; dan yang utama tentu adalah pementasan seperti apa yang akan kelas mereka tampilkan. Kebetulan, ketentuan tema yang diberikan panitia adalah bebas. Tema tidak dibatasi, setiap kelas dibebaskan membawakan drama dengan tema pilihan masing-masing. Maka tak ayal, gadis bernama lengkap Viantina–biasa dipanggil Via–yang notabene penggila Korea, langsung mengusulkan untuk menampilkan drama dengan tema negeri ginseng sesuai kegemarannya. Hal sederhana itulah yang memantik api perdebatan siang itu. Kini nyala perdebatan masih panas sehingga Bimo, sang ketua, turun tangan untuk melerai.
"Bukan begitu, Bim," jawab Via. "Si Sasmi ini tidak bisa menerima saran. Padahal saran aku ini bagus, ya kan? Pasti akan sangat menarik. Sebab, kita menampilkan sesuatu yang pastinya berbeda dari kelas-kelas lain. Tampil beda itu selalu menarik perhatian dan memberikan kesan unik."
"Tampil beda tidak harus dengan bahasa asing," timpal Sasmi. "Kita punya bahasa, ada ribuan bahasa selain bahasa Indonesia itu sendiri. Bangsa sendiri kaya budaya, Kenapa kita harus susah-susah mengangkat unsur punya–"
"HEH!" potong Via. "Kamu pikir bahasa Indonesia itu menarik di sini? Aigo-aigo, sudah klise kali. Justru bahasa Korea yang bakal mencuri perhatian semua orang. Kamu tahu sendiri 'kan Korea sedang hype di era kita ini. Semua orang lagi senang Korea sekarang. Drama Korea, K-Pop, K-Movie, dan banyak lagi. Kalau kita tampilkan drama dengan unsur Korea, bahasa Korea misalnya, pasti bakal jadi kejutan. Tenang saja, Aku bisa bahasa Korea kok."
Sasmi menarik napas hendak berbicara, tapi tak sempat karena langsung dipotong lagi oleh lawan debatnya.
"Imel, Nelsya, Farah, Nina, dan Rafisya tuh di sana!" Si Gadis Penggila Korea menunjuk teman-temannya. "Mereka jago akting kok, dan yang pasti mengerti tentang Korea. Mereka pasti dukung. Tenang saja, tim drama kita pasti menang nanti. Geure majayo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Ini Indonesia
Short StorySMA Bahastara mengadakan Festival Seni yang memperlombakan penampilan drama antarkelas. Kelas XII Mipa 2 tiba-tiba terpecah menjadi dua kubu saat menentukan tema cerita yang akan mereka bawakan. Adalah Via, yang mengusulkan tema Korea sebagaimana ya...