4.

5 3 0
                                    

Dengan nafas yang terengah-engah akhirnya Gauri sampai ke lantai yang dimaksud bundanya sebagai tempat syuting, lebih tepatnya lantai 24. Ia telat delapan menit dari estimasi waktu yang bundanya tentukan, tetapi mau bagaimana lagi, hanya ini yang bisa dilakukannya sekarang. Mengebut, menyalip banyak kendaraan hanya untuk menempuh jarak yang ditentukan bundanya. Ia sudah tidak memikirkan kesalamatannya tadi, yang dipikirannya hanya menaati perintah yang Lanny tetapkan. Untungnya ia bisa sampai dengan selamat walaupun pikirannya tadi entah di mana.

"Permisi, mau tanya. Ruangan Ibu Lanny di mana ya kak?" tanya Gauri kepada salah satu staff yang terlihat mondar-mandir entah untuk apa.

"Eh Gauri. Ruangannya dari sini lurus aja ke sebelah sana, nanti di ujung ada pintu, cari aja yang ada tulisan guest room."

"Terima kasih ya kak."

Gauri langsung melangkahkan kakinya secepat mungkin menuju ruangan yang ditujunya. Ia bahkan tidak peduli seragamnya sudah lusuh berantakan, tidak serapih saat ia berangkat sekolah. Rambutnya juga sudah terurai berantakan, ia tak sadar jika ikat rambutnya jatuh entah di mana. Setelah mendapati ruangan yang dimaksud, Gauri mencoba mengetuk pintu terlebih dahulu, takutnya jika ia langsung masuk ternyata salah ruangan 'kan malu ya.

"Masuk."

Gauri yakin bahwa orang yang menyahuti ketukan pintunya adalah asisten bunda, akhirnya ia membuka pintu tersebut.

Di ruangan yang lumayan luas tersebut hanya di isi Lanny, asisten pribadinya beserta beberapa barang, serta make up artist yang sedang fokus mendandani Ibu tiga anak itu.

"Allahuakbar Gauri! Kenapa masih pakai baju sekolah? Dua puluh menit lagi tappingnya mau mulai dan penampilan kamu masih kayak gini. Urusin sana Nin, pusing gue liatnya."

Gauri belum mencerna semua ucapan bundanya, tangannya langsung ditarik Nina--asisten pribadi bundanya-- keluar dari ruangan.

Gauri tidak mau bertanya, ia hanya perlu mengikuti tarikan Nina ke mana pun. Ia tidak bisa apa-apa dan hanya pasrah saja mau bagaimana pun.

"Ada baju wadrobe yang bisa dipinjam gak? Buat Gauri, dia lupa bawa outfit yang harus dipake buat tapping acaranya."

Gauri hanya menyimak Nina yang terlihat panik dan menanyai satu persatu staff yang sekiranya tahu persoalan wadrobe untuk bisa dipinjami.

"Bisa. Ikuti saya."

Tarikan di pergelangan tangannya yang sebelumnya mengendur, kembali mengencang saat Nina membuntuti salah satu staff menuju ruang wadrobe. Untung saja ada outfit yang bisa dipinjamnya, jika tidak, Lanny akan merepet panjang lebar kepada Gauri, dan tentu saja Nina juga akan kebagian.

"Ini barisan wadrobe yang bisa dipinjam. Selain di tempat ini, dilarang disentuh karena pakaian-pakaian lain digunakan untuk kepentingan acara lain."

Nina hanya menganggukan kepalanya paham, kemudian mereka hanya ditinggalkan berdua di ruang wadrobe.

"Kak Nina memangnya kasih tahu aku ya, hari ini ada jadwal syuting tapping bareng sama bunda?" tanya Gauri penasaran, takutnya ia yang lupa bahwa Nina pernah menyampaikan jadwal syuting hari ini.

"Gue lupa ngasih tahu Ri. Udahlah gak usah dibahas, mending sekarang lo ke toilet dan ganti pake baju ini. Kalau perlu mandi sekalian deh, bau matahari lo."

Tidak teman satu kelasnya di sekolah, tidak bundanya, bahkan Nina, hanya bisa membuatnya kesal tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Nina bisa seenaknya berkata lupa tanpa meminta maaf, padahal nasibnya sudah diujung tanduk menanti hukuman sang bunda yang mungkin saja menanti, sepulang dari syuting tapping hari ini.

You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang