9.

3 0 0
                                    

Gauri yang sedang fokus mengerjakan tugas sekolahnya, langsung terkesiap menegakan posisinya saat beberapa lembaran kertas menimpa buku tugasnya.

"Eh ayah. Ini apa, yah?"

"Pamflet beberapa EO buat sweet seventeen kamu, coba lihat-lihat mana yang sekiranya kamu suka."

Satu hal yang sedikit Gauri syukuri, meskipun ayahnya kaku dan dingin, setidaknya beliau lebih manusiawi dan memiliki sedikit kepedulian dibanding bundanya. Tapi sedikitnya itu benar-benar sedikit ya, jangan bayangkan seorang ayah yang kaku dan dingin tetapi menyayangi dari belakang.

"Baik yah, nanti sehabis ngerjain tugas langsung aku lihat-lihat mana yang mau dipilih."

"Sekarang Riri. Ayah gak punya waktu banyak buat nungguin kamu ngerjain tugas dulu."

Mendengar nada ketegasan dari sang ayah, Gauri hanya bisa menurut dan mulai membuka satu persatu pamflet yang berada di meja belajarnya.

"Aku boleh chat temenku gak yah buat nanyain mana yang bagus? Biar nambah banyak referensi."

Tama berjalan mendekat ke arah Gauri, mencengkram kursi yang diduduki Gauri. "Kamu punya telinga 'kan pas ayah bilang, ayah gak punya banyak waktu?"

Gauri yang sudah memanjangkan tangannya untuk mengambil ponselnya, langsung menghentikan kegiatannya dan sesegera mungkin mengambil pamflet-pamflet dan mengumpulkannya menjadi satu. Jika dihitung ada tujuh pamflet EO.

"Kalau buka ig EO nya boleh 'kan yah? Biar aku bisa tahu dekorasinya sesuai ekspektasi atau enggak." Gauri masih meminta negosiasi meskipun nada tegas ayahnya tadi mengintimidasinya.

"Iya boleh, tapi cepetan."

Gauri langsung membuka satu persatu pamflet, kemudian secepat mungkin mengambil ponselnya untuk membuka akun instragramnya dan mulai mencari satu persatu instagram EO yang membuat ia agak tertarik. Setelah mendapat EO yang sekiranya bisa membuat dream party-nya, ia langsung secepat kilat membuka aplikasi pinterest untuk mencari referensi dekorasi yang mirip dengan bayangannya.

"Udah dapet yah. Riri mau hubungin EO-nya apakah di tanggal ulang tahun Riri mereka kosong atau slotnya udah penuh."

Tama yang sedari tadi hanya memperhatikan aktivitas Gauri, merapatkan kacamata yang tengah dipakainya, kemudian langsung menganggukan kepalanya. "Yaudah kalau udah nemu EO yang disukai. Gedungnya mau kamu yang tentuin atau ayah yang cariin?"

"Halaman belakang 'kan luas yah, gimana kalau di sana aja? Temanya aku mau garden party gitu. Boleh?" Gauri sebenarnya agak sedikit takut saat ia mengutarakan ide tempat untuk ulang tahun sweet seventeennya, tetapi ya dream party-nya memang bertemakan garden party.

"Boleh, tapi jangan sampai ada kekacauan. Kamu tanggung akibatnya kalau halamannya sampai rusak, karena tanaman-tanamannya kesayangan bunda semua."

Gauri sebenarnya sedikit gentar mendengar pernyataan sang ayah, membolehkan tapi terasa sedikit ada ancaman tersirat. Tetapi ia tidak kepikiran di mana tempat atau taman yang bisa disewa untuk ulang tahunnya, waktunya untuk memilih dan mencari juga tidak begitu banyak karena sang ayah langsung meminta sekarang juga. Lagi pula jika mencari Taman, ia takut pestanya terlalu besar, setidaknya bila dilaksanakan di halaman belakang rumah, ia bisa memperkirakan seberapa luas dekorasinya nanti, dan seberapa banyak yang bisa ia undang.

"Insyaallah enggak yah, semoga terkondisi dengan baik nantinya."

"Oh yaudah. Pamfletnya kamu simpan aja, siapa tahu berubah pikiran."

Setelah mendengar suara pintu tertutup, jalan nafas Gauri sedikit lebih lega saja, tidak setegang tadi. Ia juga menyandarkan tubuhnya ke kursi supaya lebih rileks. Saat tangan ayahnya menyangga di kursi yang didudukinya, jujur saja ia hanya bisa duduk tegak dengan nafas yang terasa tertahan dan debaran jantung yang sedikit tidak terkontrol karena ada rasa takut yang tidak bisa ia deskripsikan seperti apa.

You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang