01. Paginya Livi

420 53 7
                                    

Paginya Livi
.

Sudah pukul lima pagi dan seorang perempuan bernama Liviana Sandra alias Livi sudah mulai mengolah sarapan pagi di dapur kost-annya yang sederhana, selepas dia mandi dan mencuci baju. Livi memang terbilang rajin meski harus berangkat kerja pagi-pagi dia selalu memasak serta mencuci di setiap pagi hari. Kecuali ketika perempuan itu kelelahan, baru dia akan meninggalkan semua pekerjaan rumah tangga tersebut dan memilih makan di luar.

Usai menghabiskan sarapan sederhananya di piring, Livi langsung mencucinya dan menaruh di rak. Dia memesan ojek online di aplikasi berwarna hijau karena dia tak bisa mengendarai motor. Sangat merepotkan memang hidupnya karena tak pandai berkendara roda dua itu, tapi apalah daya, dia sering kali gemetaran jika sudah memegang stang.

Sebuah ketukan pintu membuat Livi mau tak mau membuka pintu. Livi dibuat terkejut dengan kehadiran sosok tampan nan rupawan berbadan jangkung berdiri di depan pintu. Dia sempat terpesona beberapa saat hingga tersadarkan kala pria itu membuka suara.

"Selamat pagi. Maaf mengganggu Dek. Orang tuanya ada?"

Kedua bola mata Livi memutar, agak sensi dia mendengar panggilan tersebut.

"Ada apa ya Mas? Saya lagi buru-buru nih," jawab Livi yang tak membalas pertanyaan pria tampan di depannya ini. Kepala Livi rasanya agak sakit mendongak ke atas terus, pria itu terlalu tinggi.

Sebuah senyuman manis terpatri di wajah yang jadi makin rupawan tersebut. Sementara Livi dibuat berdecak kagum dan rasa kesalnya sedikit berkurang, ralat sangat sedikit, setipis tisu dibagi dua. 

"Perkenalkan nama Abang Jaka, tetangga baru. Abang tinggal di kost nomor dua."

Livi melirik kost di samping kanannya. Dia berada di kost nomor tiga yang artinya mereka tinggal berdampingan.

"Nama adik siapa?"

"Livi. Ada urusan penting apa Mas?" Livi menjawab dan bertanya sekali lagi dengan nada datar. Terlihat Jaka jadi merasa tak nyaman, namun, tetap berusaha tersenyum. 

"Ini Abang bawakan kue. Niatnya buat sambutan tetangga baru sekaligus perkenalan." Jaka menyodorkan sebuah kotak kecil yang berisikan kue. Sementara Livi tak langsung menyambut karena tak begitu mempercayai pria di depannya ini. 

Zaman sekarang rawan sekali kejahatan terjadi, apalagi di kota-kota besar. Livi jelas menaruh curiga, meski penampilan Jaka jauh dari kata orang mencurigakan. Bukankah kita harus waspada pada orang baru yang memberi makanan gratis? Walaupun yang memberikan kue mirip personil BTS.

"Tenang Dek! Kue-nya aman kok. Abang juga baru beli kue nya di toko yang gak jauh dari sini," jelas Jaka yang menyadari tatapan penuh kecurigaan Livi.

Meski berat hati Livi mengambil alih kotak tersebut dan tersenyum paksa. Sudut hatinya merasa bahwa sikapnya sedikit tak sopan.

"Makasih Mas."

"Sama-sama. Titip salam buat orang tuanya ya Dek. Abang pamit dulu mau siap-siap berangkat kerja." 

Jaka kembali ke dalam kost miliknya setelah mendapat anggukan kepala dari Livi. Sedangkan Livi memerhatikan dengan heran karena pria itu tampak begitu bersemangat pagi-pagi begini. Ah masa bodo, lebih baik dia kembali masuk ke dalam kost untuk menunggu ojek online pesanannya.

Tak sampai lima belas menit ojek online pesanan Livi datang, perempuan itu segera mengunci kost dan menaiki motor si abang ojek online.

"Ke Realand kan dek?" Pengendara ojek online tersebut bertanya sembari memperhatikan layar ponselnya.

"Iya Pak," jawab Livi yang tengah memperbaiki posisi duduknya agar nyaman.

"Kok pagi-pagi ke perusahaan sih Dek? Apa gak ke sekolah? Atau mau ketemu Bapaknya ya?" Pertanyaan tersebut membuat hati Livi berdecak kesal. Wajahnya yang datar berubah agak masam. 

"Bapak gak lihat tampang saya ya?"

Dahi di ojek online itu berkerut bingung, merasa bahwa tidak ada kata dalam kalimatnya yang menyinggung gadis mungil di belakangnya ini.

"Iya Dek, Om liat kok. Adek gak sekolah ya hari ini? Makanya gak pakai seragam." 

Dasar sok tahu! Batin Livi. Jika saja dia bertubuh besar mungkin si ojek online akan mendapat tinjuan super maut darinya. Tapi, sayang sekali itu hanya sebuah kata 'mungkin'.

"Mending langsung anterin saya Pak!" balas Livi jutek. 

"Siap Dek!"

Livi turun dari motor dan mengucapkan terima kasih pada pengendara ojek online yang sepanjang perjalanan selalu mengajaknya berbicara, sangat ramah memang pantas mendapatkan bintang lima. Walaupun sebenarnya Livi agak tak nyaman menanggapi. Dia tipe manusia sedikit bicara.

Saat memasuki gedung yang cukup tinggi, Livi menaiki lift menuju lantai empat, yang dimana tempatnya bekerja. Pagi itu, lift lumayan sesak karena ramai oleh pegawai yang juga baru datang. Beberapa menyapanya karena saling kenal, mau tak mau Livi harus membalas ramah setiap sapaan itu meski sebenarnya dia malas bicara.

"Livi, katanya pegawai baru di divisi kita bakal masuk hari ini." Setya, teman kerja Livi berbicara dengan raut gembira. Wanita berusia 25 tahun tersebut begitu berbinar-binar. Sepertinya ada yang menarik perhatian Setya.

"Ya terus?" Livi bertanya malas. Kini dia tengah menyalakan komputer di meja kerja miliknya.

"Hm, Bu Naura bilang anak barunya ganteng banget Vi. Mirip idola kamu itu lho betees betees!" 

Kedua bola mata Livi memutar. Pantas saja si Setya yang setia menjomblo dari dua bulan lalu tampak begitu senang. Ternyata sebentar lagi akan kedatangan cogan di divisi mereka.

"Iya. Kalau dia jomblo coba deh kamu deketin. Siapa tahu itu anak baru naksir kamu," balas Livi seraya me-refresh komputer yang baru menyala.

Setya berdecak kesal. Bibirnya agak manyun mendengar jawaban Livi. "Mana mau dia sama perempuan dekil seperti ku Livi," ucapnya pesimis. "Apalagi cowok seganteng itu mana mungkin masih jomblo."

"Ya siapa tahu Set." Livi mengakui kalau tampang Setya bisa dibilang lumayan cantik, meski berkulit sedikit gelap, yang mana dalam negeri ini dipandang biasa-biasa saja. 

Setya yang memiliki tinggi 166 cm dan bentuk badan yang banyak di idam-idamkan wanita tentu terkadang membuat Livi iri. 

"Laporan pengeluaran bulan ini sudah kamu rekap?" Livi mengalihkan topik pembicaraan ketika menyadari Setya akan mulai membicarakan si anak baru. Dia tak begitu menyukai obrolan tak begitu penting menurutnya.

"Belum sedikit. Lagian masih ada waktu satu minggu lagi deadline-nya."

"Oh oke." Livi segera mengalihkan pandangan untuk terfokus pada komputernya. Dia membuka file pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini. Sementara si Setya sudah kembali ke meja kerjanya dan melakukan hal yang sama.

Suara langkah kaki yang disusul suara Bu Naura menginterupsi semua karyawan di ruangan itu memusatkan perhatian pada Bu Naura dan seorang pria muda di sampingnya.

Banyak dari teman-teman Livi menatap kagum pada si pegawai baru. Berbeda dengan Livi yang malah terkejut ketika mengenal wajah yang katanya mirip member BTS itu. Si tetangga baru.

.

Akhirnya ada part 1 😌
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komben komben!!!

Don't Tease MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang