04. Don't Tease Me!!

136 18 10
                                    

04 Don't Tease Me!

.

"Kita ngopi dulu. Mau?" Jaka bertanya. Berniat menghilangkan kecanggungan yang sempat terjadi diantara mereka.

Livi menoleh. Hampir setengah jam mereka berdiri menatap hujan yang tak kunjung reda, malah bertambah deras setiap waktu. Genangan air mengalir ke parit pun mulai terlihat di jalan raya.

"Kita masuk ke dalam, mumpung ada satu meja yang kosong," ucap Jaka lagi. Hujan disertai angin berhembus cukup membuat kedinginan.

Livi melihat ke dalam minimarket yang memiliki kedai kopi di dalamnya. Ide Jaka cukup menarik, ia pun merasa perlu menghangatkan badan.

"Ayo masuk!" ajak Livi yang beranjak lebih dulu. 

Sudut bibir Jaka tertarik. Ia mendekati Livi dan berbicara, "Dek Livi duduk di kursi aja, takut diambil orang. Biar aku yang pesan. Mau pesan apa?"

"Aku pesan kopi hitam jahe." Livi menyebutkan pesanannya. Lantas duduk di satu meja kosong yang tersisa. Pengunjung jadi lebih ramai karena banyak pengendara bermotor yang meneduh sekaligus mencari makanan pengganjal perut serta minuman hangat. Sepulang bekerja tentu menghabiskan banyak tenaga meski sempat beristirahat ketika siang.

Pandangan Livi mengarah pada pria dengan kemeja biru muda yang terdapat beberapa titik air. Punggung itu kokoh dan sempat melindungi tubuh mungilnya dari hujan.

Jaka berbalik, matanya bertemu tatap dengan Livi yang tengah memandangnya. Perempuan itu bergeming, namun hanya sesaat. Setelahnya Livi bersikap biasa. Jaka  meletakan dua cup minuman berwarna putih di atas meja, ia menarik kursi dan duduk.

"Terima kasih," ucap Livi seraya mengambil minuman miliknya.

"Hm."

Livi menikmati setiap tegukan dari kopi hitam jahe yang hangat memeluk tenggorokannya, sementara Jaka dengan semangat meminum kopi miliknya tanpa Livi ketahui varian apa yang diminumnya. Suasana di minimarket tempat mereka berteduh dari hujan terlihat nyaman.

"Eh, Dek Livi suka enggak sama kue tadi pagi?" tanya Jaka dengan nada yang terlalu ceria, membuat Livi hampir tersedak dengan kopi yang diminumnya. Tatapannya yang tajam mencerminkan ketidaksenangan atas cara Jaka berbicara padanya seperti sedang menangani seorang anak kecil. Dengan gerakan kasar, Livi meletakkan gelasnya, mencoba menahan diri untuk tidak bertindak terlalu kasar. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang di tengah kekacauan yang diciptakan oleh Jaka yang terus saja nyengir.

"Belum sempat. Pagi ini aku harus buru-buru berangkat kerja," jawabnya dengan suara yang sedikit terdengar kesal.

Jaka hanya terkekeh dengan bodohnya, sepertinya dia sama sekali tidak menyadari betapa mengganggu sikapnya buat Livi. "Sayang banget, nanti kamu harus coba. Aku yakin kamu bakal suka," ucap Jaka sambil tersenyum menggoda, menyentuh rambutnya dengan santai.

Livi mendesah dalam hati, menggelengkan kepala dengan kesal. "Gak masalah, aku bukan penggemar makanan manis," balasnya dingin, menahan diri untuk tidak melempar kata-kata pedas.

Jaka hanya mengangguk dengan santai, tidak terpengaruh dengan sikap judes Livi. "Ya, mungkin begitu. Tapi, nanti kamu harus coba. Siapa tahu kamu jadi suka," godanya lagi sambil meneguk kopi lagi.

Livi hanya mengangguk singkat, diam-diam merencanakan untuk mencicipi kue itu nanti saat menonton drama Korea kesukaannya. 

Meskipun bersikap yang jarang bicara dan judes, Livi mulai melihat sisi ringan dari kehadiran Jaka. Mereka baru saja bertemu, teman satu kantor, dan tinggal bersebelahan di sebuah kos. Hujan yang turun di luar membuat mereka berteduh di minimarket, menciptakan momen yang tak terduga di antara percakapan yang agak canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Tease MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang