kesalahan fatal hingga berakhir sebuah keputusan besar

1.1K 123 26
                                    

Mau semanja dan secengeng apapun Rain. Bocah SMA itu tetap lah nakal dan berfikir tanpa tau apa akibat dari hal yang dia lakukan.

Seperti hari ini, suasana di rumah cukup mencekam ketika semua keluarga hanya duduk diam dan menatap si bungsu yang berdiri dengan kepala menunduk.

Rain menunduk dan tak berani menatap keluarganya. Hari ini dirinya membuat kesalahan hingga semua anggota keluarga menjadi marah atau lebih tepatnya kecewa.

Bahkan kedua kakaknya yang biasa membela dirinya pun lebih memilih diam.

"Apa kau ingin menjelaskan sesuatu Rain?"Nada datar dari sang ayah membuat Rain menatap semua anggota keluarganya.

"Emm itu... aku... aku"Rain bingung bagaimana ingin menjawab.

"Katakan dengan jujur"Kini sang ibu yang berbicara.

"Emm, Rain tidak sengaja melakukannya, Rain di ajak oleh teman tadi"Berbicara dengan nada memelas, berharap agar segera di maafkan. Kali ini dia tau tidak akan ada yang berpihak padanya.

"Tadi bunda sudah bilang untuk berbicara jujur Rain, tapi kau masih saja berbohong"Ucap Pawat.

"Apa Rain lupa jika di sekolah maupun luar sekolah, anak buah kak pawat, kak Tine maupun ayah akan berada di sekitarmu dimanapun kau berada"Rain terdiam, melupakan fakta yang satu itu.

"Kau sudah berani berbohong Rain"Si sulung angkat suara setelah sekian lama hanya diam.

"Maafkan aku... Rain janji tidak akan merokok ataupun pergi ke club lagi"Semua keluarga menghela nafas. Nada memohon Rain selalu menjadi senjata paling ampuh agar segera di maafkan.

Tapi bagaimanapun juga kesalahan si bungsu kali tidak bisa di bilang sepele. Rain sudah berani berbohong, merokok bahkan mengajak teman-temannya untuk pergi ke club. Salah satu tempat yang paling mereka hindari agar si kecil tidak menginjakkan kakinya di tempat penuh dosa itu.

"Kenapa kau pergi kesana Rain? Apa yang ingin kau lakukan disana?"Tanya Tine. Dirinya mungkin pihak bawah sama seperti Type. Tapi jangan remehkan ketika Tine sudah marah.

"Aku hanya penasaran saja kak"Rain menunduk.

"Penasaran dengan apa? Apa yang membuatmu hingga nekat menginjakkan kakimu di tempat penuh dosa itu!" Rain tau jika semua orang di rumahnya sedang marah, tapi mereka masih menahan nada bicara agar tidak kelepasan membentak si bungsu.

"Aku, aku emmm.."Rain bingung harus mengatakan apa. Ini memang salah dirinya. Mengajak teman-teman sekolahnya untuk ke club hanya karna Rain merasa penasaran dengan tempat itu.

"Kita semua tak habis fikir denganmu Rain, bisa-bisanya kau memiliki keberanian untuk menginjakkan kakimu disana! Bahkan kedua kakak mu tidak akan kesana jika bukan karna kepentingan bisnis"Type benar-benar sudah tidak habis fikir dengan si bungsu ini. Dari mana niat dan fikiran itu muncul di otak kecilnya.

"Maafkan aku"Semua orang menghela nafas panjang, tidak tega melihat si bungsu itu yang menunduk sedih.

"Renungi kesalahanmu Rain, ayah akan memikirkan hukuman apa yang cocok untuk mu"Setelah itu Tharn melangkah pergi ke kamar miliknya dengan perasaan campur aduk.

Bukan hanya Tharn yang merasa seperti itu, tapi semua orang juga sama. Merasa marah dan juga kecewa pada diri mereka karna gagal membuat si bungsu agar tidak menginjakkan langkah kakinya ketempat-tempat para iblis berkedok manusia itu berada. Bagaimanapun mereka sadar jika Rain cenderung cantik dan imut, tak jarang banyak pria dominan yang tertarik pada si bungsu keluarga ini, itulah mengapa semua keluarga begitu posessif terhadap si bungsu.  

Sedangkan untuk Tine, Type maupun Tharn tidak begitu khawatir karna si sulung itu sudah memiliki kekasih atau lebih tepatnya tunangan yang bisa menjaga Tine dan Tine juga yang meminta pada mereka untuk lebih ekstra menjaga si bungsu.

Di Jodohkan Dengan Mafia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang