Tukar Milik

9.4K 87 7
                                    

"Alif... did you aware that your mak Som sometimes called her ex-husband?" Suara Dato' Radzi berkumandang di handphone Alif.

"I not awarelah ayah... sure ke? Entah-entah she just asked her ex-husband about their kids" jawab Alif.

"I don't know.. just asking.. eh.. you not coming to office today?" Tanya Dato Radzi.

"Today not feeling well.. nak tido je.. rasa lesu je badan ni.. now I am in the washroom... tengah buang air.." jawab Alif.

"So where the hell that old kampung women?" Tanya Dato' Radzi.

"Entah... kat bawah kot.. why ayah.. you jealous ya?" jawab Alif sambil meramas pinggul mak Som di depannya.

"Hell no! I just want to know if she still interested with her ex-husband, so I can return her to him" jawab Dato' Radzi.

"Aikkk... ayah... she is not a 'thing' la ayah.. she is your wife now.. you can't simply do that..." kata Alif sambil menghenjut punggung mak Som.

"I don't know la Alif... I thought that... i have made a mistake by took her as my wife... macam kawin dengan orang gaji you know.. she not deserve to have a life like us... you know how we live right?" Terang Dato' Radzi

"So you mean that she just want your money? Am I right?" Tanya Alif yang semakin laju menghenjut punggung mak Som.

"That's a part of it.. it's oklah.. you have a rest ya... esok jangan lupa masuk office.. kita ada projek baru masuk.. Hadi will brief you tomorrow..." kata Dato Radzi.

"Noted ayah..." jawab Alif dan terus mematikan talian.

Alif terus mencengkam kedua pinggul empuk mak Som dan terus dihenjutnya sekuat hati. Bergoncangan tubuh mak Som yang menahan dinding bilik air. Punggung besar mak Som yang sendat berkain batik itu bergegar dihenjut anak tirinya. Melentik membulat menadah batang keras Alif yang ganas menjolok lubang bontotnya.

"Ohhh... Alifff.... ohhh..." mak Som merengek diliwat anak tirinya.

Suara rengekan mak Som membuatkan Alif semakin laju menghenjut punggung ibu tirinya. Bernafsu sekali Alif menikmati lubang dubur isteri baru ayahnya. Punggung lebar mak Som yang berkain batik sendat itu tanpa henti disetubuhinya. Seksi sekali punggung mak Som menerima zakar Alif yang keras meliwat dubur ibu tirinya melalui lubang yang ditebuk pada kain batiknya yang sendat itu.

Alif lihat kain batik ibu tirinya semakin basah. Ternyata air kencing yang Alif lepaskan sedikit di dalam bontot ibu tirinya sebelum itu telah merembes keluar sewaktu dia meliwatnya. Masih ada baki yang belum dilepaskan menunggu di dalam kantung kencingnya.

Alif pun menekan zakarnya sedalam mungkin dan membiarkannya terbenam di dalam punggung ibu tirinya.

"Mak Som.... andainya ayah ceraikan mak Som... biar saya yang jaga mak Som ye... takkan saya biarkan perempuan yang saya idam-idamkan ni disia-siakan..." kata Alif sambil mengusap belakang tubuh mak Som yang sendat dengan baju kebayanya itu.

Memancarlah air kencing dari zakar Alif yang keras terbenam di dalam punggung mak Som.

"Alifff... ohhh.... panasnyaaa... Alif kencing lagi ke?" Tanya mak Som yang terdongak kepalanya.

Alif tidak menjawab. Sebaliknya dipeluk tubuh gebu ibu tirinya yang empuk itu sambil melepaskan air kencingnya di dalam punggung ibu tirinya. Menggigil kaki mak Som merasakan batang anak tirinya yang keras itu memancutkan air kencing yang panas mengisi lubang duburnya.

"Saya cintakan mak Som..." kata Alif sambil mengusap seluruh tubuh montok ibu tirinya yang berkebaya ketat itu.

Batang Alif kekal terbenam di dalam punggung ibu tirinya, merembeskan saki baki air kencingnya. Lubang pada kain batik ibu tirinya basah lecun dengan air kencing anak tirinya yang mengalir keluar dari rongga duburnya yang tersumbat seluruh zakar anak tirinya. Kain batik mak Som yang sendat membalut punggung besarnya semakin basah dengan air kencing Alif yang hancing.

"Kalau saya pindah dari banglo ayah ni dan mak Som ikut tinggal dengan saya camne? Ok tak?" Tanya Alif.

"Mak Som ikut je..." jawab mak Som.

"Baiklah... saya akan jaga mak Som.. jadi mak Som janganlah bimbang lagi ok.. walau baru sebulan lebih ayah kawin dengan mak Som... tapi kalau dia nak ceraikan mak Som, takpe.. biarkan... mak Som ada saya..." kata Alif dan terus mengucup tengkuk ibu tirinya.

Bau masam peluh pada tengkuk ibu tirinya selepas seharian melakukan kerja-kerja rumah menaikkan nafsu Alif. Hingga mak Som merasakan zakar anak tirinya itu semakin sendat terbenam di dalam lubang beraknya.

"Alif... mak Som nak kena pakai kebaya ketat ni lagi ke... dah hancing sangat ni..." tanya mak Som.

"Lepas ni tukarlah..." jawab Alif.

"Alif nak mak Som pakai apa?" Tanya mak Som.

"Pakai kebaya yang mak Som pakai masa dinner hari tu... yang kita main masa ayah mabuk tu..." jawab Alif.

"Kainnya dah koyak... lubang yang Alif tebuk minggu lepas tu makin besar koyaknya..." kata mak Som.

"Pakai skirt ketat hitam yang kita main sebelum balik dari hotel dinner tu pun ok..." kata Alif.

"Ok... cuma Alif nak tebuk juga ke..." tanya mak Som.

"Iye..." jawab Alif.

Mak Som tahu, anak tirinya semakin ketagih meliwat dirinya. Sejak kejadian pada malam Dato' Radzi mabuk memakinya di bilik hotel, mak Som merasakan dirinya seakan sudah menjadi milik anak tirinya. Persetubuhan yang diakhiri dengan meneguk air mani Alif seakan menjadi satu ikatan luar biasa antara mereka. Hinggalah mereka bersetubuh kembali sebaik bangun dari tidur sebaik melihat Dato' Radzi masih hanyut dalam lenanya. Pada ketika itulah mak Som menerima luahan nafsu anak tirinya yang bernafsu kepada dirinya sekian lama. Bernafsu kepada lekuk tubuh montoknya yang berpunggung besar itu hingga hampir setiap hari meliwatnya hingga ke saat itu.

Zakar Alif kembali menggelongsor di dalam duburnya. Sambil menahan dinding, mak Som menoleh memandang anak tirinya. Dari wajah anak tirinya jelas sekali lelaki muda yang tampan itu bernafsu menyetubuhi tubuhnya yang berkebaya ketat. Hampir setiap pagi mak Som diminta memakai berbagai baju kebaya yang dimilikinya hingga kesemuanya berlubang kainnya ditebuk menjadi laluan persetubuhan luar tabie sebelum Alif ke pejabat.

"Mak Sommm... ohhhh!"

Rengeken Alif memenuhi ruang bilik air. Bersama itu mak Som dapat merasakan zakar anak tirinya berdenyut melepaskan air mani di dalam duburnya. Tangan Alif kuat mencengkam kedua pinggul mak Som yang empuk sambil menyalurkan air mani ke dalam punggung ibu tirinya. Mak Som mendesah kesedapan merasakannya. Dia tersenyum menikmati denyutan dan kehangatan zakar anak tirinya di dalam tubuhnya yang berkebaya itu.

"Mak Som..." Alif kekejangan memandang wajah mak Som yang memandangnya.

"Sayang..." balas mak Som.

Mereka pun berkucupan. Mak Som dapat merasakan Alif memeluknya dengan perasaan cinta. Perasaan yang lebih ikhlas berbanding ayahnya. Mak Som pasrah untuk mengikut saja pada takdir. Dia juga ingin hidup bahagia seperti insan-insan lain. Walau pun kali ini insan yang akan membahagiakan itu tidak layak menjadi suaminya... mak Som rela.

Konspirasi CintaWhere stories live. Discover now