#2 Mengenalmu

5 2 0
                                    

•••

jam pulang. Raisa sudah pergi dahulu. ya, dia meninggalkanku. katanya dia akan mengikuti ekstra seni tari nanti sore.
aku hanya bisa duduk manis didepan gerbang sekolah, menunggu ayah untuk menjemput. tak lama kemudian seseorang yang terlihat familiar mendatangiku.

"Loh neng Lia belum di jemput toh"Tanya orang itu

aku menengok kearahnya, ternyata itu ialah Pak Dito. aku menjawabnya dengan anggukan.

"Haduh neng neng, kok bisa gitu. kepriwe ceritane(bagaimana ceritanya)?."

"Ya namanya juga baru belajar naik motor pak, dijalan hilang fokus terus ya.... tabrakan deh, untungnya keluarga korban ga terlalu nggubris"jelasku.

pak Dito mengangguk-angguk, mungkin didalam hatinya ia berpikir diriku sangat konyol. tapi ya tidak masalah, memang itu kenyataannya.
tak lama kemudian aku melihat Artes, anak yang tadi pagi terlambat itu. karena keterlambatannya, aku dengar ia tidak jadi mengikuti pelajaran. mungkin ia berada diruangan Bu Indri seharian, haha siapa yang tahu. kulihat Artes kesusahan membawa alat lukisnya. Raisa memberitahuku, Artes ialah anak yang sangat berbakat dalam bidang lukis. sepertinya dia sedang bersiap-siap mengikuti ekskul lukis.
melihat Artes kesusahan seperti itu, jiwa empatiku bergemuruh. aku sangat ingin membantunya. namun masalahnya kini aku juga sedang menunggu jemputan, aku tidak tahu apakah saat aku membantunya nanti tiba-tiba ayahku datang?.

akhirnya akupun berlari mendekati Artes.
dengan sigap aku langsung mengangkat tas Tote bag nya yang berisi botol cat, dan beberapa kuas.
artes nampak kebingungan dengan sikapku.

"Eh, ga perlu... aku bisa sendiri kok"Ucapnya sambil melihat bekas jahitan di kakiku itu.

aku tidak menggubrisnya, akupun berjalan menuju aula(tempat dimana les lukis dilaksanakan). artes mengikutiku dari belakang. sesampainya di Aula ia pun berterimakasih padaku.
"Makasih ya, ngomong-ngomong tadi pagi itu kamu ya?"Tanyanya.

aku mengangguk

"Em... Siapa namamu"Tanyanya lagi, sesekali Artes juga menyiapkan papan kanvas dan alat-alat lukisnya.

"ah... namaku Liana"Jawabku dengan menjulurkan tangan kanan kearah Artes. aku harap ia menjabat tanganku namun yang ia lakukan justru sangat berbeda. ia memberikanku kartu namanya yang berisi nomor telepon dan alamat rumahnya.

"Oh iya, aku melakukan jasa gambar dan juga lukis. jika kamu kesulitan silahkan hubungi aku saja."

aku terdiam seketika.
memang tadi saat istirahat pun, aku dengar dari Raisa, kalau terkadang Artes mengerjakan tugas tugas seni lukis milik siswa lain. ya, kupikir Artes memanglah anak yang pintar dalam mencari penghasilan.

Artes memahami raut wajah kebingunganku itu.

"Maaf ya aku sedikit lancang, btw salam kenal Artes Wijaya, panggil aja Artes"Sekarang gantian ia yang menjulurkan tangan kanannya padaku.
akupun menjawabnya dengan salaman.
sembari menunggu bel masuk les lukis, aku dengan Artespun mengobrol. dari obrolan itu aku tahu ia adalah anak dari 3 bersaudara. ia memiliki kakak perempuan yang bernama Dira, dan kakak laki-laki bernama Zeyn.
masa luangku menunggu jemputan itu aku habiskan untuk mengobrol dengan Artes.

•••

ARTES (KETIKA LUKISANMU MEMUKAUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang