Sebelum baca jangan lupa follow ya!!!
*/cerita ini murni dari imajinasi aku, kalau ada kesamaan atau apa itu diluar kendaliku ya!
Kata pepatah jangan membenci orang terlalu dalam takutnya malah tenggelam. Iya. Tenggelam dalam rasa cinta maksudnya...
"Ya ampun Bun, gapapa ini mah. Lakik harus kuat," jawab Erel pelan sambil memijat pangkal hidungnya.
"Kuat-kuat, kamu demam ini De. Besok gak usah sekolah dulu," Dara menaruh kain kompresan itu pada dahi anaknya.
"Gak bisa Bun, Ade bentar lagi turnament. Jadi harus banyak latihan, gak bisa izin."
Dara menghela nafasnya, keras kepala anak bungsunya tidak pernah hilang.
"Tapi kamu demam, De."
"Gapapa Bunaaaaaa,"
"Ade tadi udah minum obat,"
"Besok juga sembuh ini mah," Erel meyakini tidak lupa menampilkan senyum yang lebar, memberitahu bahwa dirinya baik-baik saja.
"Yaudah sekarang kamu istirahat tidur, kalau ada apa-apa panggil Buna ya," Dara bangkit dari duduknya merapihkan sedikit selimut yang dipakau Erel, agar anaknya merasa lebih hangat.
"Iya Bunaaa,"
"Buna keluar nih ya," Erel mengangguk.
Dara berjalan menuju pintu kamar, membukanya perlahan.
"Kalau ada apa-apa inget panggil Buna," ucap Dara sekali lagi. Erel terkekeh.
"Iyaaa bawel ih, udah Bunda istirahat," jawab Erel.
"Lemah banget lo Rel... Rel... Baru ujan-ujanan aja udah flu," gumamnya. Setelah itu ia memutuskan untuk tidur, karena kepalanya lumayan pening dan besok harus tetap masuk sekolah.
Sedangkan dirumah sampingnya, Ena sedang berkutat dengan banyaknya soal-soal. Padahal ia belum lama pulang dari lesnya, tapi sudah bertempur lagi.
Tangannya meraih gelas yang ada disamping kanannya, ia menghela nafas.
"Abis lagi," Ena beranjak dari duduknya lalu berjalan keluar kamar menuju dapur.