2.Wild Flower

15 4 0
                                    

Wild Flower

Inspired by "Song of RM Youjeen"

"Kalau gak bisa baik, jangan menghina orang! Ngerasa sempurna lo?" Bentakan itu membuat semua siswa di kantin terdiam, ada juga yang berbisik-bisik melihat aksi heroik seorang gadis bernama Keira yang tengah membela korban bullying dari Hanna and the Genk.

Aku sedikit tersenyum melihat wajah Keira yang memerah karena menahan amarah. Dia tetap cantik seperti biasa. Dia seperti bunga liar yang tidak bisa ditebak arah pikiran dan tindakannya. Yang aku tahu, dia gadis baik yang berhati tulus, yang walaupun tidak semua orang menyadari ketulusannya.

Aku sudah lama memperhatikannya, semenjak hari pertama pertemuan kami.

...

Dua tahun yang lalu...

Hari itu hujan mengguyur kota Jakarta dengan derasnya. Aku terjebak di halte menunggu bus umum. di lihat-lihat sepertinya tidak akan teduh, mengingat beberapa hari ini memang musim hujan berturut-turut. Akupun berlari keluar dari halte, baru saja berlari menembus hujan sebuah mobil melaju dan berhasil membuat genangan air yang semula tenang itu kini mengguyur tubuhku. Baru saja ingin memprotes mobil itu, seorang gadis yang rupanya ada di depanku juga terkena guyuran dari genangan air itu.

"Woi! Kalo nyetir tuh yang bener! Kasian orang pada basah tau!!" Selesai berteriak dia melempar batu ke arah mobil jazz merah itu.

Gila nih cewek, batinku.

"Oi gak usah teriak, dia gak bakal peduli."

"Gak peduli, lagian gara-gara dia lo jadi basah gini kan? Gila aja tuh mobil!" Aku tertegun, kami ini tidak saling kenal lho, kenapa dia peduli?

Benar saja, mobil merah itu berhenti, bukannya kabur, tuh cewek malah diam bergeming seolah menunggu sang pengemudi beradu bacot dengannya. .

Firasatku tidak enak apalagi kami berada di tengah guyuran hujan yang tak henti hentinya ini makin memperparah keadaan, akupun menarik lengannya dan mengajaknya berlari menjauhi tempat itu.

Berlari ditengah guyuran hujan sembari masih menggenggam tangan dinginnya.

Mulutnya tak henti-henti mengumpat pada mobil merah tadi, ia sampai lupa bahwa aku tengah menggenggam tangannya.

Aku tersenyum tanpa sadar, dia lucu.

Siapa sangka dia orang yang akan terus menetap di hatiku.

Keira Desvita. Itulah yang tertulis di name tag seragamnya.

....

"Kalo suka tuh jangan di pikirin mulu Son, tembak lah!" Gerry menepuk pundakku, sial dia memergoki ku sedang memandangi ke arah Keira.

"Gue cuma bingung aja sama kelakuannya, Ger."

"Oh cuma bingung? Bingung kok ngeliatin nya hampir tiga tahun sih," ucapan Gerry kali ini membuatku terdiam. Teman sialan. Dia memang bodoh, tapi ku akui dia kali ini benar-benar pintar membaca situasiku.

"Gue gak bisa Ger," mataku menatap sendu ke arah Keira yang masih beradu bacot dengan Hanna and the Genk.

"Lah kenapa? Lo ribet banget dah!" Gerry nampak kesal dengan jawabanku, aku tahu apa yang ia pikirkan.

"Gue takut sakit lagi."

"Lah? Justru kalo lo belum nyoba, lo bakal nyesal terus sakit lagi cuy!"

Aku menghela nafas, apa yang di katakan Gerry benar, tapi disisi lain aku tidak yakin Keira akan mengingat momen aneh kami dulu.

Apa yang harus ia lakukan untuk memulainya? Sial, kenapa tiba-tiba ia jadi bego begini soal cewek?

"Pradistya Jason, sang mafia cewek. Ya kali gak bisa naklukin hati Keira?"

"Goblok!" Aku menoyor kepala Gerry yang asal bicara itu. Bicara saja jarang, apalagi gombalin cewek. Aku bukan tipe cowok yang suka tebar pesona dan haus akan belaian cewek-cewek di sekolah, yah walaupun memang ada benarnya juga Gerry. Aku mafia cewek, alias cewek lah yang sering mengejar ku. Entahlah apa yang mereka cari dariku.

Mungkin secepatnya aku memulainya dengan Keira.

....

Hari ini aku benar-benar menetapkan hatiku untuk mulai berbicara pada Keira. Aku juga mulai berpakaian rapi sekira-kira dia tidak jijik padaku. Kira-kira apa yang akan dia pikirkan?

Menatap pantulan diriku di cermin, akupun tersenyum. Yah, semoga saja dia menerima kehadiranku.

...

"Eh Keira? Dia gak masuk tuh dua hari ini."

"Eh?" Aku dan Gerry yang menemaniku dengan antusias mendatangi ke kelas Keira siang ini, namun ternyata dia sudah tidak masuk sekolah dua hari.

"Dia sakit?" Tanyaku pada teman satu kelasnya.

Gadis itu mengendikkan bahunya, "Gak ada keterangan apapun tuh dari dia."

Aku berpandangan dengan Gerry, seperti ada yang aneh. Selama ini yang ku tahu Keira adalah gadis yang memang liar tapi dia gadis yang rajin dan berprestasi secara akademik.

Kenapa?

Sudahlah, ku putuskan beberapa hari lagi menanyakannya.

...

Aku mencoba menenangkan hatiku. Hampir tiap hari aku memperhatikan kelasnya, dan hampir tiap saat juga mataku menjelajah kantin, yang sudah pasti dia akan makan disini. Namun nihil. Sudah hampir 2 minggu gadis itu tidak muncul.

Kemana saja dia?

Saat aku dan Gerry tengah asik mengobrol beberapa orang gadis yang duduk di samping meja kami, tengah menggosip. Aku awalnya tidak peduli, hingga akhirnya mereka menyebut nama Keira.

"Kasian ya, padahal dia baru aja ngebelain Fifi, eh malah dia duluan di panggil Tuhan."

"Iya. Dia emang sakit apa sih?"

"Katanya kanker. Udah lama sih, sering check up juga, tapi dia tetep mau sekolah katanya."

"Gila sih, keren banget semangatnya."

Eh?

Kanker?

Keira?

"Son, lo... gak papa kan?" Aku tak bisa menatap Gerry. Mataku menatap kosong ke depan. Pikiranku kacau. Aku belum dapat konfirmasi yang akurat, tapi rasanya kejam sekali jika itu benar-benar gosip.

Akupun berlari ke ruang guru dan berniat menanyakannya langsung pada guru-guru yang bersangkutan. Nafasku terengah-engah, membuat Pak Roni kebingungan melihatku yang kini berdiri di depan mejanya.

"Pak, Keira Desvita kenapa yah gak masuk ke sekolah lagi?" Tanyaku pada wali kelasnya.

Pak Roni nampak menghela nafas seraya menepuk pundakku, "Dia beberapa hari lalu meninggal dunia nak, minggu lalu dia terakhir melakukan check up kata orang tuanya."

"..."

Aku benar-benar menyesal sekarang. 3 tahun aku menyimpan perasaan ini dan menunggu waktu yang tepat agar kami bisa tertawa bersama akhirnya runtuh sudah.

Gerry benar. Penyesalan akhirnya menghampiriku. Bukan untuk sementara tapi selamanya.

"Padahal gue belum pernah mengobrol sama dia." Tanpa sadar aku menetes kan air mata. Rasanya sesak sekali mendengar kabar ini.

"Keira..."



The End




Aaaa gue nulis ini sambil dengerin lagu RM yg Wild flowers wkwkwk. Gatau jadi dapet ide aja nulis beginian walaupun ga sama kek isi lagunya🤣😭
Hontouni arigatou yang udah bersedia bacaaaaa sekian cerpen kali ini yakkkk!

Papay!

ANTOLOGI CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang