1.Calling In Love

58 8 0
                                    

"Ternyata benar. Cinta itu buta. Tanpa melihatpun seseorang sudah bisa merasakan debaran-debaran spesial dari hatinya."


.....

Cindy menggosok-gosok matanya yang mulai berair akibat terlalu lama menatap layar ponselnya. Sudah berjam-jam ia menonton anime tanpa tidur, yah bisa dibilang ini pengalihan karena ia sedang stres mengenai jadwal kuliah dan magangnya yang terlalu padat dan monoton.

Menguap beberapa kali, kemudian ia memutuskan untuk bangun dari aksi rebahannya itu dan mulai memikirkan kegiatan apa yang kira-kira mengalihkan pikiran negatifnya.

Ah! Benar. Ia butuh seseorang untuk di ajak mengobrol. Tapi ini sudah jam 2 malam, manusia mana yang mau diajak bergabut ria dan menemaninya mengobrol selarut ini?

Sial, ia tiba-tiba jadi kepikiran menyewa pacar.

Tiba-tiba ia jadi teringat aplikasi telpon random yang beberapa hari lalu ia download hasil dari kegabutannya.

Ya, padahal waktu itu ia cuma penasaran saja dengan aplikasi itu karena selalu muncul disetiap iklan youtube-nya, jadi karena gabut juga iapun akhirnya mendownloadnya.

Ia pun mulai membuka aplikasi itu dan mulai menekan fitur telpon random pada aplikasi itu.

Drtt...Drtt...

Icon bergambar monster itu berputar, sedang mencarikan lawan bicara untuk Cindy. Dan akhirnya ketemu!

"Halo?" suara berat namun pelan itu membuat Cindy tersenyum sumringah. akhirnya ia menemukan teman gabut, pikirnya.

"H-Halo?"

"Hm, gabut ya?"

Duh, Cindy menggaruk kepalanya. Tentu saja! Kalau bukan karena gabut, mana mungkin seorang gadis mau begadang dan menelpon orang asing.

"Iya. Kenapa?"

"Gak."

"Asal mana?" tanya pemuda itu lagi.

"J-Jakarta," jawab Cindy dengan ragu. Sebenarnya ia takut kalau-kalau dia satu kota dengan orang ini.

"Oh. Dekat ya," Tuh kan! jangan-jangan sekota?! Cindy mulai berkeringat dingin dan ingin segera mengakhiri telponnya.

"O-Oh, lo di Jakarta juga?"

"Bukan. Gue Bandung," Mendengar itu Cindy menghela nafas lega. Dan ia pun kembali membuka topik.

Obrolah mereka tekesan ringan dan mengalir begitu saja. Sejalannya obrolan mereka, Cindy sudah sedikit mengetahui sifat pemuda bernama samaran Rei.

Senangnya, ternyata pemuda ini sefrekuensi dengan Cindy. Selain gamer, suka nonton anime, ia juga seorang penulis di wattpad. Walaupun setahun lebih tua dari Cindy, pemuda itu tidak terkesan menggurui dan bisa disebut sebegai pendengar yang baik.

Di real life-pun, kadang itulah yang kita butuhkan. Mengobrol dua arah dan di dengarkan. Itulah yang menjadikan komunikasi itu terkesan seimbang dan lancar.

Tanpa terasa mereka mengobrol, akhirnya Cindy terlelap dari tidurnya, masih ditemani dengan telpon yang masih menyala.

Malam itu ternyata membuat hari Cindy jadi lebih menyenangkan, karena mood gadis ini telah membaik dari hari-hari sebelumnya. Ternyata dia hanya lelah dan butuh seseorang untuk diajak sekedar bercerita.

Telpon satu malam itu tidak pernah berlanjut. Cindy tidak pernah lagi membuka aplikasi itu karena kesibukkannya kian meningkat dan ia harus menyelesaikan semuanya sebelum pulang ke kampung halamannya.

Hari-harinya masih seperti biasa. tugas demi tugas kian berkurang.

Dan tiba saatnya dimana ia harus pulang ke kampung halamannya, namun saat di perjalanan taxi yang akan mengantarkannya bannya bocor. Entah kesialan apalagi yang akan ia hadapi.

"Aduh pak, saya bisa ketinggalan pesawat nih,"

"Maaf, Non. Tapi kayaknya nona panggil taxi atau ojol aja deh."

Oh iya bener juga, pikir Cindy. Dan iapun mulai mencari driver dalam aplikasi Go-jek. Setelah driver mengkonfirmasi pesanannya, terpaksa ia harus menunggu selama beberapa menit. Menjengkelkan memang. Beruntung ia menuju bandara sejam sebelum jadwal take off-nya.

Tiba-tiba ponsel Cindy bergetar, dan ternyata itu adalah driver go-jek yang tadi ia pesan, "Halo? Ada apa mas? Sudah dimana?"

"Maaf mbak, kayaknya saya gak bisa nganter mbak deh."

"Loh? Kenapa? Mas mau nyari gara-gara sama saya yah?!"

"Soalnya mbak ada janji sama saya bakal ketemuan."

"Hah? Ngomong apa sih lo? Cepet anter gue! Kalau emang lo gak niat ya udah, gue nyari driver lain, bye!"

"Tapi mba-!"

Cindy mulai murka dan langsung mematikan telpon secara sepihak. Hari ini benar-benar berantakan. Ia mulai pusing, kenapa bisa-bisanya ada orang gabut yang menyamar jadi driver ojol.

"Jadi beneran mau di cancel nih?" Cindy mundur selangkah secara spontan saat terdengar suara berat berada tepat di sampingnya.

"L-Lo siapa?!"

"Dari suara emang lo gak kenal?"

"Hah?!"

Pemuda itu maju selangkah dan berbisik di telinga Cindy, "Ternyata ada untungnya juga nemenin Cindyana Keisha Putri tidur. Jadi bisa ditanya-tanya dengan jawaban yang jujur," pupil mata Cindy membulat sempurna. Ia baru ingat bahwa pada malam itu, ia sedang di temani seorang pemuda asing sampai tertidur pulas. Bodohnya kebiasaan buruknya adalah berbicara saat tidur. Dan parahnya itu seperti saat orang mabuk, yang setengah sadar dan bisa mengucapkan apapun dengan jujur.

Melihat respon Cindy yang terkejut dan sedikit tidak percaya pemuda itu menjelaskan bahwa sebenarnya ia asli Jakarta yang berkuliah di Bandung. Namun sudah sebulan semenjak mereka kenal lewat telpon random itu, Rei tak henti-hentinya memikirkan Cindy. Entah kenapa ia merasa semakin penasaran dengan Cindy, Terlebih lagi Cindy benar-benar menghilang saat itu dan tidak bisa dihubungi kembali. Jadi pemuda itu nekat kembali ke Jakarta dengan informasi minim yang ia dapat dari mengintrogasi Cindy ketika tidur.

"Mungkin lo gak bakal percaya, tapi sepertinya takdir memang mau mempertemukan kita," Rei tersenyum dan melanjutkan kalimatnya, "See? Bermodal jadi ojol gabut, eh malah ketemu jodoh."

"J-Jadi L-Lo mau apa?" Cindy merasa tenggorokannya tercekat. Ia takut pemuda bernama Rei ini adalah orang jahat.

"Tidak banyak."

"A-Apa?"

"Jadi pacar gue."

Demi apapun, pernyataan ini benar-benar membuat kepalanya seperti terhantam bata berkali-kali.

"Oh pac-HAH?!!!!!"

.

.

.

Instagram : @rachelia.azz

Vote,komen and share!

ANTOLOGI CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang