Saya rekomendasikan untuk memplay lagu ini sebelum membaca.Soundtrack : Anne marie ft Jj lin - Bedroom
* * *
Emosi yang tadinya sudah berkumpul menjadi satu, terlalu lama di pendam dan sudah sangat siap untuk di keluarkan, mendadak harus tertelan bulat-bulat karena kehadiran Pak Laksamana.
Aku tidak menyangka bahwa Pak Laksamana akan muncul persis Tiga meter dari gerbang rumahku dengan penampilan jauh dari kata baik-baik saja. Dia kacau, sungguhan kacau sampai membuatku refleks berlari, meraih tubuhnya yang hampir limbung di depan sebuah mobil sport hitam yang bagian depan mobilnya penyok di mana-mana.
"Sepertinya, kamu tidak terkejut."
Aku mendongak, berhenti melilitkan kasa elastis di sepanjang lingkar bahu sebelah kiri menuju bawah ketiak Pak Laksamana.
Yeah, ini lebih mengejutkan lagi. Kami sepakat untuk menuju La Pasta & Bar. Aku tidak mungkin untuk berbalik, membawa pak Laksamana masuk ke dalam rumahku dan bertemu bapak ataupun Ibu.
"Apa kamu sudah terbiasa mengobati luka-luka seperti ini sebelumnya?"
"Tidak." jawabku, kembali melilitkan kasa elastis di sepanjang bahu, menurun, hingga melilit di bawah lingkar perut sampai pusar. Lukanya benar-benar parah. Tubuhnya penuh lebam di mana-mana. Aku bahkan khawatir, di beberapa bagian mungkin saja mengalami cedera cukup serius.
"Terus, kenapa kamu tidak terkejut?"
"Saya terkejut."
"Tapi kamu tidak terlihat terkejut sedari tadi." Katanya, bersikukuh.
Aku menghela nafas, berhenti melilitkan kasa elastis saat hampir selesai untuk balas menatap mata pak Laksamana. Emosi yang tadi menggebu-gebu, siap untuk di keluarkan, hilang entah kemana. Melihat pak Laksamana yang terluka seperti ini, sedikit banyak mengingatkanku pada masa lalu.
"Setiap manusia mempunyai cara berbeda-beda saat mengekspresikan rasa terkejut. Termasuk saya."
"Kalau begitu, bagaimana reaksi terkejut kamu?"
Aku sengaja tidak menjawab dan kembali melanjutkan kegiatan sebelumnya yang sempat terhenti.
Legang. Kami sama-sama terdiam. Aku sangat menghargai cara Pak Laksamana yang tidak memaksaku kembali berbicara.
Lima menit berlalu. Aku susah selesai.
Sembari membereskan sisa kasa elastis yang tersisa untuk di kembalikan pada kota p3k, Pak Laksamana meraih kemeja biru dongker yang di beberapa bagian sudah sangat kotor untuk kembali di pakai. Tanpa mengaduh sedikit pun, lengannya gesit meloloskan kancing demi kancing pada lubangnya tanpa hambatan. Padahal, di beberapa bagian, jari manis, jari telunjuk dan buku jemarinya lecet dan sedikit mengeluarkan darah.
"Seperti ini."
Sebuah pergerakan di sampingku terhenti. Kami bertatapan.
Aku meraih lengannya, membersihkan luka-luka itu dengan anti septik sebelum di olesi salep. Alih-alih terlihat seperti luka karena kecelakaan mobil, luka-luka pak Laksamana justru terlihat seperti telah bertarung melawan gangster.
"Bereaksi spontan. Tubuh saya akan bergerak lebih cepat dari pada mulut saya."
Pak Laksamana tersenyum kecil, mengamati gerakanku yang lincah sekali mengolesi semua luka-luka di lengannya.
"Terima kasih karena sudah mengobati saya. Dan, maaf sudah merepotkan kamu malam-malam seperti ini."
Aku mengangguk, melepaskan lengannya dan kembali membereskan peralatan yang sudah ku gunakan untuk di kembalikan pada kotak p3k. Itu bukan masalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/313391089-288-k985002.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK-MU LAKSAMANA
Fiksi Umum[UPDATE SETIAP JUM'AT❗❗❗] Menjadi dewasa bagi Kumari terlalu banyak hal terasa menyebalkan. Salah satunya adalah rasa ketidak percayaan dirinya. Apalagi, di tengah-tengah polemik hutang yang terasa mencekik nafasnya, Percintaan justru hadir sebagai...