Sebuah Bibit [01]

41 4 4
                                    

Kalian pasti tahu apa itu lucid dream. Lucid dream adalah situasi dimana seseorang bermimpi dan sadar bahwa dia sedang bermimpi membuatnya bisa mengendalikan mimpi tersebut. Mungkin orang orang berusaha agar dapat melakukan lucid dream, tapi untukku tidak. Aku bahkan tidak perlu berusaha untuk bisa melakukan lucid dream.

Karena setiap kali aku bermimpi aku selalu bertemu dengan ‘dia’. Seorang perempuan yang polos dan imut menunggu disebuah lapangan yang luas dan hijau. Senantiasa menungguku disana membuatku tersadar bahwa ini semua adalah mimpi.

Ah aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Katsumi Eizen salah satu murid sekolah SMA terbaik Horikoshi Gakuen. Haruskan aku bilang ini SMA terbaik? Karena aku merasa tidak. Hidupku tentu saja sederhana. Orang tuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan dan aku hidup sendiri sejak aku masuk 1 SMP.

Tidak ada orang lagi yang dekat denganku. Nenek dan kakek juga sudah tidak ada, aku bahkan tidak memiliki teman. Hanya ketika aku menutup mata disitulah aku bisa melihatnya. gadis yang aku ceritakan, dia selalu membuatku terhibur dengan cerita cerita khayalannya. Walaupun aku tahu ini hanyalah mimpi, tapi aku selalu ingin berada disisinya.

Tringg…

Sudah waktunya untuk ‘mereka’ tiba.
“Hai temanku yang setia” ucapnya merangkulku dengan erat.
Dia adalah kenta, orang yang selalu merundungku dan menjadikan aku budak mereka.

“hei apa kau bawa bekal? Aku ambil ya” ucapnya mengambil bekalku.
Dia adalah chirou, orang yang selalu meminta bekalku. Sepertinya hari ini aku tidak bisa makan lagi,

“hei zen, bisa kau belikan aku makanan dikantin? Aku lapar, pakai uangmu dulu ya nanti aku ganti” ucap orang itu bernama tora.
Dia selalu menyuruhku untuk membelikannya makanan dengan embel embel akan mengganti uangku padahal kenyataannya dia tidak pernah menggantinya.

“hei cepat belikan kami makanan”, seperti biasa aku tidak berani untuk membantah mereka. Mau tidak mau aku harus pergi ke kantin dan membelikan mereka makanan.

Tunggu aku baru tersadar kalau aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan yang biasa mereka beli. Yasudahlah aku akan beli yang bisa aku beli mungkin kemungkinan terburuknya aku akan dipukul lagi.


“Hei makanan apa ini? Ini bukan makanan yang biasa kami beli” teriak Kenta setibanya aku diatap sekolah

“benar, kau bahkan tidak membelikanku gyoza”

“hanya ada onigiri dan Takoyaki, dimana kaarageku?”

Sudah kuduga mereka akan marah. Yah semua ini sudah biasa, aku yakin hukumannya adalah memukuliku sampai mereka puas.

“hei bagaimana kalau hukuman kali ini kita akan menghajarnya sampai dia mengerti?”

“ide bagus”

Ini dia hukumannya, satu pukulan pun mendarat dipipiku hingga aku jatuh tersungkur. Dilanjut pukulan mereka yang terus datang.

Buagh…

Bugh….

Brukk…

“inilah akibatnya kalau kau menentang perintah kami”
Ujar tora sembari menendangku.

Tubuhku mulai sakit dan lemas sembari terus ditendangi. Mulutku juga mengeluarkan darah, tubuhku pasti memar semua. Aku Sudah menyerah dari dulu. Memar yang minggu kemarin saja belum sembuh.

“hah sudah cukup, aku mulai bosan”

“aku juga”

“ayo kita pergi”

Sudah selesai ya, huft melelahkan. Langitnya biru dan tubuhku Lelah kepalaku juga pusing. Tidur sebentar tidak apa apa kan, aku bisa bertemu dengannya. Semuanya semakin gelap aku akan tidur sebentar.

Begitu aku menutup mata aku mulai bermimpi. Cahaya yang terang dan hangat, angin semilir yang benar benar sejuk. Dimana dia?

“Eizen!”

Itu dia ketemu, “Moru” panggilku menghampirinya.

“maaf ya lama”

“haha jangan bercanda, kau tau kan ini hanyalah mimpi yang kau buat” ujarnya tersenyum.

Aku pun membalas dengan tertawa kecil. Kami pun berjalan jalan diatas rumput yang hijau sembari mengikutinya, dia bilang ingin menunjukkan sesuatu padaku.

“sudah sampai” ucapnya.
Aku pun melihat sekeliling dan tidak menemukan apa apa kecuali dataran rumput yang luas.

“aku tidak menemukan apa apa” kataku.
Dia pun tertawa kecil, kenapa? Apa aku mengatakan hal yang lucu?.

“eizen lihat dibawahmu” ujarnya.

Dibawah ku? Memang nya ada apa? Aku pun menundukkan kepalaku dan melihat sebuah bibit pohon.

“oh bukan kah itu..."

Meet You In Lucid Dream✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang