05

127 26 1
                                    

Fasya terus melirik jam di pergelangan tangannya dengan gusar. Sudah hampir dua jam dirinya disini, namun orang yang sedari tadi ia tunggu tidak kunjung menampakkan dirinya.

Ia seketika menyesal telah menerima ajakan orang itu untuk bertemu, yang katanya untuk menjelaskan dan meluruskan kesalahpahaman diantara mereka.

Harusnya gadis itu tidak memberi kesempatan kepada pria brengsek seperti Hito. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya tidak bisa berbohong. Ia masih mencintai pria itu.

Setelah memberi waktu 10 menit lagi untuk menunggu, akhirnya Fasya tidak tahan lagi. Gadis itu memutuskan beranjak dari bangku taman dan pulang ke rumah.

Fasya menghela nafas panjang, ponselnya kehabisan daya dan sekarang tidak ada lagi bus yang beroperasi di jam segini.

"Duh, gue lupa kabarin Daffa, Kiya, sama Vero lagi kalo gue gabisa kesana hari ini. Jadi ga enak nih sama mereka" gumamnya.

Gadis itu berjalan dengan gontai meninggalkan halte depan sekolahnya. Hari sudah semakin gelap, dan daerah itu sangat sepi.

"Eh ada si cantik disini, mau kemana neng?"

"Sendirian aja? Sini kami temanin"

Fasya tersentak saat melihat dua orang preman di depannya. Ia sangat takut sekarang. Mencoba melirik sekitarnya untuk mencari bantuan, tapi yang didapat hanya sepi, tidak ada siapa siapa di sana kecuali ia dan kedua preman itu.

"Udah ga usah takut, sini senang senang sama kita aja. Ya ga bos?" ucap salah satu dari mereka yang berambut cokelat terang.

Fasya melangkah mundur perlahan. Saat sudah ancang-ancang untuk berbalik dan berlari kencang, tiba tiba tangannya langsung di cekal.

"Eits mau kemana sih cantik, jangan buru-buru gitu dong. Kita main main dulu"

"Lepasin gue! TOLONG!!!"

Kedua preman itu tertawa, "nggak ada yang bakal dengar cantik, disini ga ada siapa-siapa selain kita bertiga"

Dughh!

Dua preman tersebut jatuh tersungkur saat seseorang menendang mereka dari belakang.

Dapat Fasya liat Daffa di atas motornya yang berada di samping kedua preman itu.

"Cepat naik cill !!"

Tanpa ba-bi-bu lagi Fasya mengangguk dan langsung naik ke atas motor Daffa. Setelahnya pria itu segera melajukan motornya meninggalkan tempat tersebut ketika melihat salah satu preman itu bangun.

"Anjing, jangan kabur kalian woi!"

Yang di balas Daffa dengan klakson dari motornya. Pria itu tersenyum mengejek kemudian melambaikan tangannya.

·

·

·

"Ada yang mau dijelasin cil?" tanya Daffa.

Kini keduanya berada di halaman belakang rumah Fasya, duduk di ayunan besar sambil menikmati coklat panas dan biskuit yang di buat oleh bunda Widy.

"Tadi pas istirahat, gue ketemu Hito. Dia minta ketemuan di taman dekat halte sekolah waktu pulang. Awalnya gue nolak, tapi karena dia bilang dia cuman mau jelasin alasan kenapa dia lakuin itu. Setelahnya terserah, dia ga bakal ganggu gue lagi. Yaudah gue iyain. Eh gatau nya omong kosong doang"

Daffa berdecak mendengarnya. "Kan udah gue bilang, kalo Hito ajak lo ngobrol lagi kasih tau ke gue"

"Kalo gue kasih tau ya lo pasti ga ijinin, sedangkan gue mau denger penjelasan dia"

"Ya emang ga gue ijinin"

"Untung lo belum sempat di apa-apain. Untung gue cepat dateng. Lo kan tau daerah situ rawan banget sama preman, di jam segitu lagi. Lain kali lo harus kabarin gue kalo mau kemana mana. Biar gue tau lo ada dimana, oke?"

Fasya terdiam. Tiba tiba ia merasa aneh mendengar ucapan Daffa barusan. Gadis itu mempertanyakan kenapa pria itu melarangnya untuk bertemu Hito.

Ia kan hanya bertemu untuk mendengar penjelasan, bukan untuk balikan. Mana mau ia untuk kembali pada pria yang jelas jelas menyelingkuhinya. Ya walaupun ia masih menyayangi pria itu.

Fasya mengerti Daffa khawatir padanya, tapi yang ia lihat Daffa juga menjadi protektif jika gadis itu berdekatan dengan pria yang lain.

Wajarkah hal seperti ini di dalam persahabatan?

Entahlah gadis itu juga bingung.

"Cil? Lo dengar gue ga sih? Bengong mulu dari tadi"

"Iya dep dengar kok gue"

"Gara gara Hito bajingan itu lo jadi sering melamun kan sekarang, gue ga suka"

Nah kan. Apalagi ini? Kenapa Fasya terus dibuat bertanya tanya pada ucapan dan sikap Daffa semenjak dirinya putus dari Hito.

"Engga bengong anjir, gue lagi mikirin kerkom kita sore tadi. Gue ga enak sama Kiya Vero karna ga datang" ucap Fasya terpaksa berbohong.

"Udah lo tenang aja. Kita cuman bagi tugas aja kok tadi. Kita kebagian tugas belanja terus ntar kita taruh barangnya di rumah Kiya"

"Apa aja yang bakal kita beli?" tanya Fasya

"Nanti Kiya chat gue kirim daftar belanjanya." Fasya hanya mengangguk pelan.

"Kalo gitu gue balik ya cil, gerah gue masih pake baju sekolah gini. Besok berangkat bareng mau?" Daffa mengusap kepala Fasya pelan.

Deg!

Fasya mematung. Dapat ia rasakan jantungnya berdebar. Apa ini? Ada apa dengan dirinya? Ini Daffa atau dirinya yang aneh? Argh, kepalanya pusing.

Mengusir pertanyaan pertanyaan yang terus muncul di kepalanya, gadis itu menggeleng pelan kemudian menatap Daffa sambil mengangguk.

"Iya boleh"

"Oke kalo gitu besok gue tunggu di depan rumah gue ya."

"Dah gue balik dulu, bilang ke bunda Widy makasih buat coklat panas sama biskuitnya. Bye aca bocil!" ucap Daffa yang langsung berlari keluar dari rumah Fasya.

"Monyet lo depi!!!"

"Monyet lo depi!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

tbc

Sorry ya kalo kependekan. Jujur aku agak sibuk dikit di rl, tapi aku bakal usahakan buat update asal vote kalian sesuai sama target aku.

Bisa dong 40 vote lebih buat next up? Yang baca ga sesuai sama yang vote, sedih aku tuh 😔 Ayo di vote ya chingu :)

Udah segitu aja ya, see you!

With luv nepa 🤎

Best Friend, I Love You | Hyuckren (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang