rejection

764 90 9
                                    

...






Renjun, sahabatnya pernah menegurnya dulu. Katanya Lee Jeno tak pantas menerima cintanya. dia juga memperingati, katanya Lee Jeno hanya bermain-main saja. Katanya pria Lee itu tak pernah benar-benar tulus mencintainya. Tapi Jaemin muda mana peduli, ia hanya tau kalau perasaan tak bertepuk sebelah tangan. Tidak apa, nanti Lee Jeno juga mencintainya. Ia pikir ini hanya masalah waktu saja.

Satu tahun, Jaemin merasa bahagia. Jeno adalah segalanya bagi dia yang hidup sendirian di negri orang.

Mereka pernah sebahagia itu. Tapi semua hancur karena kesenangan satu malam.

Jeno tetap pergi bahkan setelah ia mememberikan tubuhnya untuk pria itu cicipi.

Jeno tetap pergi, bahkan saat ada bayi dalam perutnya.

Jaemin terpuruk, upacara kelulusannya pun tak ia hadiri. Ia meringkuk ketakutan di kamar. Bayang-bayang Jeno yang marah hendak membunuhnya membuatnya tak berani melangkahkan kaki ke luar, pola makannya berantakan. Nutrisi bayinya tak terpenuhi dengan benar, hal itu membuat tubuhnya semakin lemah.

Ia tak tau hamil akan sesakit ini.

Bulan berlalu dan perutnya semakin membesar. Jaemin tak tau pasti kapan hari ia akan melahirkan. Bel berbunyi, Jaemin yakin makanan yang ia pesan sudah sampai. Hal itu membuat perutnya semakin keroncongan bahkan beberapa tendangan kecil ia rasakan seolah bayi dalam perutnya juga merasa lapar sama sepertinya.

Klik

"Ini, makanlah."

Pintu yang semula ia buka lebar kini kembali ia tutup perlahan. "Ahh terimakasih tapi saya sudah memesan makanan, mungkin sebentar lagi akan tiba." jawabnya sembari mendorong kotak makan yang tetangganya berikan.

"Hei bocah, ini bukan untukmu!" Sentak pria dewasa itu membuat Jaemin terperanjat.

"Ini untuk bayimu! CK, aku ragu kau memberinya makan dengan benar." Sindirnya membuat Jaemin semakin menunduk dalam. Tetangganya ini memang bermulut tajam, dan ini kotak makan ke lima yang ia beri saat tau Jaemin hamil dan mengurung dirinya sendiri di apartemen.

"Cepat ambil! Tanganku pegal!"

"Te-terimakasih, Paman Kim."

Brak

Jaemin segera menutup pintunya rapat, tidak tau di luar sana pria Kim membuang makanan yang ia pesan ke tempat sampah.









Malamnya perut Jaemin terasa sakit, ia merasa akan melahirkan. Pemuda itu menangis merasakan tubuhnya seolah di remukan paksa, ia tergeletak tak berdaya di lantai dengan darah yang membasahi pangkal pahanya.

Jeritan kesakitan Jaemin menggema, membuat pria Kim yang hendak mengantarkan makanan tersentak. Ia menggedor pintu Jaemin berulangkali tapi tak ada jawaban pasti, hanya tangisan pilu yg semakin menjadi-jadi. Panik pria Kim segera turun menuju pusat keamanan guna meminta kunci lain.

"Hei bocah! Ada apa denganmun!" Pria Kim menghampiri tubuh Jaemin yang basah karena peluh dan air mata.

"Sshh aggrhh!" Tak ada jawaban, genggaman Jaemin semakin menguat membuat pria Kim sadar kalau orang di depannya hendak melahirkan.

"Tahan sebentar! Aku akan membawamu ke rumah sakit!"






Jaemin harap ia mati, tapi tuhan terlalu sibuk untuk mendengarkan doanya.

Begitu bangun ia diterpa kenyataan kalau sekarang ia sudah menjadi orang tua. Bayi di gendongannya ia tatap lekat, mata, hidung, dan mulut mungil itu... Semua milik mantan kekasihnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TULAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang