saat ini salju sedang menumpah ruah mengisi kekosongan diantara dinding yang bolong, masuk melalui celah-celah selokan yang kotor, juga turun diatas kepala-kepala manusia kesepian yang ingin mencari kehangatan.
jung jaehyun adalah salah satunya, berdiri menegakan punggung sambil terus mengeratkan pelukan jaket tebal miliknya. kaki jenjangnya enggan beranjak dari sana sebab dinginya salju terasa lebih baik memeluknya daripada menyerahkan diri untuk pulang dengan kabar buruk.
napasnya membias putih ketika mulutnya terbuka, mata berkilap itu jatuh pada sebuah pemandangan derasnya air sungai didepanya. jaehyun menggigit bibir, tubuhnya merinding disergap dingin--namun lain daripada itu, butiran kristal bening juga mulai jatuh merambati pipi merahnya.
lelaki berumur tujuh belas tahun itu menarik napas panjang agar isakanya tidak terlalu disadari oleh pengguna jalan yang lain.
jaehyun putus asa.
untuk pertama kali dalam hidup ia malu menjadi dirinya sendiri. begitu malu hingga untuk mencari pengampunan pun jaehyun tidak mampu. rasanya tuhan sudah mengutuknya secara permanen untuk ini.
untuk membuat hidupnya hancur.
ia menyadarinya sekarang, hidup yang selalu ia banggakan dan lalui dengan percaya diri ini rupanya membawanya jatuh pada penyesalan luar biasa yang membuatnya merasa enggan melanjutkan segalanya.
kesombongan dulu seolah mengejek dan berbalik menginjak harga dirinya hingga habis tak bersisa.
jaehyun marah, ia merasa benci dengan dirinya sendiri. jika saja tuhan mengizinkan, jaehyun ingin memutar segalanya dan menjalani hidupnya dengan baik. tetapi itu tidak mungkin.
yang seharusnya sekarang ia lakukan adalah memperbaiki segalanya. tuhan masih memberinya kesempatan untuk yang satu itu.maka dengan itu, jaehyun akhirnya mulai mengambil langkah pelan untuk berjalan menjauhi jembatan sungai han. dengan kaki yang sedikit pincang jaehyun bertekad untuk memulai hidupnya kembali dari awal.
pintu apartment terkunci otomatis ketika tertutup, menciptakan bunyi kecil khas yang membuat sosok lain didalam rumah menampakan tubuhnya.
"jaehyun?" tubuh jangkung jaehyun berbalik ketika mendengar sebuah panggilan. sang empunya tersenyum teduh, merentangkan kedua tangan untuk memberi kehangatan pada sang kekasih dan calon anaknya.
jaehyun memeluknya cukup erat, meminta sebuah rasa nyaman dan energi tersirat pada perempuan yang menjadi pusat hidupnya ini.
jaehyun ingat, sang ibu pernah berkata kepadanya bahwa kehidupan pasti memiliki badainya masing-masing. namun beliau berpesan dengan sangat--jangan sampai jaehyun sendiri yang menjadi badai untuk kehidupan orang lain.
ingat, ia adalah seorang kepala keluarga sekarang. ia pemimpin sekaligus panutan bagi calon anak lelakinya nanti. jadi mau sebesar apa badai yang menimpanya, jaehyun akan tetap berdiri tegak untuk melindungi apa yang ia punya.
apa yang ia bawa ke dunia.
"bagaimana?" perempuan yang berada dalam dekapanya itu mendongkak, matanya bersinar penuh harap.
jaehyun hanya bisa tersenyum kecil sembari mengelus lembut rambut panjangnya. "aku.. sudah bukan lagi bagian dari keluarga mereka--" hati ibu muda itu mencelos, air matanya jatuh. "--tapi tidak apa, sayang.. tidak apa, kita bisa melalui ini bersama-sama."
"percaya padaku, tidak akan ada berubah. aku akan bekerja keras untuk kita. aku sudah mendapatkan pekerjaan ingat?" jaehyun memunculkan senyum sambil mengangguk, "aku akan keluar dari sekolah, jadi aku bisa fokus bekerja--"
perempuan itu mengeraskan rahangnya, entah akibat hormon kehamilanya yang tidak menentu atau bayang-bayang menakutkan mengenai masa depanya nanti--ia tidak tahu. yang pasti ia yakin bahwa apa yang jaehyun katakan tidak akan berjalan sesederhana itu.
"tidak.. tidak.. aku akan gugurkan bayi ini saja," perempuan itu menggeleng cepat, kedua tanganya dibawa naik untuk meremat kepalanya yang mendadak pusing--dipenuhi oleh berbagai pikiran buruk.
"tidak, renee.. dengarkan aku, tidak apa-apa. kita bisa lalui ini bersama, aku disampingmu, oke?" jaehyun menggenggam erat lengan kekasihnya, tubuhnya sedikit menunduk--mensejajarkan pandangan mata mereka.
"hiks! tidak, ak-aku.. tidak siap.. hiks!" renee memberontak, melampiaskan segala perasaanya dengan memukul jaehyun--meski kesalahan itu berada pada mereka berdua.
"AKU TIDAK MAU MERELAKAN CITA-CITAKU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
the man of damned
Fanfiction« jaehyun, renjun, jeno » it's hard not to fall in love with someone when they see the mixed up parts of your soul. when they understand the darkest and dustiest corners of your mind. when it's 4 a.m and they call because they know you're not asle...