7. the man who cancelled himself

170 24 4
                                    

jeno menguap lebar tanpa di tutup ketika renjun sedang fokus mendengarkan penjelasan dari tour guide mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jeno menguap lebar tanpa di tutup ketika renjun sedang fokus mendengarkan penjelasan dari tour guide mereka.

dengan santainya bocah itu menggaruk kepala dan melakukan perenggangan ditempat, yang untungnya tidak mengambil perhatian siapa-siapa karena mereka berada di barisan paling belakang.

"jeno, diamlah!" tegur renjun.

yang namanya dipanggil melotot tidak terima, ia memandang pemuda yang lebih pendek darinya itu sembari memberi tanda menggunakan bahasa isyarat asal-asalan jika sedari tadi ia bahkan tidak mengucap sepatah kata apapun melalui mulutnya.

"kalau begitu tidak usah banyak bergerak," kali ini jeno membuka mulutnya tidak percaya, sekoyong-konyong renjun memerintah seperti itu. padahal jika ingin memperhatikan dengan seksama--bocah itu bisa saja memilih untuk berbaris di barisan pertama.

namun akhirnya jeno memilih untuk mengalah saja daripada memancing keributan dari sang lawan.

dengan mata mengantuk dan tubuh lelahnya jeno tetap berusaha memperhatikan, terlebih ketika telinganya mendengar beberapa nominal yang disebutkan dalam penjualan lukisan di depanya. membuat kesadaranya tergugah seketika.

mereka sedang melakukan kunjungan, lebih tepatnya berada di sebuah museum seni yang didalamnya terdapat berbagai bentuk lukisan mahal dan bersejarah kebanggaan negara. bahkan terdapat beberapa lukisan modern juga yang dibuat di abad 21 ini oleh salah seorang seniman terkenal yang saat ini sedang viral.

jeno berdecak ketika mereka sampai pada lukisan abstrak berwarna hitam dan merah dengan campuran biru tua yang sama sekali tidak berbentuk itu dibeli dengan harga ratusan juta.

"wah, aku sama sekali tidak bisa melihat kehebatan apapun dari lukisan ini," komentar jeno yang secara tidak langsung mengundang percakapan dengan renjun.

sebetulnya renjun juga merasakan hal yang sama, namun tentu saja, ia tetaplah orang awam yang tidak tahu menahu tentang bagaimana sistem lukisan itu dinilai hingga pantas memiliki'harga' semahal itu.

"karena kita adalah orang awam yang tidak tahu darimana value lukisan itu dinilai,"

"tapi lihatlah! kamu memang bisa melihat adanya esensi atau apalah itu dari lukisan abstrak itu?"

"tidak, itu sebabnya aku mengatakanya tadi. hanya seorang seniman yang bisa menilai darimana seni itu bisa di nikmati atau tidak,"

jeno berkacak pinggang, "bukankah seni memang seharusnya sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang, ya?"

"maksudku, untuk apa kamu menciptakan sesuatu yang begitu indah jika orang lain tidak bisa melihat dimana letak keindahanya?" jeno menjeda, "hanya orang tertentu yang bisa melihat keindahanya? wah, siapa dia jika seperti itu? sombong sekali seolah keindahan tidak bisa dilihat mata semua orang."

"benar juga," renjun mengangguk setuju.
"lukisan di jalanan yang begitu sederhana saja kita sudah bisa menilai letak keindahanya dimana. mengapa orang-orang seperti ini seolah justru berusaha menyembunyikan keindahan itu untuk mereka sendiri?"

the man of damnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang