"ini untukmu," seorang pria dengan rompi berwarna orange khas kuli bangunan itu memberikan senyum kecil sembari menghitung pundi uang yang ia terima.
setelah memastikan jumlahnya sesuai dengan yang seharusnya ia dapatkan, pria itu mengucapkan terima kasih sembari membungkuk. "terima kasih,"
"sebentar, jaehyun!" langkahnya terhenti, tubuhnya berbalik sebentar kebelakang. "apakah kamu memiliki waktu malam ini? pukul delapan nanti akan ada bahan bangunan tambahan yang datang. kami butuh beberapa orang untuk mengangkutnya naik sebelum pagi."
pria yang lebih muda--atau barangkali yang termuda diantara mereka semua nampak sedang menimang sesuatu.
"berapa?" katanya, yang lantas membuat lawan bicaranya terpingkal.
"ayolah, jaehyun.. kenapa kamu masih kaku begitu, sih?" tawanya terhenti, "tentu saja aku akan memberimu gaji lembur, akan sesuai dengan jasamu nanti kok."
jaehyun memiliki jadwal pekerjaan lain setelah ini. tetapi rasanya tawaran pekerjaan itu juga tidak bisa disia-siakan. "aku akan datang, tetapi mungkin akan sedikit terlambat."
"baiklah, selama kamu mengerjakan tugas dengan baik." pria paruh baya itu menepuk bahu kokohnya, "aku akan memberi pembagian tugasnya nanti."
jaehyun mengangguk, memberi pamitan singkat sebelum akhirnya beranjak dari tempat kerjanya itu.
dengan tas ransel hitam yang sudah usang jaehyun berjalan santai menyusuri jalan trotoar. rompi yang semula bertengger membalut tubuhnya kini dilepas untuk dimasukan kedalam tas. menggantinya dengan rompi lain berwarna biru tua dengan sebuah bordiran nama pengiriman paket kota mereka.
sore ini matahari terasa lebih terik daripada biasanya--seolah matahari berkeras kepala ingin terus menyinari bumi lebih lama.
ada jeda waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk jaehyun bisa memulai pekerjaanya. berjalan untuk sampai pada pemberhentian bus pertama menghabiskan waktu sepuluh menit sedangkan ia harus melewati dua pemberhentian lain untuk sampai. jeda waktu yang singkat diperjalanan itu jaehyun gunakan untuk mengunyah roti lapis yang sempat ia bawa dari rumah.
sejujurnya itu adalah bekal makan siang, tetapi jaehyun sengaja menyimpanya untuk nanti--mempersiapkan diri agar malam hari nanti ia tidak perlu merasa lapar lagi.
sembari mengunyah rotinya dengan tenang, pria itu mengedarkan pandanganya keluar jendela. mengamati manusia-manusia penguna jalan yang fokus pada dunianya masing-masing. ada seorang wanita yang sedang bermain ponsel dengan sebelah tangan yang memegang kereta bayi, sekelompok pemuda--yang barangkali seusia anak laki-lakinya sedang bertukar tawa. juga yang paling menarik perhatianya adalah interaksi sebuah keluarga kecil didalam resto sederhana tak jauh dari tempat bus yang ia duduki berhenti.
keluarga kecil itu memiliki satu anak laki-laki yang barangkali masih berumur kurang dari lima belas tahun. kepribadianya yang ceria membuatnya terlihat bersinar diantara mereka.
jaehyun lupa apakah ia pernah memiliki percakapan menyenangkan itu seumur hidupnya. namun meskipun pernah, seharusnya ia tidak lupa bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
the man of damned
Fiksi Penggemar« jaehyun, renjun, jeno » it's hard not to fall in love with someone when they see the mixed up parts of your soul. when they understand the darkest and dustiest corners of your mind. when it's 4 a.m and they call because they know you're not asle...