Selamat pagiiiiSebelumnya aku minta maaf ya, minggu kemaren ngilang setelah ngasih opsi dua kali update. Huhuhu, aku sakit aihhhhh. Jadi, aku kedapatan tamu bulanan, terus rewel. Biasanya rewel, tapi gak sampai sakit lama gitu. Huhuhu, sorry ya.
Terus..... Aku lupa kemaren hari Rabu😭
Woy lah, ingatku tuh ini hari Rabu, ternyata kamiiiiisssss😭, bisa-bisanya lupa hari si pengangguran ini.Soalnya kan aku buat takjil tuh gak liat hari libur apa nggak. Jadi gak patokan hari. Sorry sekali lagi yaaa🥲🥲
Tiga belas
Ada kalanya seseorang merasa waktu begitu cepat berlalu apabila terlalu fokus dengan hal yang dituju, atau mungkin terlalu lama bila ada hal yang tengah ditunggu.
Utari merasakannya. Rasanya, baru kemaren dia lulus SMP, kabar tentang diterimanya Abi di kampus ibu kota, bahkan pertunangan tiba-tiba di antara mereka. Hal itu seperti baru terjadi tidak lama ini dan ternyata sudah hampir tiga tahun dia lalui. Tapi ada kalanya dia merasa waktunya di sekolah itu terlalu lama. Sering kali dia berharap waktu segera berlalu hingga dia cepat keluar dari sana.
Itu sebelum dia benar-benar diterima teman-temannya.
Dua tahun merasa dikucilkan akibat rumor yang beredar, baru di tahun ketiga dia benar-benar merasakan apa itu 'teman' di masa putih abu-abu. Siapa yang menyangka, dirinya pun tak akan pernah menyangkanya setelah dua tahun dia lalui kesendirian itu dan kini dia bisa berbincang santai dengan temannya, itupun terhitung siswa famous di sekolahnya.
Dulu, dilirik saja Utari tidak yakin. Tapi kini, mereka dengan santai menawarinya makanan di sela-sela perbincangan mengenai lanjutan ke perguruan tinggi.
"Kalian jadi bertiga ke sana? Tes di sini kenapa sih? Deket loh. Kampus sini juga gak kalah pamornya sama sana," ujar Sekar sangsi.
"Lha emang kenapa? Terserah kita lah mau tes kemana. Orang tua kita aja biasa aja kenapa kamu yang repot?" sahut Dinda dengan nada ketusnya. Gadis itu rupanya benar-benar merasa terganggu telah mendengar pertanyaan yang berulang-ulang dari para temannya, terlebih Sekar yang selalu menyangsikan keputusannya.
"Ya gak gitu juga, Din. Tapi kan gini loh. Kalian ini tes masuk kan? Kenapa musti di sana gitu? Toh kalau nanti ketrima juga bisa ke sana," tuturnya menjelaskan. Sedikit merasa takut mendengar nada tinggi Dinda. Dinda, selain dia terkenal cerdas, gadis itu memiliki aura yang membuat siapa saja takut berhadapan dengannya.
"Ya makanya kami ke sana. Siapa tahu dengan tes ke sana langsung kan semangat kita membahana. Apalagi ini langsung di kampus impian kita!"
"Terus SNMPTN mu gimana? Kamu lolos di sini loh, Din. Okelah untuk Tari sama Gema. Fine, mau mereka tes ke sana kek atau gimana. Mereka kan belum ketrima, sedangkan kamu?"
Dinda menatap Sekar jengkel. Merasa malas sekaligus membuang-buang waktu sebenarnya jika harus menjelaskan kepada orang semacam Sekar. Terlalu mengurusi urusan orang dan sibuk mencari celah keburukan. "Gini ya, Kar Sekar, aku itu sebelum bertindak juga sudah aku pikir matang-matang. Mok kira aku ini gak mikir ke depannya gimana dan asal pilih gitu?" tanyanya memprotes pertanyaan Sekar yang seperti meragukan pilihannya.
Sekar menyadari kesalahannya, gadis itu dengan beralasan yang di mata Dinda terlihat mengada-ada pamit undur diri menyisakan Dinda dan Utari yang sedari tadi menyimak keributan yang terjadi.
"Sabar sih, Din, kan Sekar memang gak tahu planning yang kamu punya," ucapnya mencoba menenangkan emosi Dinda yang meluap-luap.
"Halah, kamu mah enak gak ditodong pertanyaan aneh-aneh, mentok cuma dibilang ingin nyusul mas Abi. Lah aku? Kayak aku minta banget pendapat mereka sama minta dipikirkan," jawab Dinda misuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keliru
Ficção GeralBlurb Seumur hidupnya, Abimanyu selalu menuruti perkataan juga kemauan orang tuanya. Bahkan saat diminta menjaga Utari yang konon sudah dia pinta sebelum lahir ke dunia, dia menyanggupinya dengan senang hati. Hubungan keduanya diikatkan saat Abimany...