Terbangun

18 1 2
                                    



Wina terbangun dari mimpinya. Sudah ketiga kalinya dalam minggu ini ia memimpikan Lee Joon. Mengapa ia memimpikan hal yang sama tiga kali? Maka, sebagaimana nasehat ibunya Wina diarahkan untuk melakukan sholat malam. Bermunajat pada Allah agar diberikan ketenangan dan jawaban atas mimpi itu. 

Pagi harinya Wina pergi mencari sarapan ke cafe n' resto terdekat. Ia memesan satu gelas kopi hitam dan baguete kesukaannya. Belum selesai Wina sarapan, seseorang ikut duduk di depan meja Wina. Pakaiannya rapi, mengenakan sweater hitam dengan kerah panjang hingga menutup lehernya. Wina menggeser kursinya menjauh dari laki-laki itu. Lebih mendekat ke arah jendela sambil mengalihkan pandangannya ke arah jalan raya. 

Wina merasa kikuk karena laki-laki itu tak melepaskan pandangan dari arah dirinya berada. Laki-laki itu pun membuka maskernya, menampakan senyum ramah kepada Wina. 

"Hai.. Selamat pagi!" Ucap laki-laki itu, terdengar kaku, yang ternyata warga negara asing. Lebih tepatnya seperti berasal dari Korea. 

"Ah, iya selamat pagi juga!" balas Wina, sopan.

"I like," Kata laki-laki itu. Seperti menggantung kalimatnya.

"Do you speak to me? " Tanya Wina. 

" Yes, I speak to you." Jawab laki-laki itu, masih tersenyum. 

"Oh, we don't know each other so it's not comfy to talk," tambah Wina, berusaha menghindari obrolan dengan laki-laki asing ini.

"I agree with you, so, let me introduce my self, I am Lee Joon Gi, and you?" kekeh, Lee Joon mengajak Wina berbicara. Membuat kalimat Wina sebagai alasan berkenalan.

"I am WinaSorry, I have to go. I ve finished my breakfast." lama kelamaan Wina merasa kesal, karena orang ini pandai membuat kesempatan untuk mendekati perempuan, dan Wina sangat anti dengan laki-laki tipe playboy, seperti kenampakan laki-laki di depannya ini yang menebar senyum ke seluruh penjuru arah. 

"See you tomorrow, Wina!. " Imbuhnya lagi, masih tersenyum. Wina keluar dari cafe dan segera mengambil seribu langkah menjauhi tempat Lee Joon berada. Ia yakin, Lee Joon masih menatap ke arahnya, sampai sosok dirinya benar-benar menghilang. 

Sesampainya di meja kantor, salah seorang staf, teman Wina mendekat. 

"Ciyee, kenalin dong sama temenmu Win. Kali aja dia mau jadian sama aku," Ucap Deby. Kelewat pede. 

"Ngarang aja,lu Deb! Tanyain dulu ke Wina,... Itu oppa emang single atau sudah jadian sama Wina. Jangan asal ngomong aja lu! Kagak bisa banget, ya, Lu liat yang gantengan dikit!" Sahut Friska, yang juga teman Wina, staf pengadaan. 

"Ihh.. Kamu sirik amat sih! Lagian oppa tadi emang ganteng.. Dan gue ralat ya... Dia bukan cuman gantengan dikit, tapi ganteng banyakkk pake banget-ngett! Lu aja yang ga liat, gimana oppa tadi senyum!" Protes Deby. 

Wina hanya tersenyum dibuatnya. Mereka berdua adalah teman yang suka debat untuk hal-hal sepele yang bahkan bukan urusan mereka, lebih tepatnya berdebat untuk Wina. Wina kembali teringat dengan sosok laki-laki tadi. Ada rasa familiar saat ia melihat laki-laki itu. 

Lama ia berpikir. Benar saja, rupanya laki-laki tadi adalah sosok yang sama dengan yang ada di dalam mimpi Wina. Ada rasa de javu yang besar menyeruak dari dalam hati Wina.

Wina tak mengindahkan rasa dalam hatinya. Ia memilih menyibukkan diri ketimbang sibuk dengan angan ataupun urusan asmara yang ia sendiri tidak peduli akan hal itu. 

Sebuah bunga, untuk kesekian kalinya sudah berada di tempat duduk cafe langganan Wina. Lengkap dengan kopi dan baguette kesukaannya dan sebuah memo sapaan pagi. 

"Hi, Wina, smile to the world, please.. Cause, this world will be so grey without your smile!" Bunyi memo pertama pagi hari itu.

Keesokan paginya, hal sama terulang. Bahkan, ada satu hari di mana semua kursi penuh, dan ada satu pelanggan yang akan menempati kursi langganan Wina, tapi gagal menduduki kursi itu karena pelayan menjelaskan bahwa kursi tersebut sudah dipesan untuk Wina yang datang belakangan, setelah si pengunjung.

Wina mendekati tempat pemesanan kopi. Dia bertanya pada sang barista, bagaimana hal tersebut bisa berlaku padanya. Tentang bunga, memo, sarapan dan kursi langganannya. 

" Tentu karena suka atau bahkan cinta. Tahukah, Ka..ada sebuah pepatah mengatakan kalau bukan karena cinta tak mungkin seseorang melakukan sesuatu yang sama hingga puluhan dan ratusan kali untuk orang yang sama."Sang barista menjawab, dengan gaya sok tau ala ahli percintaan. 

"Tck! Atau playboy yang lagi cari mangsa..," tambah Wina, merespon informasi dari sang barista.

*** Bersambung***

Ohayyoooo gozaimazu...My Readers...(Kalo ada,wkwkwk) Hope you all happy, and lucky for ur days...see yaa!

Love From DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang