2nd Aroma

7 1 0
                                    

"Kayaknya ada yang senang hari ini."

Aku menoleh dengan cengiran di wajah. Di samping kubikelku, seorang wanita dengan tatapan heran, namun senyuman tersungging di wajahnya sedang berdiri dengan tangan bersidekap di depan dada.

"Keliatan ya, Mbak?" Aku balas bertanya dengan menempelkan kedua telapak tangan di pipi. Merasa malu karena tidak bisa menyembunyikan euphoria di dalam hati.

"Sudah keliatan ada bunga-bunga warna pink, kalah tuh taman di rooftop," balasnya merujuk pada taman di rooftop kantor yang tidak terlalu menarik mata. "Pasti ada hubungannya dengan pacar lo, si Daffa – Daffa itu, ya?"

"Memang cuma Mbak Nad yang paling tau aku," ucapku seraya tertawa-tawa, tidak mengelak tebakan Mbak Nadya yang seratus persen benar.

"Ya sudah. Cepat sana lo pulang. Sudah lewat jam delapan malam juga," ucap Mbak Nadya setelah melihat jam di pergelangan tangannya. Aku mengangguk menyetujui, karena sedari beberapa menit yang lalu aku memang sudah memutuskan untuk pulang dan sedang merapikan barang-barangku.

Malam ini pacarku, Daffa, mengajak makan malam bersama setelah kami tidak bertemu lebih dari dua bulan karena pekerjaannya sebagai konsultan bisnis mengharuskannya berpergian ke luar kota cukup sering dan lama. Hal itu sudah terjadi selama tahunan kami berpacaran karena usianya yang lebih tua dariku sehingga ia sudah bekerja seperti ini sejak aku masih mengenyam pendidikan. Awalnya aku cukup khawatir karena dia selalu sibuk dengan pekerjaannya dan beberapa kali selisih pendapat, mungkin efek karena dia pun juga sebenarnya sedang lelah, tapi untung saja kami berhasil melewatinya hingga saat ini.

Namun, sayang sekali hari ini gantian aku lah yang memiliki banyak pekerjaan dan tidak bisa ditinggal sehingga harus lembur dan menunda sedikit jam makan malam kami, meskipun sebenarnya aku juga sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya.

"Iya, Mbak. Ini mau turun ke bawah," jawabku. "Mbak gak pulang juga?" tanyaku heran kepada Mbak Nadya yang masih terlihat santai dan tidak ada tanda-tanda akan segera pulang.

"Sebentar lagi juga pulang, kok, don't worry," sahutnya santai. "Hati-hati di jalan ya, Rachel."

"Iya, makasih, Mbak. Mbak Nadya juga hati-hati ya nanti pulangnya."

"Aman, Sayangku."

Aku tertawa mendengarnya.

Setelah berpamitan dengan Mbak Nadya, aku segera melangkahkan kaki menuju lift dan turun menuju lantai dasar dimana Daffa sedang menungguku dari beberapa menit yang lalu. Senyuman tak kunjung luntur dari wajahku, bahkan semakin lebar saat melihat sosoknya yang sedang duduk di sofa lobby dengan ponsel di tangan. Wajahnya terlihat cukup serius, namun saat tatapannya menangkap tatapanku yang berdiri tidak jauh dari sana, kerutan di dahinya hilang dan ia membalas senyumanku.

Ah, senyuman yang aku rindukan!

Kami memang beberapa kali melakukan video call, tetapi entah mengapa rasanya berbeda saat melihat langsung seperti ini.

"Sudah nunggu lama?" tanyaku sesaat setelah berdiri di hadapannya. Ia menggeleng lembut, kemudian ikut berdiri dan mengajakku untuk segera pergi dari sini setelah menepuk halus pundakku. Aku mengangguk mengiyakan, meskipun cukup bingung karena pria ini terlihat cukup diam.

"Gimana kerjaan di Surabaya kemarin?" tanyaku sesaat setelah kami telah berada di dalam mobil dan ia siap menjalankan kendaraannya.

"Semua baik-baik saja. Rekan kerjaku sangat kompeten dan kooperatif," jawabnya. "Aku senang bisa punya pengalaman kerja bersama mereka."

"Good for you," sahutku tulus. "Semoga bisa kerjasama dengan mereka lagi ya, D."

Daffa mengaminkan, kemudian hening melanda kami. Ia membiarkan musik mengalun pelan dari radio mobil, sedangkan jarinya mengetuk-ngetuk pelan setir seakan sedang mempertimbangkan sesuatu. Aku yang melihatnya hanya diam saja, berharap ia akan segera mengeluarkan suaranya, meskipun aku sudah sangat penasaran. Namun, setelah beberapa menit lewat dan kini kami tengah terjebak macet di salah satu ruas jalan, entah karena apa karena biasanya tidak semacet ini di atas pukul 8 malam, aku tidak tahan untuk bertanya, "Hey, kamu baik-baik saja?"

Aftertaste [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang